Showing posts with label historical. Show all posts
Showing posts with label historical. Show all posts

Tuesday, July 14, 2015

[Review] Number the Stars by Lois Lowry

Title: Number the Stars
Author: Lois Lowry
Publisher: HMH Books for Young Readers
Published: May, 2nd, 2011
Page: 156p
ISBN: 9780547577098
1990 Newbery Medal Winner

Membaca beberapa buku tentang pendudukan Nazi di negara-negara Eropa membuat gambaran tentang penderitaan masyarakat Yahudi menjadi sangat jelas dikepala saya. Banyak penulis dengan gamblang mendeskripsikan betapa sadisnya perlakuan tentara jerman terhadap orang-orang Yahudi, Komunis, warga Polandia, tawanan perang soviet, homoseksual, dan musuh politik dan keagamaan lainnya. Setiap buku itu menggambarkan kesedihan mereka, kematian begitu banyak orang, kehilangan orang-orang terdekat mereka, dan terlalu banyak penderitaan yang ditanggungkan pada seseorang di masa itu. Bahkan buku seperti Anne Frank pun mendeskripsikan ketakutan mereka yang terus berkembang setiap hari seiring dengan semakin gencarnya Nazi mencari orang-orang Yahudi untuk dibawa ke kamp konsentrasi. Kali ini, saya membaca kisah dari masa yang sama, tema yang sama, tetapi diceritakan melalui kacamata Annemarie yang masih berusia 10 tahun yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Denmark. Lowry mengatakan cerita ini adalah fiktif, tetapi dibagian akhir dia pun menjelaskan keberadaan kisah nyata dibalik kisah ini, bagaimana dia berjalan-jalan di jalanan Denmark dan mendengarkan begitu banyak kisah tentang keberanian orang Denmark yang membantu ribuan orang Yahudi keluar dari Denmark menuju Sweden.

Monday, March 16, 2015

[Review] Pompeii by Robert Harris

Title: Pompeii
Author: Robert Harris
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: September 2009
Pages: 392p
ISBN: 9789792249446

Robert Harris adalah salah seorang penulis yang membuat sejarah sangat menarik untuk dinikmati. Konon sejarah adalah topik membosankan untukku yang semasa sekolah belajar sejarah dengan metode mencatat isi buku tanpa memahaminya. Kali ini Robert Harris mengenalkanku pada salah satu peristiwa gunung meletus sekitar tahun 79 M yang menelan kota Pompeii di daerah pemerintahan Romawi kuno. Pompeii merupakan salah satu kota di daerah teluk Naples yang berkembang dengan sangat mewah untuk orang-orang terkemuka pada masa Romawi kuno. Di kota Pompeii, orang-orang kaya menghabiskan waktu mereka di ampiteater, cafe, permandian air panas, rumah pelacuran dan resort-resort mewah. Kota yang dilengkapi dengan port pelabuhan ini diapit oleh beberapa kota lain dengan sistem pengairan yang sangat komplex dan saling terhubung satu sama lain.

Thursday, June 26, 2014

[Review] The Kite Runner by Khaled Hosseini

Title: The Kite Runner
Author: Khaled Hosseini
Publisher: Qanita
Published: 2008
ISBN: 978-979-326975-7

"For you a thousand times over"

Penderitaan Afganistan melewati peperangan selama bertahun-tahun dihiasi oleh berbagai kisah yang hampir selalu memilukan hati. Khaled Hosseini mencoba menggambarkan wajah Afganistan lewat salah satu karyanya yang juga tidak kalah pahit. The Kite Runner adalah kisah tentang persaudaraan dan penghianatan, ketulusan hati dalam memberi tanpa pamrih, serta penyesalan yang bisa melumpuhkan kekuatan seseorang. Amir dan Hassan adalah dua orang anak yang menyusui dari wanita yang sama namun mereka lahir dalam kaum yang berbeda dalam masyarakat Afganistan.  Amir berasal dari kaum Pasthun, sedangkan Hassan yang digambarkan seperti orang mongolia berasal dari kaum Hazara. Yang satu dianggap tuan sedangkan yang lain tidak lebih dari seorang hamba, kaum Hazara bahkan sering disiksa di berbagai pelosok di Afganistan, namun kekejaman itu tidak akan pernah terjadi di rumah Baba, ayah Amir. Hassan dan Ayahnya, Ali, tinggal dan bekerja di rumah Amir, Baba menjaga mereka dengan sangat baik. Amir adalah kata pertama yang diucapkan oleh Hassan ketika ia mulai bisa berbicara, mereka tumbuh bersama, bermain bersama, sehingga perbedaan mendasar itu tidak berarti apa-apa di rumah Baba dan Amir.

Wednesday, March 12, 2014

[Review] The Historian by Elizabeth Kostova & Giveaway

Title: The Historian
Author: Elizabeth Kostova
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: January 2007
Pages: 768p
ISBN: 978-979-22-2389-7

Review ini seharusnya menjadi penutup dalam rangkaian Read along the Historian yang dimulai sejak awal Januari sampai akhir February, sayang sekali ada beberapa hal yang membuat aku tidak bisa catch up dengan jadwal yang telah kutentukan sendiri. I feel bad for it, so please forgive me. Ada beberapa orang yang ikut mendaftar dalam event ini, dan aku sangat menghargai semua yang telah berpartisipasi dalam event ini, sekali lagi please forgive me for being a bad host for this read along. Meskipun terlambat, aku tetap ingin menuliskan pendapatku tentang buku ini.

