Showing posts with label Bentang Pustaka. Show all posts
Showing posts with label Bentang Pustaka. Show all posts

Monday, September 23, 2013

[Review] Inferno by Dan Brown


Title: Inferno
Author: Dan Brown
Publisher: Bentang Pustaka
Published: September 2013
Pages: 644p
ISBN: 978-602-788-854-8 

PLOT 

Tengah malam, Robert Langdon terbangun di rumah sakit dan syok saat mendapati dirinya ada di Florence, Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard. Belum sempat Langdon memahami keganjilan ini, dunianya meledak dalam kekacauan. Di depan mata, dokter yang merawatnya ditembak mati. Langdon berhasil lolos berkat Sienna Brooks, seorang dokter muda yang penuh rahasia.

Dalam pelarian, Langdon menyadari bahwa dia memiliki sebuah stempel kuno berisi kode rahasia ciptaan ilmuwan fanatic yang terobsesi pada kehancuran dunia berdasarkan mahakarya terhebat yang pernah ditulis-Infero karya Dante. Ciptaan genetis ilmuwan tersebut mengancam kelangsungan umat manusia, Langdon harus berpacu dengan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindan dalam puisi-puisi gelap Dante Alighieri. Belum lagi, dia harus menghindari sepasukan tentara berseragam hitam yang bertekad menangkapnya. (diambil dari cover belakang terbitan Bentang Pustaka)

Thursday, February 28, 2013

[Review] Oliver Twist by Charles Dickens



Kesulitan ekonomi dapat membuat manusia menjadi serakah, brutal dan tanpa belas kasihan. Bagaimana ketamakan manusia itu menguasainya dan apa efek luar biasa yang ditimbulkannya,  digambarkan dengan jelas oleh Charles Dickens dalam buku yang telah beberapa kali di sajikan lewat layar lebar ini. Banyak orang mengenal Oliver Twist lewat film yang pernah ditayangkan pada tahun 1948, 1968 (musikal), dan 2005. Oliver Twist pun berkali-kali masuk dalam nominasi Academy Awards dan pernah memenangkan penghargaan Oscar untuk kategori Best Picture. Namun sejujurnya saya belum pernah menonton satupun filmnya, sehingga rasanya menyenangkan sekali membaca buku ini tanpa clue sedikit pun tentang ide ceritanya.

Thursday, June 30, 2011

Review : The Count of Monte Cristo


Life is a storm, my young friend. You will bask in the sunlight one moment, be shattered on the rocks the next. What makes you a man is what you do when that storm comes. You must look into that storm and shout as you did in Rome. Do your worst, for I will do mine! Then the fates will know you as we know you: as Albert Mondego, the man! ~ Edmond

 
Marseilles, sebuah Kota pelabuhan di wilayah selatan Perancis baru saja kedatangan kapal Pharaon dibawah komando seorang pemuda yang bertugas sebagai kelasi pertama. Ia adalah Edmond Dantes, seorang pemuda yang jujur, berhati murni dan bersemangat. Setelah kematian kaptennya, Dantes diangkat menjadi kapten atas Pharaon. Ia sangat bahagia. Ia akan menjadi kapten dan ia akan segera bertemu ayah dan kekasihnya. Dantes memiliki seorang kekasih yang bernama Mercedes, seorang gadis cantik yang setia menunggunya. Lengkaplah sudah kebahagiaan Dantes ketika Mercedes bersedia menikah dengannya. Saat Dantes dihujani berkat, tanpa sepengetahuannya, musuh pun mendekat. Adalah dua orang yang terbakar kecemburuan melihat kebahagiaan Dantes. Seorang kepala keuangan kapal Pharaon, Danglars, tidak ingin Dantes menjadi kapten atas Pharaon, sedangkan seorang nelayan, Fernand, putus asa ketika melihat wanita yang dicintainya justru mencintai Dantes. Kebencian terhadap Dantes, membawa Danglars dan Fernand bersekongkol untuk menghancurkan Dantes. Disaksikan oleh Caderousse, seorang tetangga yang sudah dianggap sahabat oleh Dantes, maka rencana jahat untuk Dantes pun dimulai.

