Showing posts with label classic. Show all posts
Showing posts with label classic. Show all posts

Monday, May 1, 2017

[Review] Germinal by Emile Zola

Title: Germinal
Author: Emile Zola
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: November 7th 2016 (first published 1885)
Page: 880p
ISBN: 9786020335339

Siapa Zola sebenarnya? Hidup dikomunitas atau lingkungan seperti apa orang ini? Apa saja yang mempengaruhi perspektifnya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika saya menutup buku ini. Mungkinkah Zola pernah menjadi bagian dari masyarakat pekerja tambang? Jika tidak, berapa lama penelitian yang dia butuhkan untuk menulis kehidupan yang membuat pembaca bisa merasakan layaknya penuturan seseorang yang pernah berada dalam perut bumi?

Cerita ini dituturkan dari sudut pandang Etienne Lantier, mantan operator mesin yang datang ke montsou untuk mencari pekerjaan. Tak menemukan pilihan lainnya, Etienne pun harus menerima profesi sebagai buruh tambang. Turun ke perut bumi, menghirup udara pengap, penuh gas, panas, tanpa cahaya matahari adalah hal lumrah yang harus dihadapi seorang buruh tambang. Sedikit percikan api atau guncangan, bisa memunculkan ledakan dan longsor yang membuat pekerja tambang batubara Le Voreux terkubur hidup-hidup. Tetapi nyawa perlu mereka pertaruhkan demi mendapatkan beberapa sou untuk makan dan melanjutkan hidup - yes ironis. Berbeda dari kebanyakan buruh yang tinggal di montsou, Etienne lebih cerdas dan dengan cepat Ia menyadari kemiskinan yang sedang menggerogoti hidup rekan-rekannya. Ide untuk membuat keadaan menjadi lebih baik mulai terbersit dalam pikiran Etienne, tetapi awalnya ia tidak yakin jika ada yang akan mendukungnya. Namun tak berapa lama, kesempatan untuk memberontak itu pun muncul, ketika perusahaan menerapkan peraturan baru yang membuat pendapatan para buruh semakin berkurang dan hidup mereka semakin melarat. Berawal dari ide-ide sederhana untuk mengajukan tuntutan kepada perusahaan, berkembang menjadi aksi pemogokan kerja dan lebih buruk lagi menjadi demo besar-besaran yang mulai kehilangan akal sehat karena perut yang semakin lama kosong.

Friday, July 22, 2016

[Review] Narnia : Prince Caspian by C.S.Lewis

Title: Prince Caspian (The Chronicle of Narnia, #4)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 239p
ISBN13: 9780007323111

Narnia memang tidak setebal harry potter series, jadi tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan setiap buku yang panjangnya kurang dari 200 halaman. Selain karena halaman buku yang tipis, plot yang dibangun Lewis pun tidak lambat seperti buku klasik kebanyakan, mungkin karena tema yang diusung adalah fantasi untuk anak-anak, sehingga mudah untuk dinikmati. Saat membaca The Horse and His Boy, saya cukup terkejut menemukan ada manusia lain, selain keempat tokoh utama yang masuk ke dunia Narnia dan tinggal beberapa kota disekitarnya, namun jawaban atas pernyataan bingung itu pun terjawab setelah selesai membaca buku ini, thanks to Aslan.

Setelah masa Golden Age, Narnia diserang oleh bangsa Telmarine dan ratusan tahun lamanya Narnians hidup menderita dan bersembunyi. Cerita tentang Aslan, talking animal, pohon yang bisa berdansa, Faun, Centaurus serta Raja dan Ratu mulai berubah menjadi mitos, bahkan penguasa Telmarine melarang mitos itu diceritakan kepada anak-anak. Hutan menjadi tempat menakutkan, Cair Paravel yang dulunya indah hanya tinggal kenangan reruntuhan diatas bukit. Inilah keadaan dimana Prince Caspian ke-10 hidup di kastil Telmarine. Caspian sangat tertarik dengan Narnia di masa lalu, ia bahkan ingin hidup di masa itu dan bertemu dengan Raja dan Ratu, ia senang mendengarkan semua cerita indah tentang Narnia, namun pamannya tidak sepaham dengannya. Caspian adalah anak dari raja terakhir yang hidup dibawah perlindungan pamannya Miraz yang berlaku sebagai Lord Protector dan terus mengincar posisi Raja. Prince Caspian tetap hidup karena Miraz tidak punya keturunan, namun suatu malam keadaan berubah ketika istrinya melahirkan Putra untuknya, Miraz punya penerus dan Prince Caspian menjadi ancaman baginya. Dengan bantuan Professor-nya Prince Caspian melarikan diri ke dalam hutan, satu-satunya tempat yang ia percaya tidak berani dimasuki oleh tentara pamannya karena pohon-pohon yang terkenal kejam dengan binatang buas dan hal lainnya. Namun tak disangkanya, Ia justru bertemu dengan mahluk-mahluk yang selama ini hanya dikenalnya lewat cerita mitos. Mereka adalah Narnians yang masih bertahan hidup dalam persembunyian.  