Wednesday, October 30, 2013

[Review] The Remains of the Day by Kazuo Ishiguro


Title: The Remains of the Day (Puing-Puing Kehidupan)
Author: Kazuo Ishiguro
Publisher: Hikmah
Published: January 2007
Pages: 336p
ISBN: 979-114-023-5

Ada orang-orang yang mengejar kekayaan dalam hidup, ada yang mencari ketenangan dan mungkin hanya sedikit orang yang mengusahakan pelayanan sempurna kepada majikan tanpa maksud menumpuk harta. Melihat buku ini dari tampilan luar sedikit membuatku menebak-nebak, apa gerangan yang ingin disampaikan Ishiguro dalam tulisannya. Aku mencari sedikit petunjuk dari sinopsis di belakang cover dan mendapati bahwa buku ini bercerita tentang seorang kepala pelayan bernama Stevens yang bekerja di Darlington Hall dengan penuh dedikasi, sukses dan disebut bermartabat serta luar biasa, namun kehilangan beberapa hal yang dikorbankannya termasuk seorang wanita bernama Miss Kenton. Apakah buku ini lantas menjadi kisah “mengejar kembali cinta yang hilang”? Sejujurnya aku sempat berpikir seperti itu, namun apa yang kudapati ternyata sama sekali berbeda. 

Wednesday, October 16, 2013

[Review] In the Time of Butterflies by Julia Alvarez


Title: In the Time of Butterflies
Author: Julia Alvarez
Publisher: Serambi
Published: Oktober 2012 (Cetakan 1)
ISBN: 978-979-024-389-7
Borrowed from MasTez


“Melalui novel ini, Julia Alvarez membawa kita ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi..dan menggugah kita dengan cara yang mengejutkan” – The San Diego Union-Tribune

Anda pernah mendengar kisah Las Mariposas – para kupu-kupu dari Republik Dominika? Ini adalah kisah perjuangan para kupu-kupu. Tidak..tidak..bukan hanya kisah perjuangan, namun juga kisah persaudaraan, keberanian dan rasa takut. Apa yang diharapkan dari sebuah rezim diktator? Penderitaan bagi mereka yang berani beda pendapat atau hidup tenang dalam awan gelap bagi mereka yang menurut dengan patuh? Sayangnya para kupu-kupu memilih hal yang pertama. Kisah ini berlangsung sekitar tahun 1950 sampai 1960, namun diceritakan kembali dari tahun 1994 oleh seseorang yang berhasil bertahan sampai masa itu.

Monday, September 23, 2013

[Review] Inferno by Dan Brown


Title: Inferno
Author: Dan Brown
Publisher: Bentang Pustaka
Published: September 2013
Pages: 644p
ISBN: 978-602-788-854-8 

PLOT 

Tengah malam, Robert Langdon terbangun di rumah sakit dan syok saat mendapati dirinya ada di Florence, Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard. Belum sempat Langdon memahami keganjilan ini, dunianya meledak dalam kekacauan. Di depan mata, dokter yang merawatnya ditembak mati. Langdon berhasil lolos berkat Sienna Brooks, seorang dokter muda yang penuh rahasia.

Dalam pelarian, Langdon menyadari bahwa dia memiliki sebuah stempel kuno berisi kode rahasia ciptaan ilmuwan fanatic yang terobsesi pada kehancuran dunia berdasarkan mahakarya terhebat yang pernah ditulis-Infero karya Dante. Ciptaan genetis ilmuwan tersebut mengancam kelangsungan umat manusia, Langdon harus berpacu dengan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindan dalam puisi-puisi gelap Dante Alighieri. Belum lagi, dia harus menghindari sepasukan tentara berseragam hitam yang bertekad menangkapnya. (diambil dari cover belakang terbitan Bentang Pustaka)

Monday, September 2, 2013

[Review] Conspirata by Robert Harris

Title: Conspirata
Author: Robert Harris
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Oktober 2011
Pages: 512p
ISBN: 978-979-22-7619-0


Robert Harris kembali melanjutkan kisah Marcus Tullius Cicero melalui Tiro, budak yang menjadi sekertaris pribadi Cicero. Diakhir buku pertama, Imperium, Cicero berhasil meraih jabatan konsul dengan kecerdikan politik yang luar biasa. Bagi musuh-musuhnya, kekayaan dan pasukan adalah senjata utama, namun bagi Cicero kata-kata adalah satu-satunya senjata yang ia miliki. Dengan kata-kata, ia meniti karirnya dari nol. Tanpa silsilah keluarga bangsawan, ia memulai garis bangsawan itu agar kelak anak-anaknya bisa disebut keturunan konsul. Diawal masa jabatannya sebagai konsul, ia dihadapkan pada mutilasi seorang anak yang menjadi budak rekan konsulnya Hybrida, dari peristiwa ini Cicero mendapat informasi mengenai konspirasi yang sedang dibangun untuk melawan dan bahkan membunuhnya. Di sisi lain ada Catilina, anggota senat yang seperti monster menakutkan bagi bangsa Roma, khususnya bagi Cicero. Catilina saja sudah cukup mengerikan apalagi ditambah dengan pendukung lainnya yang perlahan-lahan membuat Cicero mempertanyakan siapa kawan dan lawan. Namun musuh yang paling besar yang dihadapi oleh seorang Cicero adalah Julius Caesar. Kepintaran Cicero mungkin hanya bisa disandingkan dengan ambisi Caesar untuk menjadi penguasa tunggal. Perlahan tapi pasti Cicero menempatkan mata-mata, merangkul pendukung dan menyiapkan umpan untuk memancing setiap konspirator terjebak dan muncul kepermukaan. Siasatnya pun berhasil dengan akhir hukuman mati bagi setiap orang yang terbukti terlibat dalam konspirasi yang membahayakan Roma. Sayangnya kemenangan ini agak pincang karena Cicero melepaskan Caesar yang jelas ikut terlibat dalam konspirasi itu. Lepasnya Caesar, kepulangan Pompeius Agung dan munculnya skandal perselingkuhan Clodius dan istri Caesar pada saat hari penyembahan dewi Bona Dea menjadi pemicu titik balik kehidupan Cicero. Kali ini, bagaimana kata-kata akan mampu menyelamatkannya?

