Monday, December 31, 2012

[Review] The Time Keeper


Burung-burung tidak terlambat. Anjing tidak perlu melihat jam tangan.
Rusa tidak ribut-ribut tentang hari-hari ulang tahun yang telah lewat.
Hanya manusia yang mengukur waktu.
Hanya manusia yang menghitung jam.
Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan terhebat yang tidak dirasakan mahluk-mahluk lainnya….Takut kehabisan waktu. (hal 16)

Dor adalah manusia pertama di dunia yang mulai menghitung waktu. Ketika dia mulai menghitung, dia mendapat pengetahuan luar biasa, namun kehilangan setiap momen berharga. Dia memperhatikan waktu, dan melupakan segala sesuatu yang diberikan kepadanya pada waktu itu. Ketika istrinya hampir meninggal, dia menjadi marah terhadap waktu. Dia ingin memiliki kuasa atas waktu sehingga bisa mengendalikan dunia dan menahan kepergian istrinya. Namun dipuncak kemarahannya, ia justru dibawa oleh kekuatan tak terduga ke sebuah gua yang dipenuhi suara-suara permohonan setiap orang yang meminta diberikan lebih banyak waktu. Ia tinggal di gua itu berabad-abad lamanya, sampai suatu saat ia diminta kembali ke bumi, mencari dua orang dan mengajari mereka apa yang telah dipelajarinya. Pria tua yang menempatkannya di dalam gua hanya berpesan,

“ada alasannya mengapa Tuhan membatasi hari-hari manusia…tuntaskan perjalananmu dan kau akan mengerti” (hal 117)

Victor Delamonte adalah seorang yang sangat kaya, namun dokter telah memberikan vonis bahwa waktunya tidak banyak, ia menderita kanker. Karena terbiasa memperoleh apapun yang diusahakannya, ia pun ingin mengusahakan kesembuhannya, ia ingin mengalahkan kematian dan hidup lebih lama. Ia menghabiskan waktu-waktu terakhirnya dengan terus bekerja dan mencari jalan keluar atas masalah kematiannya. Ia mengabaikan istrinya dan terus melakukannya bahkan disaat-saat terakhir hidupnya. Sarah Lemon, siswi SMU yang malu dengan kecerdasannya, terus merasa bosan dengan kehidupannya, terlebih setelah ia mendapat penolakan dari laki-laki yang ditaksirnya. Ia memperlakukan ibunya seperti musuh dan ia berencana menyakiti dirinya sendiri agar laki-laki yang menolaknya merasa menyesal. Dua orang asing ini harus belajar memahami waktu.

Membaca buku ini, mengingatkan saya pada Ebenezer Scrooge. Namun dengan cara yang berbeda, Mitch Albom mengajarkan saya hal yang sama dengan pesan Dickens lewat kisah Scrooge. Mitch Albom telah membuat saya jatuh cinta dengan semua karyanya sejak saya membaca Tuesday with Morrie. Ini adalah karya Mitch Albom kelima yang telah saya baca. Apa kesamaan dari kelima buku itu? Semuanya bersinggungan dengan KEMATIAN. Tampaknya, Mitch Albom benar-benar meresapi pesan yang disampaikan oleh Profesor Morrie Schwartz, bahwa “When you learn how to die, you learn how to live”. Rasanya sejak pesan itu, ia terus membahas tentang hal yang satu itu dengan berbagai macam cara untuk membuat setiap pembacanya belajar cara hidup. The Time Keeper mengajak pembaca untuk memikirkan kembali hal apa yang paling berharga dalam hidupmu. Apakah itu pekerjaanmu? Keluargamu? Anak-anak? Ataukah uang? Temukan hal itu dan nikmati waktumu bersama hal itu. Lima bintang untuk Mitch Albom.

Beberapa waktu yang lalu, saya ikut serta merayakan ulang tahun presiden direktur di tempat saya bekerja, Bpk Teddy Rachmat. Di acara itu, kami meminta beliau untuk memberikan pesan kepada kami semua, dan beliau berkata: time is running so fast, don’t waste your time and follow your dreams/heart. Ada alasannya mengapa Tuhan membatasi hari-hari manusia, bacalah dan anda akan memahaminya.