[Review] Anak Semua Bangsa by Pramoedya Ananta Toer

Title: Anak Semua Bangsa (Tetralogi Buru #2)
Author: Pramoedya Ananta Toer
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: 2006
Pages: 539p
ISBN13: 9789799731241
Rating: 3.5 of 5 stars

“Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga – abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga – abadi. Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukkan dan menggenggamnya dalam tangan – jarak dan ufuk abadi itu”

Setelah membaca Bumi Manusia, sulit untuk tidak melanjutkan ke buku ini, alasannya tidak lain karena Pramoedya memberikan dasar berpijak yang jelas dan menarik di Bumi Manusia yang dibungkus kisah cinta Minke dan Annelies serta keluarga Mellema dan Nyai Ontosoroh. Saya penasaran dengan nasib Minke dan Annelies yang harus berpisah diakhir cerita, namun kisah mereka ternyata hanya menghiasi dua bab pertama buku ini, sekaligus menandai terbentuknya dendam dihati Minke dan Nyai Ontosoroh yang adalah titik balik Minke mulai melihat Eropa tidak lain sebagai sosok penjajah yang mampu merampas apapun yang mereka inginkan, sama sekali berbeda dengan ajaran dan citra sebuah bangsa terpelajar yang didapatkannya.  Kalau pembaca mengikuti Bumi Manusia, pasti akan memahami betapa Minke tampak berdiri dibarisan orang Eropa, berpakaian seperti orang Eropa, berbicara dan menulis seperti orang Eropa, dia mengagungkan pemikiran terbuka dan kebijaksanaan itu diatas adat istiadat suku bangsanya sendiri. Sejak dendam itu muncul, Minke mulai mengenal sisi gelap Eropa yang semula tak mampu ia lihat dengan jelas.

Thursday, July 21, 2016

[Review] Narnia : The Horse and His Boy by C.S.Lewis

Title: The Horse and His Boy (The Chronicle of Narnia, #3)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 239p
ISBN13: 9780007323081

The first and second book of the series told about Narnia from the very beginning of the land to the reign of White Witch and fulfillment of the prophecy where two sons of Adam and two daughters of Eve came to Narnia and released the land from the power of the witch. As a reader, I have been told that Peter, Susan, Edmund and Lucy came to Narnia through an old wardrobe, and I thought there was only Narnia at the other side of the wardrobe, but when I opened the third book, I looked at a map and learned that Narnia wasn’t the only land in the story, there were another places called the Archenland, Mt. Pire, the Calormene and Tashbaan along with the desert and the mountain.

Thou the characters from the previous books also appeared in this story, the main character were two children and two talking horses. The story began when a boy named Shasta who live in the Calormene as a son of fisherman discovered that his father whom he believe not his biological father was about to sell him to a nobleman who came to their house. Then suddenly, when he stood alone outside the house, the nobleman’s horse, Bree, talked to him about running away north into Narnia. The beginning of the journey was pretty easy for them and they even met companion along the way, Aravis, a girl who also escape from her father with another talking horse, Hwim. Together they got into the capital city of Calormene, Tashbaan, where something happened to each of them which brought great danger not only to themselves but also to Archenland and Narnia.

Wednesday, July 20, 2016

Classic Club Project (Update List)

Nine months away to the end of Classic Club Reading Challenge that I joined in 2012 with 100 books on my list and as of today it seems impossible for me to complete the challenge unless I reduce the number of books on my list. The fact that my own progress slower than I thought, that I only managed to read 28 of 100 books since four years ago make me sad, but I still want to complete the challenge. So instead of keeping my original list, I made a new list of 40 books (yes I cut 60% of the list) to make it more achievable for me considering the time left to get it done (I am inspired by Melmarian:p, thanks Mel).

My current progress: 28 of 40

Here are the twelve and two alternative books I plan to read till April 16, 2017:
  1. Great Expectation – Charles Dickens
  2. Anne of Green Gables – L.M Montgomery
  3. Little Women – Louisa M Alcott
  4. Alice Adventure in Wonderland – Lewis Carroll
  5. Through the Looking Glasses – Lewis Carroll
  6. Kim – Rudyard Kipling
  7. Crime and Punishment – Fyodor Dostoyevsky
  8. The Chronicle of Narnia : The Horse and his Boy - C.S.Lewis
  9. The Chronicle of Narnia : Prince Caspian - C.S.Lewis
  10. The Chronicle of Narnia : The Voyage of the Dawn Trader - C.S.Lewis
  11. The Chronicle of Narnia : The Silver Chair - C.S.Lewis
  12. The Chronicle of Narnia : The Last Battle - C.S.Lewis
  13. Jejak Langkah – Pramoedya Ananta Toer (Indonesian Classic Literature)
  14. Rumah Kaca – Pramoedya Ananta Toer (Indonesian Classic Literature)

Hope it will end well J
Take a look the complete list and link to the book review here.

Monday, July 18, 2016

[Review] Narnia : The Lion, The Witch and the Wardrobe by C.S.Lewis

Title: The Lion, the Witch and the Wardrobe (The Chronicle of Narnia, #2)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 202p
ISBN13: 9780007323128

In summer, Peter, Susan, Edmund and Lucy, four brothers and sisters went to visit an old house belongs to a Professor, a big house with so many rooms that look creepy and mysterious. When they played hide and seek, Lucy, the youngest one, went upstairs into an empty room but a big and ages wardrobe. To hide herself, she stepped into the wardrobe and happy to touch the fur of hanging coats, she took more steps further till she felt something different, a soft and powdery and extremely cold, snow under her feet and snowflakes falling through the air. Lucy just entered Narnia and accidentally, she met a faun named Mr. Tumnus who offered her tea and cookies. Hours passed by and time for Lucy to get back, but when she was out of the wardrobe nobody know she was gone, it was like there was no time difference between the times she was gone and be back again. But when she told them about Narnia, nobody believes her. Not until one day, when they felt someone was chasing them that they were forced to hide in the same wardrobe and suddenly arrived in Narnia. Narnia was covered with endless winter. Many years had passed since the last human went to Narnia and as Aslan said at dawn of time in Narnia that the evil already in it. It was only about time that she became more powerful and did something evil on the land where animals can talk to each other. If Digory and Polly (see The Magician’s Nephew review) arrived in Narnia using magic ring, Peter, Susan, Edmund and Lucy just found another way to the land of youth. The prophecy said that when Adam’s flesh and Adam’s bone sits at Cair Paravel in throne, the evil time will be over and done. It has long been foretold that two sons of Adam and two daughters of Eve will defeat the White Witch and restore peace to Narnia. 

