Showing posts with label Atria. Show all posts
Showing posts with label Atria. Show all posts

Thursday, October 31, 2013

[Review] Wonder by R.J. Palacio


Title: Wonder
Author: R.J. Palacio
Publisher: Atria
Published: September 2012
Pages: 430p
ISBN: 978-979-024-508-2


“Maukah kita membuat sebuah aturan baru dalam hidup...selalu berusaha untuk lebih berbaik hati dari yang seharusnya?” – hal 408


Ada yang pernah mengajarkan padaku tentang hubungan manusia, tentang salah satu kebutuhan dasar manusia supaya bisa bertumbuh adalah dengan membangun hubungan dengan orang lain. Dari hubungan tersebut munculah gesekan yang dapat menghasilkan panas dan menempa karakter seseorang, menjadi lebih kuat atau menyerah dengan keadaan. Itu adalah pilihan. Kondisi di sekitar tidak bisa kita atur, tetapi respon terhadap keadaan tersebut sepenuhnya dalam kontrol kita. August Pullman dilahirkan dengan kelainan genetika yang menyebabkan bentuk wajahnya berbeda dengan manusia pada umumnya. Keadaan ini, membuat anak-anak nakal terkadang tega menyebutnya Gollum, Alien atau Orc.
“Namaku August. Aku tidak akan menggambarkan seperti apa tampangku. Apapun yang kau bayangkan, mungkin keadaannya lebih buruk” – August Pullman.


Perasaan selalu diamati, ditatap dua kali oleh setiap orang yang bertemu pandang dengannya membuat August terkadang ketakutan dan sedih. Ia pun berusaha melatih dirinya untuk mengabaikan setiap tatapan ngeri yang diterimanya, hingga akhirnya ia menjadi terbiasa. Orang-orang di lingkungannya telah mengenalnya dan hal ini membuatnya mulai terbiasa, namun orang tuanya selalu memperlakukan dia seperti anak kecil bahkan setelah ia berusia 10 tahun. Isabel, ibunya selalu kuatir dengan perasaan August dalam setiap keadaan, sehingga cenderung sangat melindunginya dan justru membuat August tidak bisa menghadapi dunia dengan caranya sendiri. Namun Isabel akhirnya mengambil tindakan berbeda dengan meminta August untuk bersekolah di sekolah umum karena selama ini August belajar di rumah dengan bantuan ibunya. August pun serta merta menolaknya, karena ia merasa tidak bisa menghadapi tatapan ngeri terus menerus sepanjang hari dari teman-teman sekolahnya. Namun dengan pertimbangan-pertimbangan dari Ayah, Ibu dan Olivia, kakaknya, August pun mengambil tindakan berani untuk mencoba sekolah umum. Ia melakukan tour keliling sekolah sebelum sekolah dimulai dengan bantuan Mr. Tushman sebagai kepala sekolah. Mr. Tushman meminta bantuan beberapa anak, Julian, Jack dan Charlotte untuk menemani August mengenal sekolah barunya. Di kesempatan perkenalan pertama ini pun, August sudah dihadapkan dengan sikap jahat Julian, namun ia juga memperoleh Jack sebagai teman barunya. Pada saat sekolah dimulai, petualangan August menghadapi dunia pun ikut mulai. Hampir tidak ada orang yang mau duduk bersebelahan dengannya selain Jack, teman-temannya menganggap dia semacam wabah yang akan menular jika disentuh. Waktu makan siang, ia harus duduk di meja sendirian sementara semua orang berbisik-bisik di sekitarnya, namun saat ini pun ia memperoleh teman lain bernama Summer, seorang gadis cantik yang datang menghampirinya duduk makan siang bersama dan sejak saat itu mereka terus makan bersama. August mulai belajar menghadapi dunia yang semula dihindarinya. 

Thursday, September 26, 2013

[Review] Daddy Long-Legs by Jean Webster


Title: Daddy Long-legs
Author: Jean Webster
Publisher: Atria
Published: November 2009
Pages: 235p
ISBN: 978-979-14118-37

Akhirnya aku mendapat kesempatan menikmati tulisan Jean Webster setelah mencari hampir satu tahun. Sebenarnya tidak bisa dikatakan benar-benar mencari, karena aku justru berharap bertemu tanpa sengaja dengan kisah Jerusha Abbot dan impian keciku menjadi kenyataan karena tahun ini, mba Maria menghadiahkan buku ini padaku di hari ulang tahunku. Terimakasih mba Maria. 