Dilatarbelakangi oleh sejarah perancis, Alexandre Dumas menyuguhkan kisah tragis kehidupan seorang pelaut Edmond Dantes yang kebahagiaannya direnggut diusia yang masih sangat muda. Dantes nyaris mengecap kebahagiaan diusia 19 tahun, namun hidup menuntutnya menjadi kuat untuk bisa menikmatinya. Dantes tidak memiliki kapasitas untuk waspada dan menduga pengkhianatan temannya, sehingga ia tidak mampu untuk membela diri. Inilah cap karakter kehidupan. Jika anda tidak cukup kuat dan waspada untuk hidup, maka dunia kapan saja bisa menggilas anda. Namun Dantes  membuat setiap musuhnya menuai akibat dari perbuatan mereka masing-masing. Ini adalah kisah tentang cinta, pengkhianatan, persahabatan, ketulusan, dan seni balas dendam yang awesome.

Novel ini dirangkai dengan menarik lewat scene yang terpisah-pisah. Pembaca akan dibawa untuk menyaksikan sebuah peristiwa yang sedang terjadi di Roma, kemudian tiba-tiba alur cerita telah melompat kembali ke Paris. Dumas bahkan menceritakan setiap tokoh secara terpisah. Jangan bingung!! Tunggulah!! Karena bagian yang paling menarik adalah ketika Dumas menarik benang merah untuk menghubungkan setiap scene dan tokoh sehingga novel ini menjadi kisah utuh yang sangat menarik untuk dipahami. Saya sangat menikmati cara penuturan seperti ini. Saya menunggu untuk paham.

Novel yang pertama kali diterbitkan sekitar tahun 1844-1846 ini pun tidak lupa diberi sentuhan eksotis. Gambaran eksotis muncul lewat berbagai lukisan, karnaval, roma ataupun paris, bahkan oleh gambaran karakter tokoh seperti Haydée dengan kecantikan dan misteri yang khas. Novel ini pun memiliki latar kota Marseilles. Sebuah kota yang berada di wilayah selatan perancis dan merupakan kota kedua terbesar di perancis (setelah Paris) yang juga adalah salah satu kota tujuan wisatawan. Bahkan ketika saya bertanya kepada paman google untuk mencari bagian-bagian yang mungkin nyata dari kisah Dumas ini, saya menemukan banyak hal yang membuat kecintaan terhadap perancis semakin bertambah.


Avenue des Champs-Élysées. Jalan luas di Paris yang merupakan salah satu jalan paling terkenal di dunia dan lokasi real estat termahal kedua di dunia setelah fifth Avenue New York. (ini adalah lokasi rumah Count of Monte Cristo di dalam novel)
Chateau d’If. Sebuah benteng yang belakangan berfungsi sebagai penjara yang terletak di pulau If sekitar satu mil dari teluk Marseille.


Salon. Kata ini sering muncul di dalam novel karya Dumas ini. Ternyata Salon adalah sebuah ruang terbuka untuk menerima tamu.
 
Dumas mendapatkan ide jenius pembalasan dendam Count of Monte Cristo dari sebuah kisah yang ditemukannya dalam sebuah buku yang ditulis oleh Jacques Peuchet tahun 1938 tentang seorang pembuat sepatu yang bernama Pierre Picaud yang juga oleh kecemburuan tiga orang temannya dituduh sebagai mata-mata inggris. Beberapa bagian serupa dengan kisah Picaud, namun untuk endingnya Dumas memilih akhir cerita yang berbeda. 

Saya masih penasaran dengan model cover terbitan bentang ini. Saya sudah sempat bertanya di group bentang, namun belum ada jawaban sampai dengan hari review ini terbit. Awal membaca novel terjemahan bentang ini, membuat saya agak pesimis karena melihat font yang begitu kecil sementara buku ini cukup tebal. Terkadang, saya merasa sudah jauh membaca, namun baru maju lima halaman, tetapi karena Dumas menyajikan kisah yang sangat menarik maka saya bisa menyelesaikannya dalam waktu enam hari (*lama yaaa...). Novel ini pun sudah banyak di adopsi ke layar lebar. Anda bahkan bisa nonton online atau download film-filmnya di ==> Film Count of Monte Cristo

-------------------------------------------
Judul : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Maret 2011
Tebal : 568 hal
-------------------------------------------