Friday, July 15, 2016

[Review] Narnia : The Magician's Nephew by C.S.Lewis

Title: The Magician’s Nephew (The Chronicles of Narnia, #1)
Author: C.S Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: October 1st, 2009
Page: 220p
ISBN13: 9780007323135
(Bought in a box set at Big Bad Wolf 280k IDR)

Writing review for classic book is kind of hard for me, especially children book loved by almost everyone since the first publication. The Magician’s Nephew first published in 1955 and has become one of beloved books for children. So why would I write a review after 61 years later? Then I realize I want to share my feeling and thought which hopefully will testify the relevancy of the story these days when a game named Pokémon Go just became famous.

Digory is the nephew mentioned by the title and Uncle Andrew is the magician. Digory met Polly, the girl next door, when he came to live with his Aunt Letty and Uncle Andrew while his mother was in a very sick condition. One day, among the game he and Polly was doing, they fell into a room turned out belongs to Uncle Andrew, a forbidden room for everyone. Uncle Andrew tricked them with some magic ring to go to another world. There are two rings, golden ring will send them to the other world, but green ring will bring them home. The journey soon begun, brought them to a world named Charn where Empress Jadis rule as an evil queen. When they left Charn, Jadis followed them and soon she arrived in London which brought great suffer for several people including Uncle Andrew. Digory and Polly knew, they must send the wicked witch back to her world, so they put the golden ring on, but instead of arriving in Charn, they entered into a world with no light. Only darkness surrounds the world, they barely saw each other face. Then a beautiful song started, and then light appeared, like it was summoned by the melody. As the sun rose, they could see that the world was empty, only rocks and water, and the singer himself were pacing to and fro. It was a Lion. It was like everything in the book of Genesis. I think Lewis was portrayed the story of creation.

Wednesday, December 2, 2015

[Review] The Life and Adventures of Santa Claus by L. Frank Baum

Title: The Life and Adventure of Santa Claus
Author: L. Frank Baum
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (Indonesian translation)
Published: December 2014
Pages: 152p
ISBN: 9786020311289

“Masa kanak-kanak memang masa yang paling menyenangkan. Selama tahun-tahun menyenangkan yang penuh keluguan inilah, anak-anak benar-benar bebas dari beban [....] Mereka menikmati hidup dan tidak berpikir macam-macam. Tetapi setelah mereka dewasa, nasib manusia menyusul mereka, dan mereka mendapati bahwa mereka harus bekerja dan merasa cemas, membanting tulang dan bersusah payah untuk mengumpulkan kekayaan yang begitu didambakan manusia”

Pernakah kalian mendengar tentang Hutan Burzee dan para penghuninya yaitu Fairie, Knook, Ryl dan Nymph? Ahhhh Mr. Baum membuka buku ini dengan menuturkan tentang magical creature dan gambaran tentang betapa nyamannya hutan tempat mereka hidup. Suatu cara penggambaran yang indah untuk membuka cerita tentang seorang pria yang nantinya akan hidup di hutan itu dan bertahun-tahun kemudian namanya dikenal di seluruh penjuru dunia. Magical creature yang aku sebutkan diatas, oleh Mr. Baum digolongkan sebagai mahluk abadi yang tidak hanya tinggal di hutan burzee tetapi juga tersebar di seluruh penjuru dunia. Ada Ak, si Tukang Kayu yang bijak, penguasa seluruh hutan serta kebun-kebun bunga dan buah, Kern penguasa pertanian dunia yang berkuasa atas ladang-ladang, padang-padang rumput, taman-taman, dan Bo penguasa perairan dunia yang menguasai seluruh lautan serta berbagai kendaraan yang mengapung diatasnya, serta banyak mahluk lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan satu demi satu. Singkat cerita, suatu hari Ak bercerita kepada penghuni hutan burzee tentang bayi yang ditinggalkan di tepi hutan dan sedang dijaga oleh Shiegra, singa betina yang diperintahkan Ak untuk menjaga bayi itu. Sambil Ak bercerita, salah satu peri bernama Necile pergi dan mengambil bayi itu, mengendongnya dan membawanya kembali ke tengah hutan tempat mereka sedang berkumpul. Necile memohon kepada Ak dan sang Ratu Peri untuk menginjinkannya merawat bayi itu. Adapun aturan mahluk abadi adalah tidak mencampuri urusan mahluk fana, apalagi hidup berdampingan seperti ibu dan anak, tetapi kebaikan hati Necile menggugah hati setiap mereka yang hadir termasuk Ratu dan Ak, sehingga mereka pun mengabulkan permintaannya untuk menjadi ibu angkat si bayi kecil. Ak pun memerintahkan seluruh penghuni hutan burzee, baik itu mahluk abadi maupun hewan manapun untuk bersahabat dengan si bayi kecil. Necile menamai dia Neclaus yang berarti putra kecil Necile, tetapi sehari-harinya dia disapa dengan sebutan Claus. Demikianlah Claus memulai persahabatannya dengan para mahluk Abadi.