------------------------------------------------
Judul: The Time Keeper (Sang Penjaga Waktu)
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober 2012
Tebal: 312 hal
ISBN: 978-979-22-8977-0
-------------------------------------------------

Saturday, November 24, 2012

2013 TBR Pile Challenge


Hosted by: Roof Beam Reader
Duration: 1 Jan 13 - 31 Dec 13
To finally read 12 book from your "to be read" pile within 12 months

I really excited when i saw this reading challenge. Hope it will help me reduce my book in "to be read" pile :D 

Notes: I will write my review in Indonesian, so Indonesian reader could read it, but i will give a summary part in English  so i can share my thoughts for international reader too. And here is my list for the next twelve months. 
  1. 1984 by George Orwell
  2. Trio Musketri by Alexandre Dumas
  3. The Great Gatsby by F.Scott Fitzgerald
  4. Black Beauty by Anna Sewell
  5. Girl with a pearl earrings by Tracy Chevalier
  6. Little Woman by Louisa May Alcott
  7. Around the world in eighty days by Jules Verne
  8. My Name is Red by Orhan Pamuk
  9. Pride and Prejudice by Jane Austen
  10. The Remains of the Day by Kazuo Ishiguro
  11. Things fall apart by Chinua Achebe
  12. Imperium by Robert Harris
Alternates:
  1. The Virgin Blue by Tracy Chevalier
  2. Conspirata by Robert Harris

Julius Caesar - Act One


I saw Shakespeare’s work through movie instead of plays, because I watched Romeo and Juliet and never read plays before. So I’ll try my best to make a review about his work.

I am currently reading Julius Caesar, and i hope it’s a good choice to start. Try to read Plays in language other than my mother language is really intimidating so i read it through No Fear Shakespeare, because it helps me to understand the original text.

The Play start with two Tribunes, Flavius and Murellus, who condemn the commoners, a carpenter and cobbler for what they’ve done. They just cheered for Caesar’s triumph. In the first scene, I already see a hatred for Caesar. At last, I know they fear the possibility that Caesar may soon become a king of Rome. I wonder why those people have so much hatred for Caesar. Is this because of Caesar’s character? I don’t have the answer yet.

This hatred becomes more interesting in 2nd scene while a conversation between Caius Cassius and Marcus Brutus. Brutus is a noble man, he loves Caesar, but he puts honor above all. Cassius knows Brutus’s sense of honor and he uses it to lead him to believe that Caesar has become too powerful and it makes him more dangerous. In this 2nd scene, there is a part when I found Caesar’s character and how he treats a friend.

Caesar:
Forget not in your speed, Antonius, to touch Calphurnia, for our elders say the barren, touched in his holy chase, shake off their sterile curse.
Antonius:
I shall remember. When Caesar says, “do this”, it is performed.

You can see it right? It happens before he becomes a king and how will that be when he’s a king? That’s what Cassius afraid off. As Cassius hate him, Caesar shows much hatred as Cassius does.

Caesar:
(Aside to Antony) Let me have men about me that are fat, sleek-headed men and such as sleep a-nights. Yond Cassius has a lean and hungry look. He thinks too much. Such men are dangerous.

Caesar refused a crown offered by Antony and it makes people praise him more. Caesar just gets people attention, but as I saw, Cassius also just take a place in Brutus’s head. He was gathering followers. And just like that, the conspiracy begins.



I thought Julius Caesar was a good choice as a start to know Shakespeare, except for the metaphor. I already done with act one and I found some characters I didn’t like. Cassius really have a talent to persuade people but I thought he’s not smart like Cicero. Cassius has no courage to face Caesar alone. That’s why he needs Brutus, Cicero and other Noble man to be his hands. I love Brutus, but I am wondering, will he join the conspiracy?


