Showing posts with label Elex Media Komputindo. Show all posts
Showing posts with label Elex Media Komputindo. Show all posts

Wednesday, November 30, 2011

Review : Sarah's Key



Sebuah kisah yang mengejutkan, sangat menyentuh, dan menantang moral….penuh dengan keajaiban. Kisah ini akan menghantui, dan memperkaya diri anda

 Awalnya buku ini diceritakan dalam dua zaman yang berbeda : Juli 1942 dan Mei 2002. Kedua zaman ini sama-sama bermula di Paris, sebuah kota yang saya kenal dengan menara Eiffel-nya, yang disebut orang kota romantis dan kemewahan dunia berada disana. Semua orang mengenal wajah Paris, semua orang terkagum-kagum dengan pesona Paris, banyak wanita yang menyukai keberanian lelaki kota ini. Namun, mari kita berhenti sejenak dan kembali ke 69 tahun lalu tepat ditanggal 16 Juli 1942. Apa yang terjadi disana? Lewat karya Tatiana De Rosnay, saya mengenal satu lagi peristiwa sejarah yang pernah mencoreng wajah paris dan meninggalkan luka bagi banyak orang. Semua orang perlu tahu bahwa disuatu masa, Paris sangat mengerikan, sangat menyeramkan, dingin, gelap dan mengoyak jiwa banyak orang. Terutama mereka, anak-anak kecil dengan sebuah bintang David berwarna kuning menempel dibagian depan pakaian mereka.

Sampai halaman 183, Tatiana De Rosnay menuturkan kisahnya dengan dua cara yang berbeda. Ia mengenalkan kisah seorang anak berusia 10 tahun bernama Sarah ditahun 1942, serta kisah seorang wartawan paruh baya berhati lembut bernama Julia ditahun 2002.

Sarah tinggal di rue de saintonge bersama orang tua dan adik laki-lakinya Michel. Suatu malam dibulan Juli 1942, apartemennya digedor sangat keras. Ia menyadari ketakutan yang muncul dalam gerak-gerik orang tuanya, namun mereka tidak mengatakan apapun kepadanya. Malam itu beberapa polisi perancis datang dan membawa mereka. Michael kecil ketakutan melihat keadaan itu, sehingga ia masuk kedalam lemari tersembunyi yang biasanya digunakan ketika mereka sedang bermain. Lemari itu dilengkapi dengan buku, senter dan air minum. Sarah menyetujui tindakan adiknya, ia bahkan mengunci lemari itu dari luar dan mengantongi kuncinya. Ia berjanji akan segera kembali untuk menjemput adiknya. Polisi perancis membawa Sarah, ayahnya dan ibunya menaiki bus-bus yang juga memuat banyak orang lainnya. Ia melihat semua orang mengenakan bintang David yang sama dengan yang dikenakannya. Ia tidak tahu akan dibawa kemana atau apa yang akan terjadi kepada keluarganya. Namun ia mengerti bahwa karena lambang itulah mereka semua bernasib sama. Karena lambang Yahudi itu mereka diperlakukan seperti itu. Ia hanya berharap agar bisa segera kembali dan menjemput adiknya. Orang-orang yang biasa disapanya setiap hari, kini memandangnya dengan kebencian dan penuh rasa jijik. 

Rombongan itu dibawa ke sebuah tempat yang bernama Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion yang sangat luas. Ribuan orang itu bercampur menjadi satu di tempat itu, tidak ada toilet, tidak ada air, tidak ada makanan. Yang ada disana adalah ratap tangis, wajah-wajah putus asa, orang-orang sakit, orang-orang yang tak kuat lagi dan akhirnya meninggal, dan anak-anak tak berdosa yang tidak mengerti apa-apa dan diperlakukan dengan sangat buruk. Mereka menuggu untuk dibawa kesebuah tempat yang bernama Auschwitz.