Wednesday, July 31, 2013

[Review] Imperium by Robert Harris

Title: Imperium
Author: Robert Harris
Pubsliher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Juli 2008
ISBN: 978-979-22-3774-0

“Kisah ini dimulai ketika Tiro membuka pintu pada suatu hari bulan november yang dingin dan menemukan seorang pria tua yang ketakutan, penduduk sisilia yang menjadi korban perampokan Gubernur Romawi korup, Verres. Orang itu meminta Cicero mewakilinya menuntut sang Gubernur. Namun, bagaimana seorang Senator yang tidak kaya, tak dikenal, bahkan dibenci kaum aristokrat, dapat mengajukan tuntutan terhadap Gubernur Romawi yang kejam dan memiliki pendukung di tempat tinggi?”

Imperium adalah kekuasaan politis tertinggi – kekuasaan atas hidup dan mati – yang dimandatkan Negara kepada seseorang. Melalui riset yang teliti, Robert Harris menampilkan sebuah cuplikan kehidupan politik Roma pada masa sekitar 50 SM melalui sudut pandang Tiro, sekertaris pribadi Marcus Tullius Cicero, Orator dan Negarawan yang pernah hidup pada masa-masa paling menentukan dalam sejarah Romawi Kuno.

Monday, April 29, 2013

[Review] Girl with a pearl earring by Tracy Chevalier


Title: Girl with a pearl earring
Author: Tracy Chevalier
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: 2003
Pages: 352p
ISBN:979-22-0458-X
Price: 15k (dari koleksi buku bekas teman)

Griet berusia 16 tahun saat orang tuanya mencarikan pekerjaan untuknya. Kecelakaan yang menimpa ayahnya memaksa Griet harus menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah seorang pelukis, Johannes Vermeer, yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya sendiri. Perempuan yang masih sangat muda dan harus bekerja membiayai keluarga adalah gosip hangat yang langsung beredar di pasar. Kabar baik maupun buruk tidak bisa menjadi rahasia dalam lingkup masyarakat kecil. Mendapatkan pandangan mencemooh adalah sanksi sosial yang paling sering dijumpai. Tak dinyana, Griet pun merasakan hal itu. Hal yang paling berat untuknya adalah meninggalkan keluarganya. Kedatangan Griet disambut oleh lima orang anak di depan rumah majikan barunya itu. Mereka memandangnya dengan rasa ingin tahu, seketika Griet bisa mengenali mana anak yang bisa diatur dan mana yang akan membawa masalah untuknya. 

Monday, March 18, 2013

[Review] The Three Musketeers by Alexandre Dumas

Title: Trio Musketri / The Three Musketeers
Author: Alexandre Dumas
Publisher: Serambi
Published: Januari 2010
Pages: 537p
ISBN: 978-979-024-180-0

Kisah ini dimulai dengan menceritakan seorang pemuda gascon bernama D’Artagnan yang meninggalkan rumahnya dan menempuh perjalanan menuju Paris dengan tujuan menjadi Musketri. Musketri di Perancis adalah satuan pengawal Raja yang dibentuk pada tahun 1622 dibawah kepemimpinan Louis XIII. Mereka bertugas sebagai pengawal Raja ketika berada di luar Istana. D’Artagnan membawa surat pengantar dari ayahnya kepada Monsieur D’Treville untuk mempermudah dirinya bergabung dengan Musketri, namun alih-alih berhasil menyerahkan suratnya, D’Artagnan justru kehilangan suratnya ditengah perjalanan karena terlibat percekcokan dengan seorang laki-laki misterius. Baru saja terlepas dari masalah yang satu, ia kembali terlibat masalah lainnya. Kali ini ia harus berduel dengan tiga orang laki-laki dalam waktu hampir bersamaan. Namun duel tersebut batal dan D’Artagnan justru mendapatkan tiga sahabat baru yang dikenalnya sebagai Trio Musketri, Athos, Porthos, dan Aramis. 