[Review] "Cerita Detektif tanpa Detektif" [And Then There Were None by Agatha Christie]

Title: And then there were none
Author: Agatha Christie
Publisher: Harper Collins
Published: March 2003
Pages: 317p
ISBN:  9780007136834

Ten Little Soldier Boys went out to dine; One chocked his little self and then there were nine.
Nine Little Soldier Boys stayed up very late; One overslept himself and then there were eight.
Eight Little Soldier Boys travelling in Devon; One said he’d stay there and then there were seven.
Seven Little Soldier Boys chopping up sticks; One chopped himself in halves and then there were six.
Six Little Soldier Boys playing with a hive; A bumblebee stung one and then there were five.
Five Little Soldier Boys going in for law;  One got in Chancery and then there were four.
Four Little Soldier Boys going out to sea; A red herring swallowed one and then there were three.
Three Little Soldier Boys walking in the zoo; A big bear hugged one and then there were two.
Two Little Soldier Boys sitting in the sun; One got frizzled up and then there was one.
One Little Soldier Boy left all alone; He went and hanged himself and then there were none.

Sepuluh orang asing menerima undangan dari seorang tuan rumah yang mengklaim dirinya sebagai pemilik Soldier Island, dan mengharapkan sepuluh orang ini untuk datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Tepat pada harinya, mereka tiba di Soldier Island, namun alih-alih menemukan tuan rumah, mereka hanya bertemu dengan dua orang pelayan yang juga tak pernah bertemu dengan tuan rumah yang sebenarnya. Soldier Island terisolasi dari kota dimana semua orang tinggal dan perlu perahu serta laut yang tenang untuk bisa bolak-balik dari pulau itu ke kota terdekat. Awalnya mereka menikmati rumah dan pulau yang terasa seperti milik sendiri, tetapi ketika malam tiba dan orang pertama mati didepan mereka, barulah mereka sadar kalau mereka tidak sedang berlibur, tetapi justru sedang berada dalam bahaya besar yang kapan saja bisa mengambil nyawa mereka. Sajak yang ada dibagian awal review ini tergantung di kamar setiap orang dan membaca sajak ini serta menyaksikan kematian demi kematian, mereka sadar kalau hidup mereka sedang dipermainkan selayaknya bunyi sajak tersebut. Namun akankah sajak itu berhasil dibunyikan dengan sempurna dalam kehidupan nyata di Soldier Island?  

Thursday, October 15, 2015

[Review] The Murder of Roger Ackroyd by Agatha Christie

Title: The Murder of Roger Ackroyd
Author: Agatha Christie
Publisher: HarperCollins
Published: April 2nd 2002
Page: 368p
ISBN: 9780007141340

Cerita dengan tema pembunuhan acap kali saya hindari, sampai saya hampir tidak punya buku dengan tema pembunuhan di rak buku rumah. Tetapi ketika saya menemukan sebuah rak yang berisi buku-buku Agatha Christie dengan cover baru terbitan Harper di Kinokuniya Bangkok, sulit untuk menghindar dari rak cantik itu, kelihatannya akan sangat bagus kalau buku-buku ini pindah ke rak buku sendiri. Saya belum pernah membaca buku Agatha Christie, kalau pun pernah mungkin sudah sangat lama sampai saya tidak ingat lagi judulnya, tetapi dengan bantuan rekomendasi dari seorang teman, saya pun membawa The Murder of Roger Ackroyd dan And There Were None pulang ke Indonesia menjadi koleksi Agatha Christie yang pertama. Baru belakangan pun saya tahu kalau dua buku ini juga masuk dalam Top 10 Agatha Christie Novel versi The Guardian, what a great start I thought to start collecting them, thanks to kak Astrid for recommending it.

Tuesday, July 14, 2015

[Review] Number the Stars by Lois Lowry

Title: Number the Stars
Author: Lois Lowry
Publisher: HMH Books for Young Readers
Published: May, 2nd, 2011
Page: 156p
ISBN: 9780547577098
1990 Newbery Medal Winner

Membaca beberapa buku tentang pendudukan Nazi di negara-negara Eropa membuat gambaran tentang penderitaan masyarakat Yahudi menjadi sangat jelas dikepala saya. Banyak penulis dengan gamblang mendeskripsikan betapa sadisnya perlakuan tentara jerman terhadap orang-orang Yahudi, Komunis, warga Polandia, tawanan perang soviet, homoseksual, dan musuh politik dan keagamaan lainnya. Setiap buku itu menggambarkan kesedihan mereka, kematian begitu banyak orang, kehilangan orang-orang terdekat mereka, dan terlalu banyak penderitaan yang ditanggungkan pada seseorang di masa itu. Bahkan buku seperti Anne Frank pun mendeskripsikan ketakutan mereka yang terus berkembang setiap hari seiring dengan semakin gencarnya Nazi mencari orang-orang Yahudi untuk dibawa ke kamp konsentrasi. Kali ini, saya membaca kisah dari masa yang sama, tema yang sama, tetapi diceritakan melalui kacamata Annemarie yang masih berusia 10 tahun yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Denmark. Lowry mengatakan cerita ini adalah fiktif, tetapi dibagian akhir dia pun menjelaskan keberadaan kisah nyata dibalik kisah ini, bagaimana dia berjalan-jalan di jalanan Denmark dan mendengarkan begitu banyak kisah tentang keberanian orang Denmark yang membantu ribuan orang Yahudi keluar dari Denmark menuju Sweden.

Monday, July 6, 2015

[Review] Of Mice and Men by John Steinbeck

Title: Of Mice and Men
Author: John Steinback
Publisher: Ufuk
Published: December 2009
Pages: 240
ISBN: 9786028224727
A Gift from a fiend

“Teknik yang dihadiahkan Steinback padaku tampaknya akan menjadi milik tetap...Steinback menderetkan kata-kata sederhana bermuatan padat, kalimat-kalimat apik dan utuh”Pramoedya Ananta Toer.