Wednesday, November 21, 2012

Wishful Wednesday [2]

waahhhh.....ada ibu peri yang mau mengabulkan dua permintaan hari ini...dua buku gratis untuk siapa saja yang memiliki blog buku dan bersedia membuat postingan Wishful Wednesday. Ibu peri sebentar lagi akan berulang tahun yang ke-32 di tanggal 23 November...what a combination yaaa (23 & 32)...karena itu aku ingin memberitahukan buku yang kuinginkan untuk ibu peri Astrid...ini dia buku pilihanku,


Ini adalah sinopsis versi Goodreads,

The Sword in the Stone karya T.H. White adalah kisah klasik mengenai Legenda Raja Arthur; mengenai Merlyn dan burung hantu peliharaannya, Archimedes, Wart, juga makhluk yang berbicara dan manusia yang bisa terbang. Kisah mengenai ilmu sihir dan pertempuran. 

Ini adalah buku petualangan yang lucu sekaligus menyentuh. Para pembaca tidak hanya diajak menyusuri kehidupan Arthur sebelum dia diangkat menjadi raja, tetapi juga mendalami hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. Kita bisa melihat proses yang dilalui Arthur untuk menjadi seorang pemimpin yang bijak, murah hati, namun juga bertekad baja. 

Ditulis dengan sangat indah. Kisah klasik abadi ini akan membawa Anda lebih dekat dengan Legenda Raja Arthur dari sisi yang lebih membumi. 


"Wart adalah nenek moyang Harry Potter"
— J.K. Rowling (Penulis buku Harry Potter)

Ibu peri bisa melihat buku ini di bukabuku[dot]com. Ini adalah salah satu buku klasik yang ingin kukoleksi, kebetulan aku juga suka dengan kisah seputar King Arthur dan Merlin, aku bahkan punya koleksi film-filmnya, tapi aku bahkan tidak punya satu pun buku tentang mereka, karena itu aku menginginkan buku ini, sekaligus menjadi awal perkenalan dengan T.H White. Semoga aku bisa mendapatkannya.

Siapapun yang ingin mengikuti event ini, ada beberapa ketentuan yang harus diikuti ya.


Caranya:
  1. Silahkan follow blog Books To Share - atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertaan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silahkan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
Gampang kan? Untuk postingan asli, bisa lihat disini ya..selamat membuat Wishful Wednesday dan Good Luck!

Friday, November 16, 2012

Friday's Recommendation [1]



Walaupun sudah sore, rasanya belum terlambat untuk ikut Friday's Recommendation...iya kan ren? Hmm...ini pertama kalinya saya join event yang di host oleh Ren's Little Corner, kebetulan karena saya baru saja membaca buku yang cukup bikin sesak napas. Untuk mengikuti event ini, aturannya gampang kok, silahkan simak beberapa point berikut :
  1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi buku untuk diterjemahkan. Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi buku pilihan. Disini direkomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.
  2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.
  3. Beri sinopsis, genre buku, dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.
  4. Posting button meme.
  5. Blogger yang sudah membuatnya memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini, sehingga pembaca bisa blog walking.
  6. Untuk pembaca blog yang tidak punya blog, bisa menulis rekomendasinya di kolom komen.
  7. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa inggris, dipersilahkan menulis dengan bahasa inggris, begitujuga sebaliknya.
Nah, untuk Friday's Recommendation pertama ini, saya ingin merekomendasikan buku yang sudah lama diterbitkan oleh Gramedia, berjudul The Thirteenth Tale yang ditulis oleh Diane Setterfield. Kebetulan buku ini baru saja saya review. Berikut ini penampakannya.


  Berikut ini, sinopsis The Thirteenth Tale dari Goodreads :

 "Ceritakan padaku yang sesungguhnya."

Permintaan sederhana itu mengusik hati Vida Winter, novelis ternama yang penuh rahasia. Bukankah selama enam puluh tahun ini dia telah mengarang banyak dongeng, tapi tak pernah mengungkapkan kisahnya sendiri? Namun, menjelang ajal, masa lalu tak dapat dihindarinya lagi, berapa pun banyaknya dongeng yang telah ditenunnya.