Petualangan D’Artagnan tidak berhenti sampai disitu, Alexandre Dumas kembali meramu petualangan, mengungkap intrik dan membumbui sejarah Perancis menjadi suatu karya yang telah berkali-kali ditampilkan dalam layar lebar sampai masa kini. Trio Musketri tidak lekang oleh waktu. Anehnya, judul Trio Musketri yang mengacu kepada Athos-Porthos-Aramis, justru didominasi oleh petualangan D’Artagnan sebagai tokoh utama. D’Artagnan yang digambarkan sebagai anak muda yang kecerdasannya melebihi ketiga muskteri itu, menyeret ketiga sahabatnya dalam intrik politik yang melibatkan Raja, Ratu, Kardinal Richelieu dari sisi Perancis dengan Duke of Buckingham dari sisi Inggris. Intrik politik, ambisi dan kisah cinta menyeret keempat sahabat dalam peristiwa-peristiwa yang acap kali menjadikan nyawa mereka sebagai harta satu-satunya yang tersisa dan sulit untuk dipertahankan.

Thursday, February 28, 2013

[Review] Oliver Twist by Charles Dickens



Kesulitan ekonomi dapat membuat manusia menjadi serakah, brutal dan tanpa belas kasihan. Bagaimana ketamakan manusia itu menguasainya dan apa efek luar biasa yang ditimbulkannya,  digambarkan dengan jelas oleh Charles Dickens dalam buku yang telah beberapa kali di sajikan lewat layar lebar ini. Banyak orang mengenal Oliver Twist lewat film yang pernah ditayangkan pada tahun 1948, 1968 (musikal), dan 2005. Oliver Twist pun berkali-kali masuk dalam nominasi Academy Awards dan pernah memenangkan penghargaan Oscar untuk kategori Best Picture. Namun sejujurnya saya belum pernah menonton satupun filmnya, sehingga rasanya menyenangkan sekali membaca buku ini tanpa clue sedikit pun tentang ide ceritanya.

Thursday, November 8, 2012

"Gone with the Wind" Read Along 2012


Gone with the Wind published by Gramedia Pustaka Utama


Well, my dear, take heart. Someday, I will kiss you and you will like it. But not now, so I beg you not to be too impatient ~ Rhett Butler

Classic Club menuntun saya mengenal salah satu karya sastra yang sangat kontroversial. Karya sastra yang ditulis oleh penulis asal Amerika, Margaret Mitchell. Wow…buku setebal seribu halaman yang cukup membuat saya cemas, akankah saya mampu menyelesaikannya? Namun setebal apapun sebuah buku, jika dirangkai dengan menarik, ribuan halaman pun tidak akan menjadi masalah, dan tanpa terasa saya sudah berada dilembar-lembar terakhir buku ini. Kisah ini mulai ditulis pada tahun 1926 dan akhirnya diterbitkan pertama kali pada tahun 1936. Novel ini bergenre romance yang berpusat pada kisah cinta antara Scarlett dan seorang pria asal Charleston bernama Rhett Butler. Walaupun ditulis pada awal abad ke-19, namun kisah ini dilatarbelakangi oleh perang saudara di Amerika pada tahun 1861-1865 serta masa-masa rekonstruksi paska perang. Hmmm….kisah yang melibatkan berbagai karakter, situasi, dan tentu saja emosi yang sangat beragam. Pembaca yang baik… once upon a time….

Hiduplah Scarlett O’Hara bersama kedua orang tuanya di Georgia, bagian selatan Amerika. Scarlett hidup di Tara, rumah dan tanah perkebunan orang tuanya. Ia adalah anak sulung dari pasangan Gerald O’Hara dan Ellen Robillard. Keluarga ini terbentuk dari dua budaya yang berbeda. Gerald adalah pria asal Irlandia yang berjuang sepanjang hidupnya untuk mendapatkan semua yang dimilikinya. Sedangkan Ellen terlahir dalam keluarga bangsawan Perancis. Oleh Ellen, Scarlett selalu dididik mengikuti gaya bangsawan seperti layaknya wanita pada masa itu yang harus terlihat lemah, tidak boleh menunjukkan kecerdasannya, dan selalu menjaga sikap.

Self-centered” sepertinya ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakter Scarlett. Ia tahu bahwa dirinya memiliki pesona yang menarik para pria, sehingga acap kali menggunakannya untuk kesenangannya sendiri, bahkan terkadang sangat berlebihan. Ia senang dikelilingi oleh banyak pria, walaupun itu berarti ia akan selalu mendapatkan cibiran dari setiap wanita disekitarnya. Walaupun selalu dikelilingi pria, Scarlett diam-diam menyimpan rasa cintanya kepada Ashley Wilkes. Ashley memiliki karakter yang sangat berbeda dengan semua pria yang selalu mengelilingi Scarlett.

Karena Ashley terlahir sebagai manusia yang menggunakan waktu luangnya untuk berpikir, bukan bertindak. Ia merajut mimpi-mimpi indah aneka warna yang sama sekali tak tersentuh dunia nyata. Ia hidup dalam dunia khayal yang lebih indah daripada Georgia, dan kembali ke dunia nyata dengan enggan ~ Hal 35