Kisah ini menceritakan seorang gadis yang tidak pernah memimpikan kehidupan lain selain panti asuhan John Grier yang telah menjadi rumahnya selama 18 tahun. Jerusha Abbot berpikir bahwa John Grier akan menjadi akhir hidupnya, namun suatu hari, salah satu dewan pengurus panti asuhan memberikannya sebuah masa depan baru untuk diimpikan. Sang pria dermawan yang tak ingin diketahui identitasnya bersedia mengirimkan Judy ke universitas tanpa biaya dengan tambahan uang saku setiap bulannya. Sebagai balasannya, Judy hanya diminta menuliskan surat setiap bulan kepada sang dermawan yang menggunakan nama samaran Mr. Smith. Judy harus menceritakan kegiatannya sehari-hari, pelajarannya dan apapun yang ingin disampaikannya. Tugas yang tidak sulit untuk Judy, ia bahkan hampir setiap hari menulis kepada orang tua asuh yang ia sebut Daddy Long-Legs itu.

Monday, April 23, 2012

[Review] A Single Shard, "bermimpi & berjuang ala Tree-ear"



Setiap manusia, siapapun dia, bagaimanapun keadaannya, seharusnya ia punya mimpi. Mengapa? Karena mimpi membuat setiap orang bangun di pagi hari dengan semangat baru. Demikian juga dengan Tree-ear seorang anak yatim piatu dari desa Ch’ulp’o. Sejak kecil Tree-ear tinggal di bawah jembatan bersama seorang lelaki cacat yang dia panggil Crane-man. Untuk makan, mereka biasanya mencari sisa-sisa makanan yang telah dibuang oleh warga sekitar. Meski demikian Tree-ear pun memiliki mimpi. Ia ingin menciptakan sebuah vas keramik.

Suatu hari Tree-ear mendekati rumah seorang pembuat keramik bernama Min. Ia memperhatikan barang-barang keramik hasil buatan Min. Tree-ear senang memperhatikan Min bekerja, namun Min tidak menyadari kehadirannya. Suatu hari Tree-ear mengendap-ngendap untuk melihat koleksi Min, Tree-ear tertarik dengan sebuah vas sehingga ia mengangkatnya. Kedatangan Min mengejutkan Tree-ear sehingga vas itu jatuh dan pecah. Pada awalnya Min memukulnya, namun ia langsung berhenti begitu mendengar penjelasan Tree-ear. Karena tidak bisa mengganti biaya keramik tersebut, Tree-ear mulai bekerja pada Min. Ia masih berharap bahwa suatu saat nanti, Min akan mengajarkannya cara membuat keramik. Namun berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, Tree-ear harus mengumpulkan kayu bakar, mengambil tanah liat, serta melakukan beberapa tugas di sekitar rumah Min. Pada awalnya, tangan Tree-ear nyaris tidak kuat, namun lama kelamaan, pekerjaan itu membuat tangannya menajadi lebih kuat. Awalnya ia tidak bisa mengangkat potongan tanah liat dengan benar, namun lama kelamaan ia semakin mahir, ia bahkan mulai belajar untuk membentuk tanah liat menjadi bentuk-bentuk sederhana tanpa harus menggunakan roda pemutar. Setiap hari Tree-ear berharap segera dapat duduk di depan roda pemutar tanah liat dan belajar cara membuat vas dari sang maestro, namun mimpinya seperti terhempas jatuh kembali ke bumi setelah mendengar penolakan Min terhadap mimpinya itu.
“Kau harus tahu anak yatim piatu, jika kau bisa belajar membuat keramik, pasti bukan aku yang mengajarimu”…..”Usaha seorang pengrajin diturunkan dari ayah kepada anak lelakinya…putraku, Hyung-gu sudah tiada sekarang. Dialah yang akan kuajar. Kau…kau bukan putraku” [hal 119]
Perkataan Min sempat membuat semangatnya kendor, namun Tree-ear tahu bagaimana harus mengani perasaannya sendiri dan melihat hal lain yang bisa dilakukannya, terutama karena istri min, Ajima (bibi), memperlakukannya dengan sangat baik. Tree-ear tetap bekerja pada Min, namun ia menyimpan harapan dan mimpinya di dalam hatinya.

Suatu hari Tree-ear diminta untuk mengantarkan dua buah keramik untuk seorang utusan kerajaan di Songdo. Untuk menuju Songdo Tree-ear harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama berhari-hari. Ajima telah membekalinya dengan makanan yang cukup, serta beberapa keping koin yang sewaktu-waktu bisa digunakannya. Perjalanan ini merupakan saat-saat penentu bagi Tree-ear. Awalnya dia tidak menemukan penghalang dalam perjalanannya, namun suatu kali ia menemukan kondisi yang sangat menyedihkan, ia tidak bisa mengelak dari nasib buruknya, dan harus melihat kedua vas keramik itu jatuh berkeping-keping. Tree-ear merasa gagal menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Lalu apa jadinya nasib Tree-ear? Bagaimana ia mencari jalan keluar atas musibah yang menimpanya? Bagaimana ia harus menjelaskan peristiwa itu kepada Min? Apakah mimpi Tree-ear juga hancur berkeping-keping seperti kedua vas keramik itu?