Maka Vida Winter mengundang Margaret Lea, penulis biografi muda, yang memiliki rahasia sendiri tentang kelahirannya, yang telah dikubur dalam-dalam oleh orang-orang yang paling dia kasihi, dan menciptakan bayang-bayang kelam yang membuntuti tiap langkahnya.

Inilah kisah Vida dan keluarga Angelfield: Isabelle yang cantik dan keras kepala, si kembar Adeline dan Emmeline yang liar, rumah besar Angelfield yang tua dan nyaris ambruk, serta semua penghuninya, hidup atau mati. Sementara Margaret tenggelam dalam dongeng Vida, rahasia kelam itu lambat laun tersingkap, dan saat kebenaran mengemuka, kedua wanita itu pun harus menghadapi hantu-hantu yang selama ini membayangi hidup mereka.

Alasan pertama, mengapa saya merekomendasikan buku ini adalah well..this is Book Lover's Book, ide ceritanya menarik, cara penuturannya pun tidak kalah menarik dan anda pasti akan terkaget-kaget dengan ending ceritanya. Baca buku ini agak membuat sesak napas karena buku ini memuat semua ciri khas Gothic yang bisa kita temukan di karya klasik seperti Jane Eyre atau Wuthering Heights. Nah, itu aja ya petunjuknya, silahkan membaca untuk mengenal karya ini lebih lanjut.

The Thirteenth Tale




“All children mythologize their birth. It is a universal trait. You want to know someone? Heart, mind and soul? Ask him to tell you about when he was born. What you get won’t be the truth: it will be a story. And nothing is more telling than a story.” ~ Diane Setterfield, the Thirteenth Tale

Margaret Lea telah menghabiskan sepanjang hidupnya berada di toko buku milik ayahnya. Ia bergaul dengan banyak penenun kisah yang berasal dari masa yang berbeda dengan masanya. Ia menyukai kisah klasik dan bersahabat dengan para tokoh klasik. Ia menyukai karya-karya mereka yang telah lama terlupakan. Margaret menjalani hidupnya seperti biasa, menyimpan ceritanya sendiri didasar hatinya dan berdiam diri bersama buku-bukunya. Jane Eyre, Wuthering Heights, The Woman in White menjadi sahabatnya. Ia menjalani kehidupannya dengan cara lama, sampai sebuah surat datang menghampirinya, dan semuanya pun berubah.

Vida Winter adalah seorang penenun cerita. Dongeng-dongengnya dikenal dunia namun kisah hidupnya tetap tinggal sebagai misteri. Ia sangat piawai merangkai sebuah kisah, menceritakan dongeng yang ingin didengar orang, memberikan ending yang membuat setiap orang puas, dan meninggalkan ruang kosong yang membuat setiap orang harus selalu menoleh kembali. Ruang kosong yang seharusnya diisi dengan kisahnya sendiri, namun ia membiarkannya tak terangkai. Tiga Belas Dongeng dan Perubahan Keputusasaan adalah karyanya yang meninggalkan misteri, buku yang setelah beredar dipasaran, ditarik kembali karena hanya memuat dua belas dongeng didalamnya. Dongeng ketiga belas tetap menjadi misteri, sampai seorang pemuda berjas cokelat datang menghampirinya dan memintanya “ceritakan padaku yang sesungguhnya”…saat itulah ia menulis surat kepada seseorang yang terlahir sebagai anak kembar. Mengapa Vida Winter memilih Margaret Lea? Mungkin karena ia pun akan menceritakan kisah anak kembar.

Margaret mengunjungi Vida Winter di rumahnya. Ia sepakat akan menjadi penulis biografi Vida Winter dengan beberapa kesepakatan. Setelah menyetujui bahwa tidak boleh ada lompatan cerita, Vida Winter menenun kisah puluhan tahun silam, kisah tentang keluarga Angelfield, tentang George Angelfied dan Mathilda, kisah Charlie dan Isabell, Adeline dan Emeline, Missus dan John-the-dig, serta kisah rumah yang mungkin berhantu.