Suatu hari ia terkejut menerima undangan pertunangan Ashley dan Melanie Hamilton. Saat menghadiri pertunangan Ashley di Twelve Oaks, kediaman keluarga Wilkes, ia berusaha mengungkapkan perasaannya pada Ashley dengan harapan Ashley akan membatalkan pertunangannya dengan Melanie. Namun Ashley menolaknya dan membuat Scarlett sangat marah. Kemarahannya semakin menjadi ketika seorang tamu bernama Rhett Butler menggoda sikapnya itu.  Tanpa berpikir panjang, saat itu juga Scarlett lantas menerima lamaran Charles Hamilton dengan tujuan untuk membalas dendam pada Ashley. Scarlett dan Charles menikah sehari sebelum pernikahan Ashley dan tak lama kemudian Scarlett pun hamil. Pada saat yang sama pecahlah perang saudara di Amerika. Sebelas Negara Bagian budak di Selatan mengumumkan pemisahan dari Amerika Serikat dan membentuk Konfederasi. Ashley dan Charles berangkat mewakili Konfederasi dalam peperangan itu dan sayangnya Charles meninggal karena terserang disentri di kamp penampungan prajurit. Sungguh malang nasib Scarlett, diusia 16 tahun ia telah menjadi janda dengan seorang anak bernama Wade Hampton Hamilton. Status janda prajurit konfederasi seperti cangkang yang menyusahkan Scarlett karena ia harus mengenakan pakaian berkabung yang jauh dari mode, tidak bisa mengikuti pesta-pesta yang sangat disukainya, tidak bisa berdansa, dan tentu saja tidak ada pria yang akan mendekatinya lagi. Ketika ia menerima undangan dari Melanie untuk berkunjung ke Atlanta, ia pun langsung menerimanya dengan harapannya mencari suasana yang mampu mengembalikan semangat hidupnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Scarlett untuk menyukai Atlanta, karena pusat Konfederasi berada di kota itu, banyak prajurit yang beristirahat disana, dan kota itu selalu ramai. Scarlett pun ikut membantu merawat para prajurit di rumah sakit. Masyarakat Atlanta menaruh simpati padanya sebagai seorang janda yang sedang berkabung walaupun Scarlett sama sekali tidak merasa sedih kehilangan Charles. Di kota ini pun Scarlett bertemu kembali dengan Rhett Butler, di sebuah pesta dansa, saat Scarlett sedang bertugas. Rhett memberikan uang sebesar $150 kepada penyelenggara pesta untuk bisa berdansa dengan Scarlett. Semua orang terkejut dengan permintaan Rhett karena Scarlett dianggap masih berkabung. Namun Scarlett bersedia untuk berdansa dengan dalih berkontribusi untuk Konfederasi. Scarlett pun kembali ke lantai dansa dan menikmati cara Rhett memperlakukannya. Sejak saat itu Scarlett mulai sering terlihat bersama Rhett dan semakin lama masyarakat Atlanta semakin sering mengunjingkannya, namun ia sama sekali tidak peduli. Satu-satunya orang yang masih terus mendukung dan menyayanginya adalah Melanie, meskipun tanpa sepengetahuan Melanie, Scarlett sangat membencinya. Namun disaat Melanie hamil dan membutuhkan bantuan untuk melahirkan, Scarlett lah yang menemani dan membantunya. Hal ini dilakukannya bukan karena ia menyayangi Melanie, namun karena ia telah berjanji kepada Ashley akan menjaga Melanie dan bayinya. Rhett yang terus mengunjunginya pun tidak menyurutkan cintanya kepada Ashley, walaupun terkadang ia mengharapkan Rhett terus ada menemaninya. Ia pun bingung dengan perasaannya kepada kedua pria itu. Meskipun Rhett mencintai Scarlett, namun ia pun tidak pernah mengakuinya dengan serius di depan Scarlet, semuanya itu karena sikap Scarlett.
You're so brutal to those who love you, Scarlett.
You take their love and hold it over their heads like a whip ~ Rhett Butler

Saat pasukan Yankee hampir membungihanguskan Atlanta, Scarlett membawa Wade, Melanie dan anaknya meninggalkan Atlanta, memasuki hutan, menempuh perjalanan panjang tanpa persediaan makanan menuju Tara. Ancaman maut kapan saja bisa menghampirinya namun ia mengerahkan semua kekuatannya dan menjadi tumpuan dalam perjalanan itu. Dan sejak saat itu Scarlett yang lama hilang sudah. Ia bertransformasi menjadi Scarlett yang baru. Ketika ia tiba di Tara, ibunya telah meninggal dan ayahnya telah menjadi pikun karena perasaan kehilangan yang sangat mendalam. Hanya ada sedikit makanan namun begitu banyak orang yang harus diberi makan. Sejak saat itu, Scarlett menjadi kepala rumah tanggal di Tara. Ia melukai tangannya dengan melakukan pekerjaan kasar, mengatur persediaan makanan, bahkan membunuh seorang tentara Yankee yang hampir merampoknya di rumahnya sendiri.

Kini ia memandang segala sesuatu dengan sudut pandang baru. 
Di suatu tempat, dalam perjalanan menuju Tara, ia telah membuang masa remajanya. Mala mini adalah malam terakhir ia menganggap dirinya anak kecil. Setelah itu, ia akan menjadi seorang wanita. Masa-masa remaja telah lewat ~ hal 460

Scarlett yang kekanak-kanakan tidak ada lagi, kini ia bertekad untuk memulihkan keadaannya, mempunyai banyak uang agar tidak pernah hidup miskin lagi, walaupun untuk itu ia harus menikah lagi dengan pria yang tidak dicintainya, pria yang jauh lebih tua, dan pria yang seharusnya tidak boleh dinikahinya. Karakter Scarlett berubah total. Seperti apa karakternya? Itulah pertanyaan paling penting yang perlu dijawab. Apakah ia bahagia dengan pernikahannya yang kedua? Siapa pria yang dinikahinya? Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Scarlett dan Rhett atau adakah harapan ia akan bersatu dengan Ashley?  Lalu bagaimana dengan peperangan yang sedang berlangsung hebat antara pihak Konfederasi dan Yankee?