Ada banyak penulis yang menelurkan karya yang dikatakan banyak orang bagus, tetapi terkadang sulit untuk kunikmati. Salah satu penyebabnya adalah pilihan kata yang digunakan seorang penulis. Pilihan kata yang tepat adalah salah satu kunci kenikmatan membaca untukku. Tak jarang, aku meletakkan buku yang baru beberapa halaman kubaca karena kalimat-kalimat yang kaku, terlalu berbunga-bunga, bahkan sulit dicerna. Tetapi berbeda dengan John Steinback. Sebelum membaca Of Mice and Men, aku pernah membaca karyanya yang lain yakni Tortilla Flat dan harus kuakui Steinback lihai dalam memilih kata dan menyusun kalimat. Bukan kata-kata fancy dan kalimat yang terlalu pretentious, tetapi pilihan kata sederhana yang membuat buku ini indah, tepat seperti yang dikatakan Pramodya Ananta Toer diatas.

Tuesday, April 29, 2014

[Review] Therese Raquin by Emile Zola

Title: Therese Raquin
Author: Emile Zola
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Published: August 2011
Pages: 336p
ISBN: 978-979-22-7436-3

Therese Raquin adalah salah satu karya klasik penulis asal Perancis yang menuai banyak kritikan dari penulis lain pada masa itu. Emile Zola bahkan mendapat cibiran yang mengatasnamakan moralitas karena buku ini. Cibiran yang akhirnya mendorong Zola untuk melengkapi edisi kedua buku ini dengan sebuah kata pengantar. Therese Raquin merupakan pertemuan pertamaku dengan Zola. Aku tidak bisa bilang suka dengan idenya mengangkat kisah ini, tapi cara Zola menceritakan kisah ini membuktikan ia melakukan penelitiannya terhadap sifat-sifat terdalam manusia, dan inti dari buku ini membuatku ingin menemukan buku-buku Zola lainnya.

Therese Raquin dititipkan oleh pada saudari ayahnya, Mme Raquin, saat ia masih sangat kecil. Mme Raquin, wanita yang hidup dengan anak laki-lakinya, Camille, mengasuh dan menyayangi Therese seperti anaknya sendiri. Jika Camille serapuh kertas karena penyakit yang terus menempel ditubuhnya, Therese adalah perempuan berjiwa bebas yang menyukai tantangan. Sayangnya, Therese diperlakukan sama dengan Camille. Jika Camille harus tidur dan berdiam diri dalam kamar gelap karena kerapuhannya terhadap sinar matahari, Therese pun harus menjalani hal yang sama. Saat Camille harus meminum berbagai jenis obat untuk kesehatannya, hal yang sama pun dipaksakan Mme Raquin untuk Therese. Therese tumbuh menjadi gadis penurut tanpa punya pendapat akan hidupnya.

Monday, December 23, 2013

[Review] Black Beauty by Anne Sewell

Title: Black Beauty
Author: Anna Sewell
Publisher: Orange Books
Published: 2010
Pages: 388p
ISBN: 978-602-8436-84-7

Para penulis klasik sering kali menjadikan buku mereka sebagai sarana kritik terhadap orang-orang dengan pandangan tertentu atau birokrasi tertentu. Buku ini pun memiliki dasar yang serupa, sejak awal memaparkan sifat-sifat manusia, mulai dari yang terbaik sampai yang paling memalukan. Keunikannya adalah, kisah menarik ini dituturkan melalui kacamata seekor kuda hitam yang dikenal dengan nama Black Beauty oleh mereka yang mencintainya.

Thursday, October 24, 2013

[Review] 80 Hari Keliling Dunia by Jules Verne


Title: 80 Hari Keliling Dunia
Author: Jules Verne
Publisher: Serambi
Published: Juni 2008
Pages: 368p
ISBN: 978-979-024-154-1


Meskipun suka traveling, aku tidak terlalu berminat pada buku-buku tentang traveling baik yang dalam negeri maupun luar negeri. Aku cenderung menikmati tulisan lepas tentang traveling yang sering dimuat dalam majalah seperti National Geography Traveler, rasanya lebih straightforward tanpa bumbu-bumbu pribadi yang terkadang berlebihan. Karena itu buku ini cukup lama tertimbun, sampai akhirnya buku ini tertolong oleh salah satu reading challenge yang kuikuti tahun ini. Awalnya aku berpikir, buku traveling jaman sekarang saja tidak menarik, apalagi yang berlatar seratus tahun yang lalu. Tapi aku pun memberinya kesempatan.

Thursday, September 26, 2013

[Review] Daddy Long-Legs by Jean Webster


Title: Daddy Long-legs
Author: Jean Webster
Publisher: Atria
Published: November 2009
Pages: 235p
ISBN: 978-979-14118-37

Akhirnya aku mendapat kesempatan menikmati tulisan Jean Webster setelah mencari hampir satu tahun. Sebenarnya tidak bisa dikatakan benar-benar mencari, karena aku justru berharap bertemu tanpa sengaja dengan kisah Jerusha Abbot dan impian keciku menjadi kenyataan karena tahun ini, mba Maria menghadiahkan buku ini padaku di hari ulang tahunku. Terimakasih mba Maria. 

Kisah ini menceritakan seorang gadis yang tidak pernah memimpikan kehidupan lain selain panti asuhan John Grier yang telah menjadi rumahnya selama 18 tahun. Jerusha Abbot berpikir bahwa John Grier akan menjadi akhir hidupnya, namun suatu hari, salah satu dewan pengurus panti asuhan memberikannya sebuah masa depan baru untuk diimpikan. Sang pria dermawan yang tak ingin diketahui identitasnya bersedia mengirimkan Judy ke universitas tanpa biaya dengan tambahan uang saku setiap bulannya. Sebagai balasannya, Judy hanya diminta menuliskan surat setiap bulan kepada sang dermawan yang menggunakan nama samaran Mr. Smith. Judy harus menceritakan kegiatannya sehari-hari, pelajarannya dan apapun yang ingin disampaikannya. Tugas yang tidak sulit untuk Judy, ia bahkan hampir setiap hari menulis kepada orang tua asuh yang ia sebut Daddy Long-Legs itu.