Jika semua anak seperti yang digambarkan oleh penulis dalam novel ini memiliki mimpi, pekerjaan dan pengetahuan seperti Tree-ear, saya jadi merenung betapa luar biasanya Korea. Pengetahuan Tree-ear tidak bisa dibilang pas-pasan untuk anak seusia dia yang tidak pernah mengecap pendidikan formal. Novel ini juga memperlihatkan bahwa dalam setiap tahapan yang harus dilewati oleh manusia, ada hal-hal diluar harapan kita yang terkadang membuat mimpi kita buyar, namun seperti Tree-ear, seharusnya kita terus berfokus pada mimpi itu dan menjadi kuat dalam setiap tahapan yang kita lewati.

Karakter yang paling saya sukai tentu saja karakter Tree-ear yang pantang menyerah dan selalu memperhatikan dengan seksama. Ia selalu belajar dengan mengamati tanpa perlu bertanya lebih banyak. Namun perkembangannya tidak terlepas dari tuntunan Crane-man yang tidak hanya selalu membantu mengisi kekosongan perutnya namun juga mengisi pikirannya dengan berbagai macam ide menarik.

Novel yang mendapatkan Newbery Medal Award pada tahun 2002 ini menggunakan alur maju dan dituturkan oleh seorang narrator. Dan Ini adalah gambar cover yang paling kusukai.

 
--------------------------------------
Judul : A Single Shard
Penulis : Linda Sue Park
Penerbit : Atria
Terbit : Maret 2012
Tebal : 191 hal
ISBN : 978-979-024-491-7
--------------------------------------

Thursday, December 22, 2011

[Review] Love Bites : Twilight Saga's Companion


The Idea
Saya tidak pernah selesai membaca buku pertama dari serial twilight saga, karena itu saya memutuskan untuk tidak lanjut membaca semua bukunya. Saya menyukai kisah cinta segitiga vampire-manusia-werewolf ini, namun saya lebih suka menikmatinya lewat serial film. Stephanie Meyer memiliki imajinasi yang luar biasa ketika menciptakan kisah ini, namun tahukah anda darimana ia memperoleh ide dasar cerita? Menurut Meyer, ia memimpikannya. Ia bermimpi tentang seorang gadis dalam pelukan seorang laki-laki muda yang sangat tampan. Ia merasa ada keterkaitan yang sangat kuat diantara keduanya dan dalam mimpi itu Meyer tahu bahwa laki-laki tampan itu adalah seorang vampir. Meyer berusia 20 tahun saat itu, ia bermimpi, lalu lahirlah twilight saga. Diawal penulisannya, Meyer sendiri tidak yakin bagaimana alur kisah yang akan diciptakan oleh imajinasinya. Anda pernah mendengar nama Jane Austen? Emily Bronte? Atau  William Shakespeare? Tentu saja itu bukan nama-nama asing di dunia sastra. Siapa yang tidak mengenal karya-karya mereka? Kisah-kisah mereka menginspirasi banyak penulis lainnya. Terinspirasi karya-karya penulis sastra klasik itu, Meyer mulai merajut kisah Edward dan Bella.

The Inspiration
Kisah hubungan Mr.Darcy & Elizabeth Bennet yang tampak mustahil dari Pride & Prejudice, namun bisa jatuh cinta dan saling memahami adalah inti yang digunakan oleh Meyer di dalam Twilight. Lalu karya Shakespeare juga hadir lewat Romeo & Juliet yang mempengaruhi penulisan New Moon. Romeo & Juliet serta New Moon sama-sama menggambarkan sebuah penderitaan yang muncul ketika seorang kekasih meninggalkan pasangannya. Seperti Romeo & Juliet yang tidak sanggup saling berpisah, demikian juga penderitaan Edward-Bella yang digambarkan oleh Meyer di dalam New Moon. Selanjutnya Meyer kembali melirik sastra klasik lainnya, Wuthering Heights, yang menjadi inspirasi baginya dalam menulis Eclipse. Ia menggambarkan sebuah kisah cinta yang berapi-api, kisah cinta yang juga menampilkan sosok orang ketiga. Untung saja Meyer tidak menampilkan kebencian yang sangat gelap seperti yang terdapat dalam Wuthering Heights. Dan seperti halnya Wuthering Heights yang mendapat sambutan luar biasa dari seluruh penjuru dunia, demikian juga Eclipse mendobrak keluar dan digandrungi oleh jutaan penggemar.

