Thursday, February 28, 2013

[Review] Oliver Twist by Charles Dickens



Kesulitan ekonomi dapat membuat manusia menjadi serakah, brutal dan tanpa belas kasihan. Bagaimana ketamakan manusia itu menguasainya dan apa efek luar biasa yang ditimbulkannya,  digambarkan dengan jelas oleh Charles Dickens dalam buku yang telah beberapa kali di sajikan lewat layar lebar ini. Banyak orang mengenal Oliver Twist lewat film yang pernah ditayangkan pada tahun 1948, 1968 (musikal), dan 2005. Oliver Twist pun berkali-kali masuk dalam nominasi Academy Awards dan pernah memenangkan penghargaan Oscar untuk kategori Best Picture. Namun sejujurnya saya belum pernah menonton satupun filmnya, sehingga rasanya menyenangkan sekali membaca buku ini tanpa clue sedikit pun tentang ide ceritanya.



Oliver Twist kecil lahir di sebuah rumah sosial di daerah pinggiran inggris. Ia lahir disaat yang sama ketika ibunya menghembuskan napas terakhir. Hidup tanpa orang tua di rumah sosial, Oliver diperlakukan seperti seorang penjahat. Ia hanyalah seorang anak kecil yang ingin mendengar kata-kata indah, alih-alih sumpah serapah dan makian. Oliver sangat kesepian.

“Amat kesepian, Tuan! Amat sangat kesepian!” tangis anak itu. “Semua orang membenci saya. Oh! Tuan, jangan, jangan marah kepada saya” [hal 37]

Saya menangis ketika membaca paragraf itu dan saat menuliskannya kembali dalam tulisan ini. Inilah salah satu hal yang membuat saya menyukai karya klasik. Para penulis zaman dulu acap kali mengangkat kondisi masyarakat, sosial dan relasi interpersonal menjadi bahan untuk tulisan mereka. Itu adalah ide mendasar karena sampai berabad-abad lamanya pun, konflik sosial selalu muncul sehingga membuat karya-karya tersebut selalu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Pada masa itu Oliver dan semua pekerja miskin lainnya hanya diberi makan bubur yang terlalu encer. Ketika Oliver meminta tambahan sedikit makanan, ia pun dianggap membangkang. Oliver yang dianggap sebagai beban bagi desa itu, kemudian dijual kepada setiap penawar yang berharap mendapatkan uang imbalan dan seorang anak yang dapat dijadikan pesuruh. Nasib buruk yang selalu menimpanya di tempat kelahirannya membawa Oliver melarikan diri menuju London. Sesampainya di London, nasib Oliver tidak berubah banyak, ia bertemu dengan kelompok pencuri yang dipimpin oleh seorang pria bernama Fagin. Fagin memaksa Oliver menjadi kaki tangan mereka. Saat mencoba mengikuti teman-temannya melakukan pencurian, nasib sial menimpanya karena ia tertangkap, namun nasib baik pun mengikutinya karena korban pencurian itu mengasihinya dan ada saksi yang membebaskannya dari tuduhan itu. Oliver dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Mr. Brownlow dan Nyonya Bedwin. Oliver merasakan nikmatnya surga untuk pertama kali dalam hidupnya, walau hal itupun tak berlangsung lama karena Fagin kembali menangkapnya meski ia telah meronta meminta kebebasan.

Oliver muda kembali berhadapan dengan sesaknya kejahatan, ia berdoa kepada Tuhan agar tetap memberikannya jalan yang lurus. Namun Fagin memiliki rencana yang bertentangan  dengan hati Oliver. Fagin terus berusaha mengubah jiwa Oliver. Ia meninggalkan Oliver dalam kesendirian berhari-hari, sampai-sampai ketika semuanya berkumpul, Oliver nyaris melonjak bahagia karena kesepian yang dilandanya. Ia bahagia meskipun orang-orang yang berkumpul disekitarnya adalah kumpulan penjahat. Itulah efek dari sebuah kesepian. Lalu apakah jiwanya akan berubah warna? Siapa Oliver Twist sebenarnya? Bagaimana nasib membawanya?