Thursday, May 5, 2011

Review : Les Miserables


Buku yang dihadapan pembaca ini, dari awal hingga akhir, dalam keseluruhan dan detailnya, apakah itu selingan, sanggahan, atau kegagalan, merupakan pergerakan dari sifat jahat ke baik, dari ketidakadilan menjadi keadilan, dari salah ke benar, dari malam ke siang, dari hawa nafsu menuju hati nurani, dari kebusukan menuju kehidupan, dari kekejaman ke kewajiban, dari neraka ke surga, dari ketiadaan menuju Tuhan. Titik awalnya : materi, tujuannya : jiwa. Hydra pada awalnya, malaikat pada akhirnya


Seorang Jean Valjean kecil tinggal bersama Ibu dan Kakaknya. Kakaknya membesarkannya ketika Ibu mereka meninggal. Ketika Jean Valjean berumur 25 tahun, suami sang kakak meninggal. Jean Valjean harus bekerja  menghidupi tujug orang keponakannya. Ia bekerja sebagai tukang kebun, kuli dan tukang angkut. Pada suatu musim dingin, ia tidak menemukan pekerjaan untuk menghasilkan uang, namun ketujuh anak dan ia sendiri membutuhkan makanan. Terdorong oleh rasa lapar, ia mencuri roti dari sebuah toko dan karena itu  dijatuhi hukuman lima tahun kerja paksa disebuah kapal. Ia berkali-kali mencoba kabur, sehingga pada akhirnya, masa hukumannya berkembang dari lima tahun menjadi 19 tahun kerja paksa, 1796 sampai 1815.
Jean Valjean masuk kapal kerja paksa dengan tersedu dan gemetar; ia keluar dengan wajah keras. Ia masuk dengan putus asa; ia keluar dengan penuh amarah. Hidup macam apakah yang telah dijalani jiwa ini?” [hal 22]
Di awal oktober 1815, ia berjalan memasuki kota D___. Ia bertemu dengan seorang uskup dan untuk pertama kali dalam 19 tahun ia dibingungkan oleh sebentuk kebaikan dan ketulusan hati. Jean Valjean menjadi bingung, ia kembali berjalan meninggalkan sang uskup hingga ia tiba di sebuah kota M___ sur m___. Dikota ini pada akhir tahun 1815, ia menemukan sebuah peluang bisnis, tidak sampai tiga tahun ia telah menjadi seorang kaya raya yang berhati lembut. Ia telah mengubah penduduk kota M___ sur m___ menjadi lebih sejahtera. Tingkat kejahatan, pengangguran dan pencurian merosot dengan tajam. Jean Valjean kemudian diangkat menjadi walikota M___sur m___. Namun ia tidak lagi dikenal sebagai Jean Valjean melainkan sebagai Bapak Madeleine. Jean Valjean telah terkubur bersama masa lalunya.

Suatu hari, seseorang yang bernama Pak Champmathieu dikenali sebagai Jean Valjean dan ditangkap. Pak Champmathieu akan diadili atas beberapa kejahatan yang dituduhkan kepadanya. Bapak Madeleine pun mendengarkan hal ini dan betapa terkejutnya dia, ketika mendapati orang lain harus menanggung namanya dan memikul bebannya. Hati sang walikota bergolak, ia berpikir keras, apa yang harus dilakukannya, akankah ia membiarkan orang lain menanggung bebannya. Sang walikota yang murah hati akhirnya mengakui jati dirinya. Ia menanggalkan kehormatannya sebagai walikota dan kembali ke kapal kerja paksa.

Beberapa tahun setelah itu, ia diberitakan tenggelam kelaut dan mati ketika sedang menolong seorang narapidana lain yang nyaris jatuh. Namun, sesungguhnya ia tidak mati. Ia pergi ke Montfermeil, dekat paris, untuk mencari seorang anak yang bernama cosette. Cosette adalah anak dari seorang wanita malang yang pernah ditolongnya ketika ia masih menjabat sebagai walikota, ia telah berjanji kepada Fantine, si wanita malang untuk menemukan anaknya. Ia menepati janjinya. Ia bertemu dengan cosette kecil yang bernasib sama malangnya dengan sang ibu. Jean Valjean membawa cosette pergi dari keluarga Thenardier yang selama ini menjadikannya pembantu. Cosette sangat senang pergi dengan si orang asing, ia tidak tahu siapa Jean Valjean, ia bahkan tidak tahu bahwa orang yang bersamanya adalah seorang narapidana tua, ia merasa nyaman dan menjadikan Jean Valjean sosok ayah baginya.