The Adaptation
Membaca judul buku ini, Love Bites: The Twilight Saga’s Companion, membuat saya tidak menyangka bahwa buku ini sebagian besar membahas tentang proses adaptasi Twilight Saga menjadi sebuah film. Walaupun saya berharap Liv Spencer lebih banyak membahas serial buku twilight saga, namun saya menikmati penuturan Spencer tentang proses adaptasi. Meyer telah menolak beberapa tawaran untuk adaptasi twilight sebelum dirinya menerima tawaran dari summit entertainment. Menurut Meyer, ia menolak tawaran itu karena mereka ingin menciptakan twilight dengan wajah yang berbeda di layar lebar, dan Meyer tidak menyukai ide itu. Buku ini memperlihatkan bagaimana semangat dari tim twilight saga mengumpulkan para tokoh, mencari mereka diantara sekian banyak peminat, memberitahu apa sebenarnya yang mereka cari dalam diri seorang aktor/aktris untuk sebuah peran. Catherine Hardwicke yang menjadi sutradara dalam twilight juga sangat berperan dalam menyeleksi setiap tokoh untuk peran masing-masing. Sedangkan Melissa Rosenberg mendapat peran menerjemahkan karya fiksi ke naskah film. Baik Hardwick maupun Rosenberg memiliki visi yang sama dengan Meyer, mereka ingin membuat film ini sukses, mereka ingin menyuguhkan sebuah tampilan visual yang tidak mengecewakan bagi semua penggila serial fiksi twilight di seluruh penjuru dunia.

Selain proses adapatasi ke format film, Liv Spencer juga memperkenalkan tokoh-tokoh yang kita jumpai dalam serial movie twilight saga. Anda penasaran dengan Edward (Robert Pattinson), Bella (Kristen Stewart) atau Jacob (Taylor Lautner), silahkan membaca lebih lanjut buku ini, saya jamin anda akan menemukan banyak hal, karena Liv Spencer membahas beberapa perjalanan setiap aktor/aktris sebelum dan setelah bergabung dalam twilight. Bukan hanya ketiga pemeran utama itu, namun masih ada keluarga Cullen lainnya, para serigala, teman-teman sekolah Bella dan juga penduduk forks serta para vampir antagonis.

Satu hal yang mempengaruhi saya setelah membaca buku ini adalah saya ingin membaca semua serial fiksi twilight sampai selesai. Tiga bintang saya berikan untuk buku ini yang memberi saya pengetahuan baru tentang dunia dimana Edward-Bella-Jacob mengukir kisah lewat sang penulis brilian Stephanie Meyer.

Buku ini minim typo dan saya agak terkejut melihat Atria memilih cover untuk buku ini. Hmmm..salah satu buku Atria yang memiliki cover dengan tema dewasa. 

-------------------------------------------------------------
Judul : Love Bites: The Twilight Saga’s Companion
Penulis : Liv Spencer
Penerbit : Atria
Terbit : November 2011
Tebal : 361 hal
ISBN : 9789790243743
-------------------------------------------------------------

Monday, November 21, 2011

Review : A Golden Web



Aristoteles menyuarakan pemikirannya bahwa seorang wanita secara fisik lebih rendah dari pria, tempat wanita harusnya hanya dirumah, dan wanita tidak perlu mendapatkan pendidikan yang sama dengan seorang pria. Hei para wanita…apakah anda senang mendengar pendapat seperti itu?

Wanita di masa sekarang tentu tidak akan senang. Namun sekitar abad ke-13 atau abad ke-14, pemikiran ini begitu mengakar di masyarakat. Seorang wanita hanya mendapatkan pendidikan secara informal, seperti dalam biara atau oleh ibunya sendiri. Wanita tidak diterima dalam pendidikan formal bersama pria. Bahkan beberapa novel-novel yang ditulis pada zaman itu menggambarkan bahwa seorang wanita yang menyatakan kecerdasannya secara terbuka terkadang dianggap sebagai seorang penyihir dan dibakar di tiang gantungan. Jika saya hidup di masa itu, maka sangat mungkin saya akan bertindak seperti Alessandra Giliani. Bagaimana dengan anda?