Friday, September 20, 2013

[Review] Charlotte's Web by E.B. White


Title: Charlotte’s Web
Author: E.B. White
Publisher: Harper Collins
Published: 2003
Pages: 184p
ISBN: 0-06-440055-7

Charlotte’s web was the first fable book I ever read. For some reason, I just can’t imagine how animals talk to each other, so I thought this kind of book would give me nothing to learn, and I just found myself making another mistake for judging something before even trying it. 

This story began when Fern convince her father not to kill a new born pig. For Mr. Arable, the pig looked like a runt, so it was worthless. But fern insisted to give the pig a chance to live. She said that the pig couldn’t help being born small, so it’s unfair to cut his life so early. Finally, her parents gave the pig to her and she raised him in the bottle and called him Wilbur. Every day after school, Fern played with Wilbur, took him for a walk and fed him. But when Wilbur grew big and bigger, Mr. Arable asked fern to sell Wilbur to his uncle Mr. Zuckerman. The only reason Fern was agreed is she can visit him anytime she want because the Zuckerman’s barn can be reached on foot. 

Tuesday, July 9, 2013

[Review] Pride and Prejudice by Jane Austen

Title: Pride and Prejudice
Author: Jane Austen
Publisher: Qanita
Published: Juli 2011 (Cetakan IV)
Pages: 588p
Genre: Classic Romance
Review for BBI Read Along on June (review telat banget)

Jane Austen adalah novelis asal inggris yang banyak menyajikan nuansa romance dalam karya-karyanya. Austen lahir di Hampshire Inggris dan memulai karyanya melalui novel pertamanya Sense and Sensibility yang diterbitkan pada tahun 1811. Elizabeth Bennet dalam Pride and Prejudice adalah tokoh favorit Austen, ia menjadikan Elizabeth Bennet sebagai salah satu tokoh perempuan yang paling banyak dikagumi dalam literatur Inggris. Apa yang membuat Elizabeth Bennet begitu istimewa? Diawal buku terbitan Qanita ini, dikatakan bahwa “perangainya yang tegas, feminis, dan pada saat bersamaan ceria” merupakan hal-hal yang membuat wanita ini istimewa. Mengapa Elizabeth Bennet harus diciptakan bersinggungan dengan feminisme? Ada apa dengan masyarakat inggris saat itu?

Saturday, November 24, 2012

Julius Caesar - Act One


I saw Shakespeare’s work through movie instead of plays, because I watched Romeo and Juliet and never read plays before. So I’ll try my best to make a review about his work.

I am currently reading Julius Caesar, and i hope it’s a good choice to start. Try to read Plays in language other than my mother language is really intimidating so i read it through No Fear Shakespeare, because it helps me to understand the original text.

The Play start with two Tribunes, Flavius and Murellus, who condemn the commoners, a carpenter and cobbler for what they’ve done. They just cheered for Caesar’s triumph. In the first scene, I already see a hatred for Caesar. At last, I know they fear the possibility that Caesar may soon become a king of Rome. I wonder why those people have so much hatred for Caesar. Is this because of Caesar’s character? I don’t have the answer yet.

This hatred becomes more interesting in 2nd scene while a conversation between Caius Cassius and Marcus Brutus. Brutus is a noble man, he loves Caesar, but he puts honor above all. Cassius knows Brutus’s sense of honor and he uses it to lead him to believe that Caesar has become too powerful and it makes him more dangerous. In this 2nd scene, there is a part when I found Caesar’s character and how he treats a friend.

Caesar:
Forget not in your speed, Antonius, to touch Calphurnia, for our elders say the barren, touched in his holy chase, shake off their sterile curse.
Antonius:
I shall remember. When Caesar says, “do this”, it is performed.

You can see it right? It happens before he becomes a king and how will that be when he’s a king? That’s what Cassius afraid off. As Cassius hate him, Caesar shows much hatred as Cassius does.

Caesar:
(Aside to Antony) Let me have men about me that are fat, sleek-headed men and such as sleep a-nights. Yond Cassius has a lean and hungry look. He thinks too much. Such men are dangerous.

Caesar refused a crown offered by Antony and it makes people praise him more. Caesar just gets people attention, but as I saw, Cassius also just take a place in Brutus’s head. He was gathering followers. And just like that, the conspiracy begins.



I thought Julius Caesar was a good choice as a start to know Shakespeare, except for the metaphor. I already done with act one and I found some characters I didn’t like. Cassius really have a talent to persuade people but I thought he’s not smart like Cicero. Cassius has no courage to face Caesar alone. That’s why he needs Brutus, Cicero and other Noble man to be his hands. I love Brutus, but I am wondering, will he join the conspiracy?


Thursday, November 8, 2012

"Gone with the Wind" Read Along 2012


Gone with the Wind published by Gramedia Pustaka Utama


Well, my dear, take heart. Someday, I will kiss you and you will like it. But not now, so I beg you not to be too impatient ~ Rhett Butler

Classic Club menuntun saya mengenal salah satu karya sastra yang sangat kontroversial. Karya sastra yang ditulis oleh penulis asal Amerika, Margaret Mitchell. Wow…buku setebal seribu halaman yang cukup membuat saya cemas, akankah saya mampu menyelesaikannya? Namun setebal apapun sebuah buku, jika dirangkai dengan menarik, ribuan halaman pun tidak akan menjadi masalah, dan tanpa terasa saya sudah berada dilembar-lembar terakhir buku ini. Kisah ini mulai ditulis pada tahun 1926 dan akhirnya diterbitkan pertama kali pada tahun 1936. Novel ini bergenre romance yang berpusat pada kisah cinta antara Scarlett dan seorang pria asal Charleston bernama Rhett Butler. Walaupun ditulis pada awal abad ke-19, namun kisah ini dilatarbelakangi oleh perang saudara di Amerika pada tahun 1861-1865 serta masa-masa rekonstruksi paska perang. Hmmm….kisah yang melibatkan berbagai karakter, situasi, dan tentu saja emosi yang sangat beragam. Pembaca yang baik… once upon a time….