Gambaran budak dalam karya Mitchell ini menjelaskan perbedaan yang sangat mencolok dari karya lain dengan latar belakang yang sama. Salah satunya adalah Uncle Tom’s Cabin, karya Harriet Beecher Stowe yang menjelaskan bahwa budak yang tinggal di daerah selatan diperlakukan dengan sangat buruk, bahkan dicambuk sampai mati. Namun Gone with the Wind menjelaskan suasana yang berbeda. Para budak terlihat bahagia bersama majikan mereka, bahkan beberapa dari mereka tetap tinggal meskipun telah dibebaskan. Karena itu karya Mitchell ini sering disebut sebagai Anti Tom Literature. Kedua buku inilah yang mengenalkan saya pada salah satu sejarah kelam di Amerika. Namun Gone with the Wind memperkaya saya dengan pengetahuan detail tentang peperangan antara Konfederasi dan Yankee. Memberitahukan saya perasaan kelaparan dan putus asa yang ditimbulkan oleh perang. Dan mengenalkan saya pada budaya yang mengungkung wanita pada masa itu. Novel ini banyak membicarakan tentang cinta. Namun cinta tidak semata-mata menjadi pusat perhatian saya. Ada banyak tema lain yang bisa dijadikan bahan diskusi seperti budaya,  perjuangan hidup, peperangan, kekayaan dan kemiskinan, ironi, kelas masyarakat, pembatasan peran pria dan wanita serta keserakahan. Begitu banyak tema yang akan membuat tulisan ini menjadi sangat panjang jika membahasnya satu persatu. Karena itu silahkan anda membacanya. Membacalah terus meskipun anda mulai membenci Scarlett, karena ada Rhett, Mammy, Ellen, Paman Peter, dan karakter-karakternya lain yang akan membuat anda jatuh cinta. Rhett dan Melanie adalah dua karakter yang saya sukai dalam cerita ini. Singkatnya, memiliki pacar seperti Rhett sama menyenangkannya dengan memiliki sahabat seperti Melanie.

Margaret Munnerlyn Mitchell adalah penulis asal Amerika yang melewati masa kecil di daerah bergaya Victorian, yang tidak jauh dari kawasan Darktown, tempat yang banyak dihuni oleh masyarakat African American di Atlanta. Gone with the Wind menjadi satu-satunya karya Mitchell yang pernah diterbitkan semasa hidupnya dan sekaligus membawanya menerima Pulitzer Prize pada tahun 1937. Karya ini pun telah diangkat ke layar lebar pada tahun 1939. Event read along dan tulisan resensi ini dibuat untuk mengenang hari kelahiran Margareth Mitchell yang tepat pada tanggal 8 November 1900. Saya memberikan 4 bintang untuk karya klasik asal Amerika ini.

--------------------------------------------
Judul : Gone with the Wind
Penulis : Margaret Mitchell
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2009 (cetakan kedua)
Tebal : 1124 hal
ISBN : 978-979-22-0032-4
--------------------------------------------

Tuesday, May 8, 2012

[Review] 45 Pesan dari Samurai Tanpa Pedang "The Swordless Samurai"



Pemimpin harus bisa bersyukur
Pemimpin harus bekerja lebih keras daripada yang lain
Bertindaklah berani pada saat-saat kritis
Dedikasikan dirimu pada pemimpinmu
Pilihlah pemimpin yang memiliki visi
Lakukan segalanya demi tugas yang sedang dikerjakan
Buatlah dirimu berbeda dari yang lain dengan menggali kemampuan alamiahmu
Kesampingkan kepentinganmu sendiri demi kepentingan pemimpinmu
Hadapi setiap tugas dengan tekad yang mantap
Jadilah seorang pemimpin, bukan seorang atasan
Pelihara asetmu yang paling berharga – jaringan personal
Melakukan persiapan dengan matang dan bertindak berani
Pemimpin yang cerdas akan membalikan situasi, mengubah kelemahan menjadi keunggulan
Pertaruhkan semua untuk memenangkan semua
Bertindaklah lebih awal untuk selesai lebih awal
Bila kau ingin memiliki banyak sekutu – lakukanlah pembenaran, justifikasikan alasanmu
Ubah kesialan menjadi keberuntungan
Fokuskan pada tindakan memberi
Jadilah yang pertama dalam memaafkan
Untuk mendapatkan kepercayaan, beri kepercayaan
Gunakan informasi untuk mengasah persepsimu
Hargai komitmenmu
Pemimpin yang cerdas hanya bertarung setelah syarat kemenangan telah dipenuhi
Perlakukan pengikutmu sebagai keluarga
Kesetiaan bisa didapat tetapi tidak akan pernah bisa dibeli
Maafkanlah kesalahan-kesalahan sepele
Hati-hati dengan gengsi
Tetapkan tujuan yang jelas
Carilah kesempatan untuk memuji
Hargai mereka yang bekerja dengan baik
Hargai prestasi secara personal
Kerjasama tim adalah kunci kemenangan
Jadikan teman-teman baik sebagai penasihat
Carilah saran dari mereka yang berani tidak sependapat
Rangkul orang yang kemampuannya melebihi kemampuanmu
Dengarkan pendapat pasangan hidupmu
Mencari bukan meminta, menugaskan bukan melatih
Pekerjakan pemimpin, bukan sekedar pengikut
Bentuk tim kreatif
Pemimpin yang bertanggung jawab harus bisa mengayomi. Beri kembali kepada masyarakat.
Jangan manjakan diri kelewat batas
Waspada akan kesombongan
Jangan pamer
Bersikap tegas untuk menghindari pertikaian
Kekang obsesimu