Alessandra hidup bersama ayah dan ibu tirinya di Persiceto. Ibu kandungnya meninggal saat melahirkan adiknya yang paling kecil. Alessandra memiliki seorang kakak, Nicco, dan dua orang adik, Pierina dan Dodo. Sejak lahir ia telah dianggap berbeda karena kecerdasannya. Tidak ada satupun dari saudaranya yang bisa menyamai kecerdasannya. Ia membaca banyak buku, ia memperhatikan laba-laba membuat jaringnya, ia terbiasa memperhatikan banyak hal di lingkungannya. Alessandra juga memperhatikan kondisi Ibunya ketika meninggal melahirkan Dodo. Pilihan saat itu hanyalah menyelamatkan Ibunya atau Dodo. Ilmu Kedokteran belum secanggih sekarang untuk melakukan operasi sesar. Kecerdasan Alessandra membuatnya senang melakukan pengamatan dimanapun ia berada. Ketika sumber pengamatan di dalam rumahnya telah dikuasainya, ia meminta Nicco, kakaknya laki-laki untuk mengajarinya menunggang kuda agar bisa melihat hutan dan dunia di luar rumahnya yang terus dibayang-bayangi oleh ibu tiri yang tidak pernah menyukainya. Hidup alessandra berjalan sesuai keinginannya sampai dipenghujung usianya yang ke-13. Memasuki usia 14 tahun, ibu tirinya mengurungnya di dalam rumah, ia bahkan tidak bisa bertemu dengan Nicco, Pierina dan Dodo. Seperti remaja perempuan lainnya masa itu, saat memasuki usia 14 tahun, seorang gadis akan mulai dilirik oleh para pemuda yang mencari seorang istri, ataupun dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Tidak terkecuali untuk Alessandra, Ibu tirinya bermaksud menjodohkannya dengan pemuda pilihannya. Alessandra merasa hidupnya telah berakhir. Jika ia menurut untuk menikah, itu berarti ia akan selamanya tinggal dirumah sebagai seorang istri, melayani suaminya, dan membuang jauh-jauh segala rasa ingin tahunya terhadap mahluk hidup, alam dan ilmu pengetahuan.

Suatu hari, ia mengungkapkan rencananya kepada Ayahnya. Alessandra ingin masuk sekolah kedokteran. Sejak kematian Ibunya, Alessandra terus berpikir, jika seseorang mampu menguasai sebuah ilmu yang bernama Anatomi, mungkin Ibunya bisa diselamatkan. Ia tertarik ketika mengetahui seorang professor Anatomi di Universitas Bologna yang bernama Mondino de’ Liuzzi. Namun ketika ia mengungkapkan cita-citanya kepada Ayahnya, kekecewaanlah yang didapatkannya, karena ternyata Ayahnya pun menganggap rencananya tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang gadis. Disinilah rencana melarikan diri muncul dibenaknya. Ia tidak punya pilihan lain untuk melanjutkan hidupnya. Tentu jalan yang akan ditempunya tidak mudah apalagi mengingat pemikiran orang-orang masa itu tidak berpihak pada rencananya. Lalu apakah rencananya berhasil?

Barbara Quick tidak sengaja menemukan kisah Alessandra ketika ia sedang mengunjungi Bologna dalam penelitian terhadap seorang ahli anatomi lainnya yang hidup 400 tahun setelah Alessandra. Kisah Alessandra di abadikan oleh seseorang yang bernama Otto Agenius beruapa plakat di St. Pietro e Marcellino. Banyak hal yang menurut Quick diciptakannya sendiri, namun ia berusaha untuk menyelami kehidupan Alessandra pada masa itu. Menurut Quick, kisah Alessandra menunggu untuk ditemukan. Jika saya pun berada pada posisi Quick, saya pun pasti ingin mengangkat kisah ini. Kisah yang mengajarkan banyak hal. Kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak akan berguna banyak jika ia tidak berusaha untuk menggunakannya, menemukan rasa ingin tahunya, menggali lebih dalam, bertanya lebih sering dan berusaha bahkan saat semua orang mulai mengaggapmu gila. Lihatlah…mereka yang namanya sampai saat ini tidak dilupakan oleh dunia adalah mereka yang memperjuangkan harapan dan cita-citanya. Novel ini juga memperlihatkan pentingnya seorang saudara, kasih sayang, dan kepercayaan keluarga bagi pertumbuhan seorang anak.

Sebenarnya saya kurang puas ketika selesai membaca kisah ini. Rasanya terlalu singkat jika mengingat kisah ini adalah bagian sejarah dalam dunia Kedokteran. Karena sasaran buku ini adalah remaja, maka nilai historicalnya kurang mendalam. Atau mungkin Barbara Quick memang tidak banyak menemukan fakta mengenai Alessandra. Namun, terimakasih untuk penerbit Atria yang telah membuat saya mengetahui satu hal lagi tentang sebuah sejarah. Kisah Alessandra kuberikan empat bintang sebagai tanda penghargaan terhadap semangat Alessandra yang menginspirasi saya. 

….sejarah adalah tempat aku hidup, tempat kita semua hidup, berdampingan secara nyata maupun tak kasatmata dengan sosok-sosok lain – jika kita bisa cukup tenang dan mendengarkan dengan cukup seksama – yang menyentuh kita dan menceritakan kisah-kisah mereka (Hal 266)

-----------------------------
Judul : A Golden Web
Penulis : Barbara Quick
Penerbit : Atria
Terbit : Maret 2011
Tebal : 272
ISBN : 978-979-024-472-6
------------------------------

Sunday, July 31, 2011

Review : Alvin Ho (Alergi Terhadap Berkemah, Hiking dan Aneka Bencana Alam)



Anda seorang penakut? Bercerminlah pada Alvin Ho dan putuskan kembali, apakah anda akan membiarkan rasa takut menghantui anda.