Aku dan Margaret Lea, kami berdua sama-sama mendengarkan kisah ini dari mulut Vida Winter. Charlie dan Isabell adalah saudara kandung, Adeline dan Emeline adalah saudari kembar, Missus dan John-the-dig adalah pelayan yang setia sampai mati tetap melayani di rumah keluarga Angelfield. Ada banyak orang yang datang dan pergi, membawa aturan dan meninggalkan bekas yang membuat rumah Angelfield tidak pernah sama. Suasana rumah yang tidak terurus membuat semua tetangga menganggap rumah itu berhantu. Lalu bagaimana kisah mereka yang tinggal di rumah keluarga Angelfield?

Seseorang atau apapun itu menjadi menarik karena mengandung misteri dan buku ini sejak halaman pertama adalah sebuah misteri untukku. Ada banyak hal yang kusukai dari buku ini. Pertama, karena Margaret memiliki toko buku yang sangat kuinginkan. Kedua, karena Vida Winter menenun kisahnya menggunakan bahasa yang tidak biasa, dan Ketiga, karena kisah di buku ini tidak bisa kutebak. Aku bahkan harus membolak –balik beberapa bagian untuk kubaca ulang setelah sebuah rahasia terungkap, rahasia yang menurut Margaret sudah disadarinya namun tidak bisa kusadari, padahal kami berdua menempati posisi yang sama sebagai pendengar. Buku ini adalah referensi model baru untukku, gaya penuturan yang kusukai. Pada bagian awal, Vida Winter bercerita dari sudut pandang orang ketiga, kemudian dibagian tertentu, ia akan menggunakan “aku” untuk menuturkan ceritanya, kemudian aku pun melihat sudut pandang Hester, seorang guru yang pernah hadir dalam keluarga Angelfield, melalui buku hariannya.

Buku ini disebut-sebut sebagai sebuah karya bercirikan gothic yang mengingatkan pembaca pada nuansa klasik Wuthering Height dan Jane Eyre. Cara penuturannya mengalir dan mencekam tetapi indah. Jane Eyre terus menghiasi seluruh kisah dalam buku ini. Setiap karakter dalam buku ini memiliki daya tarik misteri, ada yang rasanya tidak pas, namun sepertinya mereka dibuat memang untuk maksud itu. Dan saat-saat Margaret sudah mulai memahami kisah Vida Winter, disaat yang sama ia membantu saya mampu memahaminya. Ketika rahasia mulai terungkap, Vida Winter dan Margaret Lea justru harus menghadapi kisahnya sendiri, hantunya sendiri, dan pergolakan jiwa mereka yang terus memaksa saya tetap tinggal sebagai satu-satunya pendengar terakhir.

“There is something about words. In expert hands, manipulated deftly, they take you prisoner. Wind themselves around your limbs like spider silk, and when you are so enthralled you cannot move, they pierce your skin, enter your blood, numb your thoughts. Inside you they work their magic.” ~ Diane Setterfield, the Thirteenth Tale

Itulah gambaran kesan selama membaca buku ini. Terimakasih untuk Gramedia telah berhasil menerjemahkan buku dengan mempertahankan gaya penuturan yang mempesona. Lima bintang kuberikan untuk penerjemah. Diane Setterfield adalah penulis asal inggris yang lahir pada bulan Agustus 1964. The Thirteenth Tale adalah novel pertamanya yang diterbitkan pada tahun 2006 dan langsung menjadi New York Times’s Bestseller. Well, this is Book Lover’s Book.