Vélodrome d'Hiver
Di zaman yang berbeda, Julia hidup bersama suaminya, Bertrand, dan anak gadisnya, Zoe. Mereka baru saja mengunjungi apartemen nenek Bertrand. Sang Nenek baru saja dipindahkan ke panti jompo karena menderita Alzheimer, sehingga Julia dan keluarganya lah yang akan menempati apartemen itu. Julia adalah seorang American dan bekerja untuk sebuah majalah Amerika di Paris. Suatu hari ia mendapat tugas untuk menulis sejarah holocaust yang pernah terjadi di perancis sekitar bulan juli 1942. Lewat penyelidikannya, Julia menemukan banyak hal. Disini pembaca akan mulai menemukan benang merah antara Julia dan Sarah. Namun, cerita tetap berlanjut dari perspektif yang sangat berbeda, sehingga sungguh menarik untuk dinikmati.

Kisah hidup Sarah dan keluarganya yang menderita di zaman kekuasaan Hitler itu membangkitkan emosi yang luar biasa dalam diri Julia. Ingat…emosi tidak sama dengan amarah..tolong bedakan kedua hal itu. Sarah membuat hidup Julia tidak pernah sama lagi. Julia seakan telah lama mengenal Sarah. Ia seperti bisa memahaminya. Penyelidikan Julia mendapat tantangan luar biasa dari keluarganya sendiri. Wajah Sang Nenek yang menderita Alzheimer tiba-tiba berubah pucat ketika Julia menyinggung tentang penyelidikannya. Lantas apa sebenarnya hubungan keluarga suami Julia dengan Sarah kecil?

Larut dalam penyelidikannya, Sarah mulai menyadari bahwa keluarganya pun terancam. Hubungannya dengan suaminya tidak berjalan dengan baik. Apakah ini ada hubungannya dengan penyelidikannya? Mengapa segala sesuatu disekitar Julia mulai kacau? Namun, apakah Julia menghentikan rasa ingin tahunya? Dan apa yang terjadi dengan Sarah dan keluarganya? Bagaimana nasib si kecil Michel yang bersembunyi di dalam lemari rue de saintonge? 

Story based on the history 

Pada tanggal 16 dan 17 Juli 1942 atas perintah Nazi, Polisi perancis melakukan penangkapan semua orang Yahudi di Paris dan sekitarnya. Operasi itu dinamakan Operation Spring Breeze. Perdana Menteri perancis pada masa itu memerintahkan bahwa tidak hanya laki-laki, tetapi juga wanita dan anak-anak harus ditangkap. Orang-orang yahudi itu dibawa ke Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion indoor yang berjarak hanya dua blok dari menara Eiffel ( ironi jika membayang kedua tempat yang sangat berbeda ini hanya sedekat itu dan bisa saling membayangi ). Setelah lima hari berada disana, mereka mulai dipisahkan dari keluarga masing-masing dan dibawa menuju kamp Drancy, sebuah kamp transit sebelum mereka diangkut menuju Auschwitz. Menurut catatan Préfecture de Police, orang yahudi yang ditangkap saat itu berjumlah 13.152 orang. Pada tahun 1959, api menghancurkan hampir seluruh Vélodrome d'Hiver sedangkan sisanya lagi dihancurkan. Sekarang, ditempat yang sama berdirilah kantor Departemen Dalam Negeri pemerintah Perancis (ironic isn’t it?). Lima puluh tahun setelah peristiwa itu, tepat pada tanggal 16 Juli 1995, Presiden Perancis, Jacques Chirac menyatakan permohonan maafnya.