Alvin Ho punya seorang kakak laki-laki, Calvin, dan seorang adik perempuan, Anabelly. Meskipun masih berusia empat tahun, Anabelly memiliki keberanian yang tidak dimiliki oleh Alvin. Anabelly bahkan pernah mengurung Alvin di dalam sebuah kotak dengan kondisi terikat tanpa bisa bergerak. Alvin nyaris pingsan, apalagi ia selalu menekankan dirinya memiliki klaustrofobia, ia berteriak sekuat tenaga agar Anabelly membebaskan dirinya. Alvin tumbuh menjadi seorang anak penakut, ia selalu takut terhadap segala sesuatu, ia bahkan takut berada di alam terbuka dengan beberapa alasan berikut : 

Gempa bumi. Tanah longsor. Lumpur longsor. Banjir. Badai. Tsunami. Angin puting beliung. Ledakan gunung berapi. Meteor jatuh. [hal 44]

Semua hal baik dan indah, bisa saja berubah menjadi sangat buruk dan mencemaskan dalam pandangan Alvin. Belum lama ketika ia berhasil keluar dari kotak yang mengurung dirinya, ia dihadapkan pada ide ayahnya – berkemah. 

Kita bisa saja tersesat di antara daun-daun di sana! Mungkin saja akan ada badai salju hebat, dan kita bisa tersesat di dalamnya! Atau kita mungkin tewas tertima meteorit! [hal 46]

Itu semua jawaban Alvin ketika mendengar ide berkemah dari ayahnya. Sambil menantikan hari berkemah yang menurutnya akan menjadi hari paling buruk dalam hidupnya, Alvin begitu panik, sampai-sampai ia nyaris tidak bisa terlelap setiap malamnya. Alvin bahkan telah membuat surat wasiat yang akan ia tinggalkan jika kelak ia tidak pulang dengan selamat dari berkemah.

Saat hari itu datang, Anabelly ikut bersama Alvin dan ayahnya. Mereka memulai petualangan mereka di alam terbuka. Inilah saat-saat dimana Alvin harus mengatasi rasa takutnya sendiri dan berusaha menikmati alam sekitar yang ternyata luar biasa indahnya.

Kisah Alvin Ho sungguh menggemaskan, saya berkali-kali tertawa dibuatnya. Ketakutan Alvin terlalu berlebihan sehingga membuat setiap orang disekitarnya pun cenderung ingin mengerjainya. Buku ini sangat pas untuk anak-anak atau bahkan orang dewasa yang masih dirundung rasa takut berlebihan terhadap segala sesuatu di sekitar. Alam adalah tempat yang indah, musibah bisa datang kapan saja, namun bukan berarti manusia harus berhenti berpetualang hanya karena kekhawatiran.

----------------------------------------
Judul : Alvin Ho
Penulis : Lenore Look
Penerbit : Atria
Terbit : Juni 2011
Tebal : 204
ISBN : 978-979-024-470-2 
----------------------------------------

Wednesday, May 18, 2011

Review : Treasure Island

Apa yang menyenangkan dari sebuah perburuan harta karun? Seperti apa kegembiraan yang dirasakan oleh mereka yang setelah sekian lama terapung-apung di lautan dan pada akhirnya melihat daratan?



Jim Hawkins tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia berusia 17 tahun dan Ia membantu ayahnya mengelola penginapan yang dinamakan Admiral Benbow. Suatu hari, seorang pelaut tua yang berkaki pincang memasuki penginapan itu. Ia bertubuh tinggi, besar dan kuat dengan sebuah bekas luka disalah satu pipinya. Pelaut itu dikenal dengan nama Kapten Billy Bones dan ketika masuk ke Admiral Benbow, Ia membawa sebuah peti pelaut bersamanya. Jim takut padanya, terlebih pada cerita-ceritanya tentang orang yang digantung, badai di laut, bahkan tentang tempat-tempat liar di dataran spanyol.

Disuatu pagi dibulan januari, seorang pria bertubuh kumal dengan dua jari yang hilang mengunjungi Admiral Benbow. Pria itu bernama Black Dog, ia datang untuk mencari Kapten Bones. Sang Kapten sangat terkejut dengan kedatangan Black Dog dan mereka bertengkar. Jim memperhatikan Kapten Bones sangat marah, sedangkan Black Dog meninggalkan Admiral Benbow dengan sedikit berlari. Tidak lama sejak kedatangan Black Dog, Admiral Benbow kembali kedatangan seorang buta yang juga mencari Kapten Bones. Ketika mereka bertemu, pertengkaran kembali terjadi dan ketika si buta meninggalkan penginapan, Kapten Bones jatuh dan meninggal terserang stroke.