Rasanya tidak puas hanya memberikan ke-45 poin diatas, karena lewat buku ini, Hideyoshi tidak hanya menyebutkan setiap poinnya, tetapi juga menceritakan setiap kisah yang menuntunnya mempelajari setiap poin diatas. Ada kisah yang menegangkan, ada yang menyedihkan, ada yang akan membuat setiap pembaca bersemangat, namun ada juga yang akan membuatmu berhenti sebentar untuk membaca kembali beberapa halaman yang telah kau lewatkan. Dituturkan dengan sudut pandang orang pertama, membuat saya seolah-olah sedang berhadapan dengan Hideyoshi.


Selamat membaca

-------------------------------------------
Judul : The Swordless Samurai
Penulis : Kitami Masao
Penerbit : Zahir Books
Terbit : Desember 2010 (Cetakan I)
Tebal : 262
ISBN : 978-979-19337-2-8
--------------------------------------------

Wednesday, April 25, 2012

[Review] A Thousand Splendid Sun, "perempuan-perempuan perkasa dalam karya Khaled Hosseini"


A Thousand Splendid Suns mengisahkan dua wanita dari generasi yang berbeda, Mariam dan Laila. Bagian awal novel ini fokus menceritakan kehidupan Mariam. Ia hidup bersama ibunya, Nana, disebuah gubuk yang terletak jauh dari kota. Sang ayah, Jalil, tidak pernah menikahi ibunya karena status sosialnya. Mariam dan Nana hidup di gubuk kecil serba kekurangan, sedangkan Jalil hidup bersama tiga istrinya di Herat dalam rumah besarnya. Nana telah menceritakan semua kejahatan Jalil kepada Mariam, namun Mariam tetap memuja ayahnya yang biasa mengunjunginya setiap minggu. 

“Camkan ini sekarang, dan ingatlah terus anakku : Seperti jarum kompas yang selalu menunjuk ke utara, telunjuk laki-laki juga selalu teracung untuk menuduh perempuan. Selalu. Ingatlah ini, Mariam.” [hal 20]

Mariam selalu ingin mengunjungi rumah ayahnya di Herat dan ketika keinginannya memuncak, Ia rela mengabaikan larangan ibunya dan menempuh perjalanan ke Herat. Apa yang dijumpainya di Herat membuat Mariam memahami perkataan ibunya selama ini, namun nasi sudah menjadi bubur, ketika ia kembali ke gubuknya, Mariam hanya mendapati tubuh ibunya sudah tidak bernyawa.

Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam.
Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu.
Hanya akulah yang kaumiliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi.
Tak akan ada siapa pun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!

Mariam yang seorang diri dan ketakutan, oleh sang ayah justru dinikahkan dengan seorang duda tua dan dibawa ke Kabul, tempat dimana kehidupan yang sebenarnya menanti Mariam.

Sampai disini saya terus menanti sebuah peristiwa baik yang akan disisipkan sang penulis dalam kehidupan Mariam, namun lagi-lagi saya semakin takut melihat masa depan Mariam. Mariam memasuki rumah barunya di Kabul bersama suaminya, Rasheed. Membaca bagian ini, saya sangat ketakutan, saya takut membayangkan apa yang akan dilakukan Rasheed pada Mariam. Ketika memasuki malam hari, saya bergidik membayangkan Rasheed yang mulai mendekati Mariam. Poor Mariam. Ia tidak bisa menolak Rasheed dan Mariam pun hamil, namun justru saat itulah ia mulai merasa memiliki harapan. Di puncak ketakutan itu, penulis justru membawa saya berkenalan dengan gadis kedua. 

Berkenalan dengan Laila membuat saya sedikit mengendorkan otot-otot saya yang dari awal tegang membaca kisah Mariam. Laila memiliki sahabat laki-laki pincang bernama Tariq. Persahabatan Laila dan Tariq membuat saya sejak awal berharap mereka akan menjadi sepasang kekasih. Namun, penulis tidak memberikan cerita semanis itu. Lewat mata Laila dan Tariq, saya dibawa melihat peperangan yang melanda Afganistan. 

Suatu hari keluarga Tariq memutuskan untuk meninggalkan Kabul yang dirasa sudah tidak aman lagi. Menghadapi perpisahan itu membuat Laila dan Tariq menyadari perasaan mereka masing-masing. Lalu apa yang harus mereka lakukan? Sementara orang tua Laila pun berencana untuk mencari tempat yang baru. Apakah semua rencana itu berhasil? Bagaimana kehidupan Laila dan Tariq selanjutnya? Lalu apa sebenarnya tujuan Khaled Hosseini menceritakan Mariam dan Laila secara bergantian? Novel ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama fokus menceritakan Mariam, bagian kedua fokus menceritakan Laila, dan bagian ketiga menceritakan keduanya secara bergantian. Suatu saat kehidupan mereka pada akhirnya harus bersinggungan satu sama lain. Lalu apa hubungan mereka? 