---------------------------------------------------------------------
Judul: The Thirteenth Tale (Dongeng ketiga belas)
Penulis: Diane Setterfield
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2009 (Cetakan II)
Tebal: 608 hal
ISBN: 978-979-22-4129-7
----------------------------------------------------------------------

Thursday, November 8, 2012

"Gone with the Wind" Read Along 2012


Gone with the Wind published by Gramedia Pustaka Utama


Well, my dear, take heart. Someday, I will kiss you and you will like it. But not now, so I beg you not to be too impatient ~ Rhett Butler

Classic Club menuntun saya mengenal salah satu karya sastra yang sangat kontroversial. Karya sastra yang ditulis oleh penulis asal Amerika, Margaret Mitchell. Wow…buku setebal seribu halaman yang cukup membuat saya cemas, akankah saya mampu menyelesaikannya? Namun setebal apapun sebuah buku, jika dirangkai dengan menarik, ribuan halaman pun tidak akan menjadi masalah, dan tanpa terasa saya sudah berada dilembar-lembar terakhir buku ini. Kisah ini mulai ditulis pada tahun 1926 dan akhirnya diterbitkan pertama kali pada tahun 1936. Novel ini bergenre romance yang berpusat pada kisah cinta antara Scarlett dan seorang pria asal Charleston bernama Rhett Butler. Walaupun ditulis pada awal abad ke-19, namun kisah ini dilatarbelakangi oleh perang saudara di Amerika pada tahun 1861-1865 serta masa-masa rekonstruksi paska perang. Hmmm….kisah yang melibatkan berbagai karakter, situasi, dan tentu saja emosi yang sangat beragam. Pembaca yang baik… once upon a time….

Hiduplah Scarlett O’Hara bersama kedua orang tuanya di Georgia, bagian selatan Amerika. Scarlett hidup di Tara, rumah dan tanah perkebunan orang tuanya. Ia adalah anak sulung dari pasangan Gerald O’Hara dan Ellen Robillard. Keluarga ini terbentuk dari dua budaya yang berbeda. Gerald adalah pria asal Irlandia yang berjuang sepanjang hidupnya untuk mendapatkan semua yang dimilikinya. Sedangkan Ellen terlahir dalam keluarga bangsawan Perancis. Oleh Ellen, Scarlett selalu dididik mengikuti gaya bangsawan seperti layaknya wanita pada masa itu yang harus terlihat lemah, tidak boleh menunjukkan kecerdasannya, dan selalu menjaga sikap.

Self-centered” sepertinya ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakter Scarlett. Ia tahu bahwa dirinya memiliki pesona yang menarik para pria, sehingga acap kali menggunakannya untuk kesenangannya sendiri, bahkan terkadang sangat berlebihan. Ia senang dikelilingi oleh banyak pria, walaupun itu berarti ia akan selalu mendapatkan cibiran dari setiap wanita disekitarnya. Walaupun selalu dikelilingi pria, Scarlett diam-diam menyimpan rasa cintanya kepada Ashley Wilkes. Ashley memiliki karakter yang sangat berbeda dengan semua pria yang selalu mengelilingi Scarlett.

Karena Ashley terlahir sebagai manusia yang menggunakan waktu luangnya untuk berpikir, bukan bertindak. Ia merajut mimpi-mimpi indah aneka warna yang sama sekali tak tersentuh dunia nyata. Ia hidup dalam dunia khayal yang lebih indah daripada Georgia, dan kembali ke dunia nyata dengan enggan ~ Hal 35