Setelah kematian sang Kapten, Jim dan Ibunya membuka peti pelautnya dan menemukan beberapa keping uang dan selembar peta harta karun. Peta inilah yang membawa Jim bersama beberapa orang temannya, seorang dokter, hakim dan mantan kapten kapal memutuskan untuk berlayar mencari pulau harta karun tersebut. Jim sangat bersemangat karena inilah perjalanan pertamanya mengarungi lautan, namun ternyata perjalanan itu tidak semulus yang ia bayangkan. Suatu hari, di atas kapal Jim tertidur di dalam sebuah tong. Ia terbangun ketika mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya. Orang-orang ini tidak menyadari keberadaan Jim di dekat mereka, namun Jim bisa mendengar dengan sangat jelas apa yang sedang mereka bicarakan dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa orang-orang itu sedang merencanakan pemberontakan. Mereka berencana membunuh Jim dan seisi kapal yang lain agar bisa memiliki harta karun tersebut. Jim baru saja mengetahui rencana jahat dari beberapa orang yang sudah dianggapnya teman, namun ia tak sanggup bergerak, ia takut jika keberadaannya akan diketahui, apalagi ketika seorang dari mereka berkata ingin mengambil sesuatu dari dalam tong itu. Apakah Jim akan segera tertangkap?Dan siapakah orang-orang pengkhianat itu?

Kisah klasik yang ditulis oleh Robert Louis Stevenson ini mengangkat topik kehidupan bajak laut dan aktivitas perburuan harta karun yang marak dilakukan oleh kelompok bajak laut. Kisah yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1883 ini membawa nilai-nilai moral yang tidak akan pernah usang dimakan waktu. Penuturan dibuku ini disampaikan secara bergantian oleh Jim Hawkins dan Dr. Livesey, namun perpindahan sudut pandangnya sangat mulus, karena disetiap bab diberikan keterangan yang jelas ketika tokoh “aku” berganti ke orang lain. Ada beberapa kesalahan cetak yang cukup mengganggu kenikmatan membaca, namun rasa penasaran akan nasib Jim dan kawan-kawan mampu mengalihkan perhatian saya.


-------------------------------------------
Judul       : Treasure Island
Penulis     : Robert Louis Stevenson
Penerbit   : Atria
Terbit       : April 2011
Tebal        : 352 hal
-------------------------------------------


Thursday, May 5, 2011

Review : Hansel dan Gretel


Ternyata semua dongeng kesukaanku semasa kecil terangkum didalam buku ini. Jika harus membandingkannya dengan gadis korek api, maka saya lebih menyukai dongeng-dongeng yang telah dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara ini. Ada beberapa kisah yang masih membekas sejak masa kanak-kanak ataupun remaja, namun juga meninggalkan bentuk yang beragam. Salah satu contoh adalah dongeng tentang rapunzel yang filmnya belum lama ini beredar kembali. Didalam dongeng yang tertulis di buku ini, disebutkan bahwa si penyihir yang memotong rambut rapunzel karena marah kepadanya, namun pada cerita rapunzel yang pernah difilm-kan, dijelaskan bahwa rapunzel sendirilah yang memotong rambutnya, sebaliknya si penyihir tidak ingin rambut itu dipotong, jika rambut rapunzel dipotong maka si penyihir akan kehilangan wajah cantiknya dan menjadi tua seketika. Banyak sekali metamorfosis yang terjadi didalam sebuah dongeng yang telah diceritakan turun temurun.

Grim bersaudara (Jacob dan Wilhelm) yang adalah dua orang akademisi asal Jerman ini, telah berhasil merangkum berbagai kisah rakyat lewat berbagai penelitian. Menurut Wikipedia : Jacob melakukan lebih banyak riset dan penelitian sedangkan Wilhelm yang lebih lemah, menyusun kata-kata dan menyajikan cerita tersebut dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Dan jadilah sebuah karya kumpulan dongeng yang dengan diperantarai oleh penerbit atria (sekali lagi thanks to penerbit atria) bisa dinikmati oleh pembaca Indonesia dengan harga murah (saya kan dapat buntelan jadi gak beli). Berikut ini adalah 19 dongeng tersebut :
  1. Musisi dari Bremen
  2. Teka-teki
  3. Tom Ibu Jari
  4. Briar Rose
  5. Dua Belas Putri yang Menari
  6. Pengantin Perampok
  7. Ratu Lebah
  8. Raja Janggut Mengerikan
  9. Peri Pembuat Sepatu
  10. Aschenputtel
  11. Hansel dan Gretel
  12. Serigala dan Tujuh Kambing Kecil
  13. Pangeran Katak
  14. Frau Holle
  15. Rumpelstiltskin
  16. Tiga Pemintal
  17. Gadis Angsa
  18. Rapunzel
  19. Snow White