Oliver Twist diterbitkan pada pada tahun 1838. Kisah ini menggambarkan kondisi inggris pada masa Revolusi Industri dimana anak-anak yatim dan masyarakat kelas bawah tidak memiliki kekuatan untuk menyuarakan pendapatnya. Oliver Twist memuat satir tajam yang ditujukan Charles Dickens kepada The Poor Law Amendment Act of 1834, atas aturannya yang mengharuskan semua bantuan amal kepada masyarakat kelas bawah diberikan lewat workhouses atau dalam terjemahan bentang disebut rumah sosial. Anak-anak rumah sosial yang kelaparan dan dikirim ke tambang atau ke laut merupakan sasaran tajam yang diberikan oleh Dickens sebagai wujud kebenciannya terhadap hal sama yang pernah dialaminya ketika ayahnya dipenjara karena hutang di Marshalsea. Di usia 12 tahun, Dickens beserta ibu dan saudaranya pernah bekerja di sebuah pabrik karena kesulitan finansial. Seorang anak yang lebih senior darinya bernama Bob Fagin pernah menceramahinya untuk bekerja lebih baik. Karakter inilah yang diyakini menjadi ide Dickens dalam menyalurkan kebenciannya menjadi sosok kepala pencuri Fagin.

Ditengah kemerosotan moral akibat kondisi finansial dan ketamakan manusia, Dickens tidak lupa menghadirkan tokoh-tokoh berhati lembut seperti Rose Mylie, Nyonya Mylie, Mr. Brownlow, Nyonya Edwin, Mr. Losberne, bahkan Mr. Grimwig yang baik namun sering berpikiran negatif. Entah apa jadinya negeri yang digambarkan oleh Dickens tanpa sosok mereka. Tentu saja Harry Mylie tidak boleh dilupakan, karena tanpa dia kisah cinta kecil dalam buku ini tidak akan pernah terjadi. Saya menyukai semua tokoh dalam buku ini. Tidak hanya mereka yang baik, tetapi juga mereka yang mendapatkan peran bad guy.

Oliver Twist adalah perkenalan kedua saya dengan Charles Dickens.  Dia mahir sekali menggambarkan setiap situasi, baik yang mencekam, menyedihkan, ataupun semburat kebahagiaan lewat kata-kata indah. Banyak pesan yang telah disampaikan Dickens secara implicit, namun sebanyak itu pula pesan explicit bertaburan, seperti kutipan dibawah ini:

 “Para manusia yang mengamati alam dan meneriakkan bahwa semuanya gelap dan suram adalah cerminan mata serta hati mereka sendiri yang tidak sehat. Semburat sejati sesungguhnya lembut dan membutuhkan penglihatan yang lebih jernih” [hal 352]

Dan tanpa kasih sayang kuat serta hati yang tulus, syukur kepada Tuhan yang maha mengampuni, dan kasih serta kebaikan adalah sifat hebatnya yang diberikan kepada semua yang bernapas, kebahagiaan takkan pernah bisa didapatkan” [hal 577]


Sungguh sayang ada beberapa bagian typo yang mengganggu kenikmatan membaca, tidak lengkapnya sebuah kalimat atau sebuah kata terkadang merepotkan. Bahkan ada beberapa Quote yang mungkin jika digarap dengan lebih baik dapat menghasilkan terjemahan yang lebih baik pula. Hal ini membuat saya ingin sekali membaca terbitan aslinya.