Hiduplah Scarlett O’Hara bersama kedua orang tuanya di Georgia, bagian selatan Amerika. Scarlett hidup di Tara, rumah dan tanah perkebunan orang tuanya. Ia adalah anak sulung dari pasangan Gerald O’Hara dan Ellen Robillard. Keluarga ini terbentuk dari dua budaya yang berbeda. Gerald adalah pria asal Irlandia yang berjuang sepanjang hidupnya untuk mendapatkan semua yang dimilikinya. Sedangkan Ellen terlahir dalam keluarga bangsawan Perancis. Oleh Ellen, Scarlett selalu dididik mengikuti gaya bangsawan seperti layaknya wanita pada masa itu yang harus terlihat lemah, tidak boleh menunjukkan kecerdasannya, dan selalu menjaga sikap.

Self-centered” sepertinya ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakter Scarlett. Ia tahu bahwa dirinya memiliki pesona yang menarik para pria, sehingga acap kali menggunakannya untuk kesenangannya sendiri, bahkan terkadang sangat berlebihan. Ia senang dikelilingi oleh banyak pria, walaupun itu berarti ia akan selalu mendapatkan cibiran dari setiap wanita disekitarnya. Walaupun selalu dikelilingi pria, Scarlett diam-diam menyimpan rasa cintanya kepada Ashley Wilkes. Ashley memiliki karakter yang sangat berbeda dengan semua pria yang selalu mengelilingi Scarlett.

Karena Ashley terlahir sebagai manusia yang menggunakan waktu luangnya untuk berpikir, bukan bertindak. Ia merajut mimpi-mimpi indah aneka warna yang sama sekali tak tersentuh dunia nyata. Ia hidup dalam dunia khayal yang lebih indah daripada Georgia, dan kembali ke dunia nyata dengan enggan ~ Hal 35

Suatu hari ia terkejut menerima undangan pertunangan Ashley dan Melanie Hamilton. Saat menghadiri pertunangan Ashley di Twelve Oaks, kediaman keluarga Wilkes, ia berusaha mengungkapkan perasaannya pada Ashley dengan harapan Ashley akan membatalkan pertunangannya dengan Melanie. Namun Ashley menolaknya dan membuat Scarlett sangat marah. Kemarahannya semakin menjadi ketika seorang tamu bernama Rhett Butler menggoda sikapnya itu.  Tanpa berpikir panjang, saat itu juga Scarlett lantas menerima lamaran Charles Hamilton dengan tujuan untuk membalas dendam pada Ashley. Scarlett dan Charles menikah sehari sebelum pernikahan Ashley dan tak lama kemudian Scarlett pun hamil. Pada saat yang sama pecahlah perang saudara di Amerika. Sebelas Negara Bagian budak di Selatan mengumumkan pemisahan dari Amerika Serikat dan membentuk Konfederasi. Ashley dan Charles berangkat mewakili Konfederasi dalam peperangan itu dan sayangnya Charles meninggal karena terserang disentri di kamp penampungan prajurit. Sungguh malang nasib Scarlett, diusia 16 tahun ia telah menjadi janda dengan seorang anak bernama Wade Hampton Hamilton. Status janda prajurit konfederasi seperti cangkang yang menyusahkan Scarlett karena ia harus mengenakan pakaian berkabung yang jauh dari mode, tidak bisa mengikuti pesta-pesta yang sangat disukainya, tidak bisa berdansa, dan tentu saja tidak ada pria yang akan mendekatinya lagi. Ketika ia menerima undangan dari Melanie untuk berkunjung ke Atlanta, ia pun langsung menerimanya dengan harapannya mencari suasana yang mampu mengembalikan semangat hidupnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Scarlett untuk menyukai Atlanta, karena pusat Konfederasi berada di kota itu, banyak prajurit yang beristirahat disana, dan kota itu selalu ramai. Scarlett pun ikut membantu merawat para prajurit di rumah sakit. Masyarakat Atlanta menaruh simpati padanya sebagai seorang janda yang sedang berkabung walaupun Scarlett sama sekali tidak merasa sedih kehilangan Charles. Di kota ini pun Scarlett bertemu kembali dengan Rhett Butler, di sebuah pesta dansa, saat Scarlett sedang bertugas. Rhett memberikan uang sebesar $150 kepada penyelenggara pesta untuk bisa berdansa dengan Scarlett. Semua orang terkejut dengan permintaan Rhett karena Scarlett dianggap masih berkabung. Namun Scarlett bersedia untuk berdansa dengan dalih berkontribusi untuk Konfederasi. Scarlett pun kembali ke lantai dansa dan menikmati cara Rhett memperlakukannya. Sejak saat itu Scarlett mulai sering terlihat bersama Rhett dan semakin lama masyarakat Atlanta semakin sering mengunjingkannya, namun ia sama sekali tidak peduli. Satu-satunya orang yang masih terus mendukung dan menyayanginya adalah Melanie, meskipun tanpa sepengetahuan Melanie, Scarlett sangat membencinya. Namun disaat Melanie hamil dan membutuhkan bantuan untuk melahirkan, Scarlett lah yang menemani dan membantunya. Hal ini dilakukannya bukan karena ia menyayangi Melanie, namun karena ia telah berjanji kepada Ashley akan menjaga Melanie dan bayinya. Rhett yang terus mengunjunginya pun tidak menyurutkan cintanya kepada Ashley, walaupun terkadang ia mengharapkan Rhett terus ada menemaninya. Ia pun bingung dengan perasaannya kepada kedua pria itu. Meskipun Rhett mencintai Scarlett, namun ia pun tidak pernah mengakuinya dengan serius di depan Scarlet, semuanya itu karena sikap Scarlett.
You're so brutal to those who love you, Scarlett.
You take their love and hold it over their heads like a whip ~ Rhett Butler