Khaled Hosseini bercerita dengan latar belakang peperangan dan kekacauan yang sedang melanda Afganistan. Dimulai saat peperangan antara Afganistan dan soviet, lalu diteruskan dengan kepemimpinan Taliban yang justru membuat keadaan Kabul semakin kacau. Dari semua karakter, saya paling menyukai karakter Mariam. Dia sabar dan kuat menghadapi segala sesuatu yang menimpanya. Dan ketika sebuah ungkapan cinta diterimanya, ia bahkan berani mengambil tindakan yang luar biasa.

Novel ini mengandung informasi-informasi menarik yang baru saya ketahui setelah membacanya. Woman in Kabul. Wanita di Kabul tidak diijinkan untuk bekerja dan berkarir seperti laki-laki. Sebelum kepemimpinan Taliban, wanita telah menduduki tempat-tempat yang sejajar dengan pria. Banyak wanita menjadi dosen, guru bahkan pegawai negeri. Ayah Laila adalah salah satu tokoh yang terus mendesak anaknya agar mendapat pendidikan yang layak. Bahkan setelah jalanan semakin kacau, Ayah Laila memutuskan menjadi guru bagi anaknya, hanya agar Laila tidak kekurangan pendidikan. Wanita tidak boleh keluar rumah sendirian. Ia harus ditemani oleh suaminya dan harus menggunakn burqa. Selain itu Khaled Hosseini menggambarkan kehamilan sebagai sebuah harapan akan masa depan yang lebih baik. Mariam hamil dan berharap ia bisa hidup dengan lebih baik. Kehamilan Laila yang membuatnya berjuang untuk terus hidup. Wanita di Kabul hanya dianggap sebagai mesin penghasil anak, khususnya anak laki-laki, selain mesin penghasil anak, wanita bukanlah apa-apa.

Patung Buddha Bamiyan. Monumen patung Buddha yang terletak di lembah Bamiyan merupakan suatu tempat yang oleh Khaled Hosseini digambarkan sebagai tempat yang indah. Daerah yang terletak di jalur sutra yang menghubungkan wilayah india dan tiongkok dengan dunia barat ini berkembang menjadi pusat agama dan filsafat. Patung yang telah lama dipelihara dan dilestarikan ini, pada masa pemerintahan Taliban dihancurkan karena dianggap sebagai berhala.


People’s Pursuit of Love and Freedom. Setiap tokoh dalam novel ini berjuang untuk meraih kebebasan dan menemukan cinta. Mariam yang setelah sekian lama menderita, kesepian, sendirian dan tertekan, justru menjadi lebih berani ketika mengenal Laila. Mariam menjadi kuat karena ia mendapatkan cinta dari Laila yang dianggapnya seperti anak sendiri. Jalil berusaha melakukan setiap hal yang dapat menebus kesalahannya hanya untuk mendapatkan cinta Mariam kembali. 

 Khaled Hosseini lahir di Kabul, Afghanistan di tahun 1965. Ayahnya adalah seorang diplomat dengan Kementrian Luar Negeri Afghanistan. Ibunya mengajar bahasa Farsi dan Sejarah di sebuah sekolah menengah yang besar di Kabul. 
Hosseini adalah seorang Internist dan dia mulai menulis “The Kite Runner” di bulan Maret 2001, saat dia juga sedang praktek sebagai dokter. “The Kite Runner” telah diterbitkan dan menjadi bestseller di 38 negara. Novel keduanya “A Thousand Splendid Suns” diterbitkan di Amerika di Mei 2007 dan telah menjadi bestseller.

Special thing. Buku ini telah berada dalam wishlist saya kurang lebih satu tahun. Entah mengapa selama setahun, saya tidak terpikir untuk membelinya langsung ke toko buku. Jujur saya tidak yakin akan menyukai kisah yang dituturkan oleh Khaled Hosseini ini. Untuk perkenalan yang tertunda itu, kini, membuat saya justru bersyukur karena mendapatkan buku ini sebagai kado dari secret santa versi blog buku Indonesia. Pada bulan desember 2011, kami yang tergabung dalam blog buku Indonesia mengadakan suatu event tukar kado antar sesama member, saya mendapat kesempatan untuk memberikan kado kepada salah seorang teman yang berada di medan, namun saya tidak tahu siapa yang akan memberikan saya kado, that’s why sang pemberi kado populer dengan nama #SS(Secret Santa). Kegembiraan mulai terasa dalam group ketika masing-masing mulai menerima buntelan kado secret santa dan akhirnya pada awal januari buku ini mendatangi saya. Lalu apakah asumsi saya yang tidak akan menyukai kisah ini tetap ada setelah berkenalan dengan buku ini? NO. This book was a mirror of life, people’s pursuit of love and freedom.

Terimakasih untuk Mia Prasetya yang telah memulai perkenalan saya dengan A Thousand Splendid Sun.

---------------------------------------
Judul : A Thousand Splendid Suns
Penulis : Khaled Hosseini
Penerbit : Qanita
Terbit : Mei 2011 (Cetakan II)
Tebal : 512 hal
ISBN : 978-602-8579-52-0
---------------------------------------