Suatu hari ia terkejut menerima undangan pertunangan Ashley dan Melanie Hamilton. Saat menghadiri pertunangan Ashley di Twelve Oaks, kediaman keluarga Wilkes, ia berusaha mengungkapkan perasaannya pada Ashley dengan harapan Ashley akan membatalkan pertunangannya dengan Melanie. Namun Ashley menolaknya dan membuat Scarlett sangat marah. Kemarahannya semakin menjadi ketika seorang tamu bernama Rhett Butler menggoda sikapnya itu.  Tanpa berpikir panjang, saat itu juga Scarlett lantas menerima lamaran Charles Hamilton dengan tujuan untuk membalas dendam pada Ashley. Scarlett dan Charles menikah sehari sebelum pernikahan Ashley dan tak lama kemudian Scarlett pun hamil. Pada saat yang sama pecahlah perang saudara di Amerika. Sebelas Negara Bagian budak di Selatan mengumumkan pemisahan dari Amerika Serikat dan membentuk Konfederasi. Ashley dan Charles berangkat mewakili Konfederasi dalam peperangan itu dan sayangnya Charles meninggal karena terserang disentri di kamp penampungan prajurit. Sungguh malang nasib Scarlett, diusia 16 tahun ia telah menjadi janda dengan seorang anak bernama Wade Hampton Hamilton. Status janda prajurit konfederasi seperti cangkang yang menyusahkan Scarlett karena ia harus mengenakan pakaian berkabung yang jauh dari mode, tidak bisa mengikuti pesta-pesta yang sangat disukainya, tidak bisa berdansa, dan tentu saja tidak ada pria yang akan mendekatinya lagi. Ketika ia menerima undangan dari Melanie untuk berkunjung ke Atlanta, ia pun langsung menerimanya dengan harapannya mencari suasana yang mampu mengembalikan semangat hidupnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Scarlett untuk menyukai Atlanta, karena pusat Konfederasi berada di kota itu, banyak prajurit yang beristirahat disana, dan kota itu selalu ramai. Scarlett pun ikut membantu merawat para prajurit di rumah sakit. Masyarakat Atlanta menaruh simpati padanya sebagai seorang janda yang sedang berkabung walaupun Scarlett sama sekali tidak merasa sedih kehilangan Charles. Di kota ini pun Scarlett bertemu kembali dengan Rhett Butler, di sebuah pesta dansa, saat Scarlett sedang bertugas. Rhett memberikan uang sebesar $150 kepada penyelenggara pesta untuk bisa berdansa dengan Scarlett. Semua orang terkejut dengan permintaan Rhett karena Scarlett dianggap masih berkabung. Namun Scarlett bersedia untuk berdansa dengan dalih berkontribusi untuk Konfederasi. Scarlett pun kembali ke lantai dansa dan menikmati cara Rhett memperlakukannya. Sejak saat itu Scarlett mulai sering terlihat bersama Rhett dan semakin lama masyarakat Atlanta semakin sering mengunjingkannya, namun ia sama sekali tidak peduli. Satu-satunya orang yang masih terus mendukung dan menyayanginya adalah Melanie, meskipun tanpa sepengetahuan Melanie, Scarlett sangat membencinya. Namun disaat Melanie hamil dan membutuhkan bantuan untuk melahirkan, Scarlett lah yang menemani dan membantunya. Hal ini dilakukannya bukan karena ia menyayangi Melanie, namun karena ia telah berjanji kepada Ashley akan menjaga Melanie dan bayinya. Rhett yang terus mengunjunginya pun tidak menyurutkan cintanya kepada Ashley, walaupun terkadang ia mengharapkan Rhett terus ada menemaninya. Ia pun bingung dengan perasaannya kepada kedua pria itu. Meskipun Rhett mencintai Scarlett, namun ia pun tidak pernah mengakuinya dengan serius di depan Scarlet, semuanya itu karena sikap Scarlett.
You're so brutal to those who love you, Scarlett.
You take their love and hold it over their heads like a whip ~ Rhett Butler

Saat pasukan Yankee hampir membungihanguskan Atlanta, Scarlett membawa Wade, Melanie dan anaknya meninggalkan Atlanta, memasuki hutan, menempuh perjalanan panjang tanpa persediaan makanan menuju Tara. Ancaman maut kapan saja bisa menghampirinya namun ia mengerahkan semua kekuatannya dan menjadi tumpuan dalam perjalanan itu. Dan sejak saat itu Scarlett yang lama hilang sudah. Ia bertransformasi menjadi Scarlett yang baru. Ketika ia tiba di Tara, ibunya telah meninggal dan ayahnya telah menjadi pikun karena perasaan kehilangan yang sangat mendalam. Hanya ada sedikit makanan namun begitu banyak orang yang harus diberi makan. Sejak saat itu, Scarlett menjadi kepala rumah tanggal di Tara. Ia melukai tangannya dengan melakukan pekerjaan kasar, mengatur persediaan makanan, bahkan membunuh seorang tentara Yankee yang hampir merampoknya di rumahnya sendiri.