Saat pasukan Yankee hampir membungihanguskan Atlanta, Scarlett membawa Wade, Melanie dan anaknya meninggalkan Atlanta, memasuki hutan, menempuh perjalanan panjang tanpa persediaan makanan menuju Tara. Ancaman maut kapan saja bisa menghampirinya namun ia mengerahkan semua kekuatannya dan menjadi tumpuan dalam perjalanan itu. Dan sejak saat itu Scarlett yang lama hilang sudah. Ia bertransformasi menjadi Scarlett yang baru. Ketika ia tiba di Tara, ibunya telah meninggal dan ayahnya telah menjadi pikun karena perasaan kehilangan yang sangat mendalam. Hanya ada sedikit makanan namun begitu banyak orang yang harus diberi makan. Sejak saat itu, Scarlett menjadi kepala rumah tanggal di Tara. Ia melukai tangannya dengan melakukan pekerjaan kasar, mengatur persediaan makanan, bahkan membunuh seorang tentara Yankee yang hampir merampoknya di rumahnya sendiri.

Kini ia memandang segala sesuatu dengan sudut pandang baru. 
Di suatu tempat, dalam perjalanan menuju Tara, ia telah membuang masa remajanya. Mala mini adalah malam terakhir ia menganggap dirinya anak kecil. Setelah itu, ia akan menjadi seorang wanita. Masa-masa remaja telah lewat ~ hal 460

Scarlett yang kekanak-kanakan tidak ada lagi, kini ia bertekad untuk memulihkan keadaannya, mempunyai banyak uang agar tidak pernah hidup miskin lagi, walaupun untuk itu ia harus menikah lagi dengan pria yang tidak dicintainya, pria yang jauh lebih tua, dan pria yang seharusnya tidak boleh dinikahinya. Karakter Scarlett berubah total. Seperti apa karakternya? Itulah pertanyaan paling penting yang perlu dijawab. Apakah ia bahagia dengan pernikahannya yang kedua? Siapa pria yang dinikahinya? Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Scarlett dan Rhett atau adakah harapan ia akan bersatu dengan Ashley?  Lalu bagaimana dengan peperangan yang sedang berlangsung hebat antara pihak Konfederasi dan Yankee?

Gambaran budak dalam karya Mitchell ini menjelaskan perbedaan yang sangat mencolok dari karya lain dengan latar belakang yang sama. Salah satunya adalah Uncle Tom’s Cabin, karya Harriet Beecher Stowe yang menjelaskan bahwa budak yang tinggal di daerah selatan diperlakukan dengan sangat buruk, bahkan dicambuk sampai mati. Namun Gone with the Wind menjelaskan suasana yang berbeda. Para budak terlihat bahagia bersama majikan mereka, bahkan beberapa dari mereka tetap tinggal meskipun telah dibebaskan. Karena itu karya Mitchell ini sering disebut sebagai Anti Tom Literature. Kedua buku inilah yang mengenalkan saya pada salah satu sejarah kelam di Amerika. Namun Gone with the Wind memperkaya saya dengan pengetahuan detail tentang peperangan antara Konfederasi dan Yankee. Memberitahukan saya perasaan kelaparan dan putus asa yang ditimbulkan oleh perang. Dan mengenalkan saya pada budaya yang mengungkung wanita pada masa itu. Novel ini banyak membicarakan tentang cinta. Namun cinta tidak semata-mata menjadi pusat perhatian saya. Ada banyak tema lain yang bisa dijadikan bahan diskusi seperti budaya,  perjuangan hidup, peperangan, kekayaan dan kemiskinan, ironi, kelas masyarakat, pembatasan peran pria dan wanita serta keserakahan. Begitu banyak tema yang akan membuat tulisan ini menjadi sangat panjang jika membahasnya satu persatu. Karena itu silahkan anda membacanya. Membacalah terus meskipun anda mulai membenci Scarlett, karena ada Rhett, Mammy, Ellen, Paman Peter, dan karakter-karakternya lain yang akan membuat anda jatuh cinta. Rhett dan Melanie adalah dua karakter yang saya sukai dalam cerita ini. Singkatnya, memiliki pacar seperti Rhett sama menyenangkannya dengan memiliki sahabat seperti Melanie.

Margaret Munnerlyn Mitchell adalah penulis asal Amerika yang melewati masa kecil di daerah bergaya Victorian, yang tidak jauh dari kawasan Darktown, tempat yang banyak dihuni oleh masyarakat African American di Atlanta. Gone with the Wind menjadi satu-satunya karya Mitchell yang pernah diterbitkan semasa hidupnya dan sekaligus membawanya menerima Pulitzer Prize pada tahun 1937. Karya ini pun telah diangkat ke layar lebar pada tahun 1939. Event read along dan tulisan resensi ini dibuat untuk mengenang hari kelahiran Margareth Mitchell yang tepat pada tanggal 8 November 1900. Saya memberikan 4 bintang untuk karya klasik asal Amerika ini.

--------------------------------------------
Judul : Gone with the Wind
Penulis : Margaret Mitchell
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2009 (cetakan kedua)
Tebal : 1124 hal
ISBN : 978-979-22-0032-4
--------------------------------------------