Oui, la folie criminelle de l’occupant a été secondée par des Français, par l’État français 
(Silahkan cari terjemahannya di google translate ya ^^)
 
Monument Vel d'Hiv
Lihatlah bayangan monumen Vel d'Hiv itu dan jaraknya ke menara Eiffel
 The Movie

16 september 2010, Sarah’s Key diangkat ke layar lebar. Untuk yang ingin menonton film ini, saya sarankan sebaiknya membaca novelnya terlebih dahulu. Setelah nonton film, saya menjadi lebih paham secara visual mengenai gambaran yang diberikan oleh Tatiana De Rosnay, namun beberapa hal yang muncul difilm memang tidak sesuai dengan gambaran novelnya. Sarah sendiri diperankan oleh artis yang sangat cantik, sementara gambaran Betrand yang menawan sama sekali berbeda dengan Betrand yang difilmkan.


sarah and her family at the Vel d'Hiver
sarah and her friend meet the Dufaure
sarah - as a young lady

----------------------------------------
Judul : Sarah’s Key
Penulis : Tatiana De Rosnay
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : 2011
Tebal : 356 hal
ISBN : 978-602-00-0923
----------------------------------------

Friday, July 1, 2011

Review : Marked (House of Night #1)


Ternyata bukan penyihir saja yang punya sekolah khusus (masih ingat Harry Potter kan), vampir pun punya sekolah khusus. Perbedaannya, jika Hogwartz menampung anak-anak yang telah dilahirkan sebagai penyihir, House of Night menampung anak-anak yang baru saja ditandai oleh tracker untuk menjadi calon vampir.

Zoey Redbird berumur 16 tahun ketika ia merasakan keningnya meledak kesakitan dan garis biru gelap berbentuk bulan sabit muncul di tengah-tengah dahinya. Ia baru saja ditandai oleh sang tracker. Seketika itu hidup Zoey berubah. Semua orang di lingkungannya tahu ketika tanda seperti itu muncul di dahi seseorang, maka orang itu adalah calon vampir. Membayangkan vampir, tentu saja akan bersentuhan dengan aktivitas minum darah yang mengerikan. Gambaran tentang vampir itu sudah cukup membuat hidup Zoey lebih sengsara karena ia mulai dianggap sebagai orang aneh oleh sahabat dan keluarganya sendiri. Zoey merasa sedih dengan perubahan ini, namun di sisi lain, ia pun merasa senang karena bisa segera terlepas dari keluarganya yang sudah tidak akur lagi semenjak ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi. Sebelum menuju House of Night, Zoey memutuskan mengujungi neneknya, satu-satunya orang yang diyakininya akan menerimanya dalam kondisi apapun. Namun di tengah perjalanan untuk menemui sang nenek, Zoey jatuh dan dahinya terbentur dengan keras. Ia merasa seakan pingsan ketika jiwanya melayang-layang meninggalkan tubunya. Namun, ada sesuatu di sekitar tempat itu yang memanggil-manggil jiwanya. Zoey mengikuti suara yang memanggilnya dan membawanya bertemu dengan Dewi Nyx, seorang dewi yang selalu dipuja oleh para vampir dewasa. Sang Dewi bahkan dianggap sebagai sumber kekuatan dan kebijaksanaan bagi para vampir. 
Zoey Redbird si putri malam. Aku memberimu mataku dan telingaku di dunia saat ini, sebuah dunia tempat kebaikan dan kejahatan berperang untuk menemukan keseimbangan....percayalah pada dirimu sendiri dan kau akan menemukan jalan. Tapi ingat, kegelapan tidak selalu berarti kejahatan, sama halnya cahaya tidak selalu membawa kebaikan. [hal.52-53] 
Ketika sadar, Zoey telah berada di House of Night. Neneknya telah membawanya ketempat itu. Ia bertemu dengan seorang vampir dewasa, Neferet, yang kemudian menjadi mentornya. Neferet disebut sebagai pendeta tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lain. Sejak saat itu Zoey Redbird memulai kehidupan barunya di House of Night. Ketika memulai aktivitasnya di House of Night, ia sadar semua orang menganggapnya berbeda. Setelah kesadarannya pulih, ia baru tahu bahwa tanda bulan sabitnya telah terbentuk dengan utuh dan bukan lagi seperti goresan. Normalnya, para calon vampir hanya memiliki tanda itu dalam bentuk goresan. Tanda itu akan menjadi utuh ketika mereka mulai berubah menjadi vampir dewasa. Hal inilah yang membuat Zoey berbeda, ia masih calon vampir, namun ia memiliki bentuk bulan sabit yang lebih indah dari semua temannya.