Kini ia memandang segala sesuatu dengan sudut pandang baru. 
Di suatu tempat, dalam perjalanan menuju Tara, ia telah membuang masa remajanya. Mala mini adalah malam terakhir ia menganggap dirinya anak kecil. Setelah itu, ia akan menjadi seorang wanita. Masa-masa remaja telah lewat ~ hal 460

Scarlett yang kekanak-kanakan tidak ada lagi, kini ia bertekad untuk memulihkan keadaannya, mempunyai banyak uang agar tidak pernah hidup miskin lagi, walaupun untuk itu ia harus menikah lagi dengan pria yang tidak dicintainya, pria yang jauh lebih tua, dan pria yang seharusnya tidak boleh dinikahinya. Karakter Scarlett berubah total. Seperti apa karakternya? Itulah pertanyaan paling penting yang perlu dijawab. Apakah ia bahagia dengan pernikahannya yang kedua? Siapa pria yang dinikahinya? Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Scarlett dan Rhett atau adakah harapan ia akan bersatu dengan Ashley?  Lalu bagaimana dengan peperangan yang sedang berlangsung hebat antara pihak Konfederasi dan Yankee?

Gambaran budak dalam karya Mitchell ini menjelaskan perbedaan yang sangat mencolok dari karya lain dengan latar belakang yang sama. Salah satunya adalah Uncle Tom’s Cabin, karya Harriet Beecher Stowe yang menjelaskan bahwa budak yang tinggal di daerah selatan diperlakukan dengan sangat buruk, bahkan dicambuk sampai mati. Namun Gone with the Wind menjelaskan suasana yang berbeda. Para budak terlihat bahagia bersama majikan mereka, bahkan beberapa dari mereka tetap tinggal meskipun telah dibebaskan. Karena itu karya Mitchell ini sering disebut sebagai Anti Tom Literature. Kedua buku inilah yang mengenalkan saya pada salah satu sejarah kelam di Amerika. Namun Gone with the Wind memperkaya saya dengan pengetahuan detail tentang peperangan antara Konfederasi dan Yankee. Memberitahukan saya perasaan kelaparan dan putus asa yang ditimbulkan oleh perang. Dan mengenalkan saya pada budaya yang mengungkung wanita pada masa itu. Novel ini banyak membicarakan tentang cinta. Namun cinta tidak semata-mata menjadi pusat perhatian saya. Ada banyak tema lain yang bisa dijadikan bahan diskusi seperti budaya,  perjuangan hidup, peperangan, kekayaan dan kemiskinan, ironi, kelas masyarakat, pembatasan peran pria dan wanita serta keserakahan. Begitu banyak tema yang akan membuat tulisan ini menjadi sangat panjang jika membahasnya satu persatu. Karena itu silahkan anda membacanya. Membacalah terus meskipun anda mulai membenci Scarlett, karena ada Rhett, Mammy, Ellen, Paman Peter, dan karakter-karakternya lain yang akan membuat anda jatuh cinta. Rhett dan Melanie adalah dua karakter yang saya sukai dalam cerita ini. Singkatnya, memiliki pacar seperti Rhett sama menyenangkannya dengan memiliki sahabat seperti Melanie.

Margaret Munnerlyn Mitchell adalah penulis asal Amerika yang melewati masa kecil di daerah bergaya Victorian, yang tidak jauh dari kawasan Darktown, tempat yang banyak dihuni oleh masyarakat African American di Atlanta. Gone with the Wind menjadi satu-satunya karya Mitchell yang pernah diterbitkan semasa hidupnya dan sekaligus membawanya menerima Pulitzer Prize pada tahun 1937. Karya ini pun telah diangkat ke layar lebar pada tahun 1939. Event read along dan tulisan resensi ini dibuat untuk mengenang hari kelahiran Margareth Mitchell yang tepat pada tanggal 8 November 1900. Saya memberikan 4 bintang untuk karya klasik asal Amerika ini.

--------------------------------------------
Judul : Gone with the Wind
Penulis : Margaret Mitchell
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2009 (cetakan kedua)
Tebal : 1124 hal
ISBN : 978-979-22-0032-4
--------------------------------------------