Summary

This is the second Charles Dickens’s book I ever read. The first was about Christmas and the second was social criticism. Charles Dickens hatred for The Poor Law Amendment Act of 1834 was the source for basic idea of this book. The Poor Law that dictated that all public charity must be managed through workhouses was the target of Dickens’s social satire. I really like this book. There is a part of conversation between Mr. Bumble and Oliver that entirely expressed Oliver’s deepest loneliness and sadness, he cries out that he’s “lonely” because “everybody hates me”. That part makes me cry when i remember it. The basic idea of this book was one of the reason I always love classic. There is so many classic books talked about the real condition about social inequality, the classic author becomes the representative of orphan and lower class’s voices. Dickens gave me a point of view about the side effect of Industrial Revolution in England, how a man becomes so cruel and greedy to get everything he needs. Every good man Dickens describes in this book, all comes from middle or upper class, so they didn’t have any reason to be cruel or greedy. That’s very natural isn’t it? But Nancy shows different side of personality. She was kind, but her condition pushes her to join Sikes and Fagin. She gets involved with the criminality, but when the time to do the right thing comes, she listens to her heart. Nancy and Oliver, they are the only lower class people with kindness.

Sometimes i stop reading because it’s too scary for me. I hate when the situation turns bad for Oliver, when he caught by Fagin. It’s too irritated. But so far, I really likes the story, its riches me with new knowledge and good feeling. I give 5 stars for Charles Dickens and Oliver Twist.

When I finished read this book, I realize that sometimes I see the same problem every day in the street of Jakarta. There is a social problem, poverty, and so many children sitting down in the street and hope for a person’s kindness. But there is a criminality using the mask of poverty that makes me afraid to help others. Hmmm…I’m going to think about it.

---------------------------------
Judul: Oliver Twist
Penulis: Charles Dickens
Penerbit: Bentang
Terbit: 2010
Tebal: 578 hal
ISBN: 978-979-1227-59-9
---------------------------------

14 comments:

  1. Ini buku Dickens yang pertama aq baca. Awalnya sempat mogok karena 'bahasanya' yang aneh, tapi awal tahun kemarin pas mood lagi bagus :D aq baca lagi dari awal-akhir, ternyata bagus banget :D malah lebih bagus dan penuh detail dibandingkan filmnya. Seperti Harry Potter, filmnya dibuat untuk konsumsi anak-anak, jadi penggambaran suasana gelap, suram, kumuh serta kejahatan yang mengerikan dalam buku justru hilang. Anehnya aq justru tertarik dengan karakter Nancy yang lebih terasa 'hidup' daripada Oliver

    ReplyDelete
  2. Iya...nancy satu2nya karakter yang digambarkan Dickens dengan sisi personality yang berbeda..rasanya karakter nancy memang yang paling human ya..

    ReplyDelete
  3. Kutipan yang pertama itu... Sedih banget... :'(

    ReplyDelete
  4. kalau saya baru pertama kali kak, dan suka :)

    ReplyDelete
  5. pernah nonton filmnya yg ada elijah wood tapi nggak begitu suka :)

    ReplyDelete
  6. we have the same idea about Nancy, i like her. i took this novel as my assigments for ER course

    ReplyDelete
  7. Saya baca buku ini waktu SD bukunya lama saya simpan tp entah dimana sekarang. .

    ReplyDelete
  8. Dimanakah saya bisa membeli novel yg penerbit bentang pustaka ? Sy perlu banget krn kebetulan skripsi sy ttg oliver twist dan sy blm mnmukan terjemahannya yg halaman 500lebih, mohon bantu yah klo ada yg jual bekas bisa hubungi email saya enypk2128@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya cari Ebooknya saja deh atau bisa menghubungi bentang pustaka langsung. Dulu waktu saya nyari terjemahan bukunya George Orwell pun langsung menghubungi kantor Bentang.

      Delete
  9. apakah buku yang anda baca itu oliver twist or the parish boy progress? soal nya saya baca yang di gutenberg.org itu gitu judulnya

    ReplyDelete
  10. Saya membaca buku oliver twist waktu daya masih SD dan terkesan sekali dengan ceritanya. Seperti ikut merasakan kesedihan yg dialami oliver.

    ReplyDelete