Perjalanan mereka tidak selalu mulus. Jean Valjean masih terus dikejar-kejar sebagai seorang buronan ditengah-tengah pasca revolusi perancis yang masih meninggalkan semburat kelam dibeberapa kalangan. Les miserables merupakan sebuah fiksi historis, melibatkan begitu banyak tokoh didalamnya. Melibatkan begitu banyak kalangan, bahkan kalangan pelajar yang dikenal melalui sebuah grup yang menamakan diri kelompok ABC. Terkadang ketika pembaca bukanlah tipikal orang yang menyukai sejarah dan politik, maka ada bagian-bagian yang cukup membosankan untuk dibaca karena menjelaskan sudut pandang politik dari tokoh atau kalangan yang sedang bergolak.

Les miserables benar-benar membuat emosi saya naik turun. Saya marah. Saya marah kepada masyarakat perancis yang memperlakukan Jean Valjean. Saya marah terhadap seorang polisi yang hanya membabi buta menegakkan hukum tanpa hati nurani. Saya bertanya : Dimana hati nurani mereka? Wajah yang garang terkadang menyembunyikan hati yang lembut. Dan pada akhirnya Victor Hugo berhasil membuat saya menangis ketika mengungkap hati seorang malaikat melalui wajah seorang narapidana.

Melalui kehidupan Jean Valjean, Fantine ataupun Marius kita dapat belajar bahwa kesengsaraan dan kemelaratan benar-benar mempertajam kekuatan jiwa dan pikiran. Fantine, seorang wanita yang sangat cantik, rela mencabut kedua gigi depannya agar anaknya bisa terus hidup. Ia tidak punya pilihan dan masyarakat pun tetap mencelanya. Marius seorang bangsawan yang kemudian mengetahui bahwa kakeknya telah menyembunyikan identitas ayahnya yang bertolak belakang dengan idealisme sang kakek, membawa Marius mengecap kehidupan jalanan, berusaha ditengah-tengah kelaparan yang setiap saat dapat mengacam jiwanya. Setiap peristiwa diiringi dengan berbagai bentuk frasa indah. Kalimat-kalimat yang seakan diucapkan sekali untuk dapat dimengerti selamanya.
Hanya ada satu pemandangan yang lebih luas dari samudra, yaitu langit. Akan tetapi, ada pemandangan yang lebih luas dari pada langit, yakni ruang batin manusia “ [hal 82]

Kesenangan yang kita berikan pada orang lain mempunyai kekhasan yang memesona. Tidak seperti pantulan benda lain, pantualan kesenangan akan berbalik pada diri kita dengan lebih besar dari pada sebelumnya” [hal 210]

Kemelaratan menghasilkan kekuatan jiwa dan pikiran. Kesusahan adalah pengasuh yang mengajarkan penghargaan diri sendiri. Kemalangan menjadi air susu ibu bagi jiwa-jiwa yang tangguh” [hal 255]

"Di masa depan tidak boleh ada lagi manusia yang membantai sesamanya, bumi akan menjadi terang, umat manusia akan saling mencinta. Akan tiba suatu hari ketika semuanya terasa damai, harmonis, terang benderang, menggembirakan, dan begitu hidup" [hal 442]
Terlepas dari semuanya itu, dengan tidak sedikit pun mengurangi rasa suka terhadap buku ini. Ada banyak typo seperti pada halaman 425 berikut yang sangat mengganggu.

 “Ia menggabiskan uangnya sembarangan. Ia telah menggabiskan dua franc sembilan buluh lima sen sejag baggi tadi

Oktober 2010 kemaren, Les Miserables 25th Anniversary Concert  telah digelar, menampilkan tokoh-tokoh yang memperjuangkan revolusi dan pengampunan dalam bentuk nyanyian-nyanyian yang mempesona. Sama halnya ketika membaca bagian akhir bukunya, saya pun tetap menangis ketika menyaksikan Jean Valjean yang diperankan oleh Alfie Boe menyenandungkan lagu “Bring Him Home” dimedley dengan lagu “on my own” yang dipadukan dengan suara Lea Salonga sebagai Fantine dan Samantha Barks sebagai Eponine.


--------------------------------------
Judul          : Les Miserables
Penulis        : Victor Hugo
Penerbit     : Bentang
Terbit         : Juli 2008
Tebal          : 604 hal
--------------------------------------