Membandingkan dengan dongeng terbitan atria lainnya, maka Hansel dan Gretel cenderung lebih bersih dari typo. Namun, di halaman 126 pada dongeng tentang Frau Holle, saya menemukan sebuah kalimat yang tidak saya pahami :
Hatta, Frau Holle memegang tanganya dan menuntunnya ke sebuah gerbang”
Saya tidak memahami maksud kata Hatta pada kalimat diatas. Rasanya sangat janggal karena kata itu tiba-tiba muncul tanpa penjelasan siapa atau apa yang dimaksud dengan “Hatta”.  Seperti pada gadis korek api, yang diterbitkan oleh atria, buku yang satu ini pun tidak mencantumkan daftar isi dibagian depan. Saya tidak begitu paham mengenai ketentuan baku didalam penulisan atau pembuatan sebuah buku, namun untuk saya hal ini sangat mengganggu dan mempersulit pembaca ketika ingin kembali membaca bagian dongeng tertentu.

Saya memberikan empat bintang untuk buku ini. Tiga bintang pertama karena saya sangat menyukai keberadaan buku ini beserta semua cerita didalamnya. Dan satu bintang saya berikan untuk penerbit atria yang sudah menyediakan kumpulan dongeng berharga ini dalam bahasa indonesia.

--------------------------------------
Judul      : Hansel dan Gretel
Penulis    : Grimm Bersaudara
Penerbit : Atria
Terbit     : April 2011
Tebal      : 184 hal
--------------------------------------

Review : Gadis Korek Api


Setelah sekian tahun, inilah buku dongengku yang pertama. Kami sering pindah rumah, sehingga buku-bukuku tidak pernah selamat, termasuk buku dongengku dimasa kanak-kanak. Pertama-tama terimakasih untuk penerbit atria yang kembali menyediakan buku-buku ini. Saya membacanya sekarang dan berencana membacakan untuk anak-anak saya kelak (*huaaaa belum berencana*).

Buku setebal 270  halaman ini menggunakan judul salah satu dongeng yang sangat memilukan hati, Gadis korek api. Cerita tentang gadis kecil yang berjalan dengan kaki telanjang, berjualan korek api di tengah-tengah musim dingin hingga akhirnya dia mulai meletakkan harapan akan kehangatan pada setiap korek api yang dinyalakannya. Keesokan paginya dia ditemukan meninggal ditengah kedinginan. Jika dongeng selalu melintas dengan semburat kebahagiaan dan pernyataan “happily ever after”, maka gadis korek api datang dengan kisah yang menyayat hati. Bagaimana mungkin anak kecil dibiarkan berkeliaran mencari nafkah dengan kondisi seperti itu ditengah keadaan yang sangat dingin, dimana seharusnya setiap anak bisa duduk mendengarkan cerita didekat sebuah perapian.

Ini adalah beberapa dongeng yang juga dimuat dalam buku ini
1. Kisah cinta putri duyung kecil
2. Angsa-angsa liar
3. Sang putri sejati
4. Thumbelina
5. Burung bulbul
6. Gadis korek api
7. Ratu salju : Dongeng dalam tujuh kisah
8. Baju baru kaisar
9. Kisah rembulan
10.Anak itik buruk rupa

Sangat mengelitik ketika membaca kisah sang kaisar bodoh karena mempercayai dua tukang tenun gadungan yang menawarkan baju paling istimewa dengan menipu seluruh isi istana. Semua orang ternyata mampu berbohong untuk mempertahankan posisinya, kenyamanannya dan martabatnya. Hanya seorang anak kecil yang mampu berkata jujur dan berucap bahwa sang kaisar telanjang.

Pada awal membaca, saya berencana untuk membaca satu kisah setiap malam sebagai dongeng pengantar tidur, namun ternyata saya tidak sabar dan membacanya dengan lebih cepat karena ingin mengetahui seluruh ceritanya. Sebenarnya saya memberikan empat bintang untuk buku ini, namun karena begitu banyak typo yang saya temukan sehingga saya menurunkan jadi tiga bintang. Hal ini bisa menjadi catatan untuk editor agar lebih memperhatikan hal tersebut. Salah satu typo yang saya temukan dihalaman 49 pada dongeng tentang angsa-angsa liar :

Dia yakin Tuhan tidak akan yang maha pengasih tidak akan meninggalkannya.


H.C Andersen menyuguhkan dongeng-dongeng manis kepada para penikmat untuk bisa berimajinasi sebebas-bebasnya. Membaca buku ini sebelum tidur, mungkin saja mengantar kita kedalam alam mimpi yang imajinatif. 


----------------------------------------
Judul           : Gadis Korek Api
Penulis         : H.C Andersen
Penerbit       : Atria
Terbit           : Maret 2011
Tebal            : 270 hal
---------------------------------------