Seperti tipikal cerita di sekolah, selain gadis si pemeran utama, pasti ada gadis lain yang menganggap dirinya paling hebat dan cantik. Di House of Night dialah Aphrodite. Aphrodite memang sangat cantik, ia memiliki kesempurnaan seorang dewi, namun tingkah laku perempuan jalang. Sebagai orang yang dianggap calon pendeta tinggi, Aphrodite merasa terancam dengan kehadiran Zoey. Ia mulai melakukan berbagai aksi untuk membuat Zoey ketakutan, termasuk mengundang Zoey menghadiri pertemuan putri-putri malam dan memaksanya minum darah, sesuatu yang sangat dihindari oleh Zoey. Namun, alih-alih muntah dan mual, Zoey justru sangat menyukai darah, ia bahkan menjadi tergila-gila setiap kali ada darah segar. Menyadari kelainannya, Zoey menjadi semakin bimbang dan takut, namun sekali lagi ia teringat pada kata-kata sang dewi untuk percaya pada diri sendiri, lagi pula cepat atau lambat ia memang harus menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan minum darah. Zoey tidak ingin menentang Aphrodite, ia hanya ingin memiliki sebuah tempat yang bisa dianggapnya rumah dan teman-teman yang menerimanya dengan tulus. Bertemu dengan teman sekamarnya, Stevie Rae, membawa Zoey pada persahabatan menyenangkan bersama Damien, Erin, dan Shaunne.  Bersama keempat orang temannya, Zoey merasa House of Night menjadi jauh lebih baik ketimbang rumahnya sendiri. Apalagi ketika ia bertemu dengan seorang pria tampan di sekolah, Erik Night, yang juga terlihat menyukai dirinya.

Istilah don’t judge a book by it’s cover benar-benar cocok untuk kisah saya dan buku ini. Awal membaca buku ini, saya agak malas-malasan karena tampilan depan cover yang sangat tidak saya sukai. Alhasil membaca bagian depan saja membutuhkan waktu yang cukup lama, namun setelah membaca seperempat bagian dari buku, saya menjadi excited dan sulit menunda membaca. House of Night adalah kisah fantasi tentang seorang gadis polos yang tiba-tiba mengalami perubahan luar biasa dalam hidupnya karena mendapat tanda untuk menjadi calon vampir. Lucunya, sekolah vampir berlangsung di malam hari dan matahari terbit adalah tanda untuk mereka naik ketempat tidur dan beristirahat. Bagian yang paling saya sukai adalah peristiwa demi peristiwa yang terjadi di sekolah itu dan perlahan-lahan mengungkap keistimewaan Zoey yang bahkan membuat Zoey sendiri terkaget-kaget. Membaca buku ini, membuat saya mengingat pola-pola cerita Harry Potter. Walaupun tidak seistimewa imajinasi J.K Rowling, namun penulis House of Night (P.C Cast dan Kristin Cast) menyuguhkan cerita fantasi yang sungguh membuat saya penasaran dengan kelanjutan kisah calon vampir ini. Meskipun ini adalah buku pertama dari enam buku serial House of Night, namun buku ini memiliki puncak cerita yang cukup menarik. Semoga saja, disetiap buku, penulis terus memberikan kejutan-kejutan yang sama menariknya. Dan untuk setiap orang yang mengharapkan bagian romantis dari buku ini, jangan khawatir, kisah Zoey dan Erik sepertinya akan menarik untuk disimak. O iya..satu hal lagi, penulis juga cukup memberikan detail tentang pelajaran Zoey untuk menjadi vampir, tetapi tentu saja tidak untuk di coba oleh para pembaca dong.

NB : semoga elex media secepatnya menerbitkan kelanjutan buku ini

-----------------------------------------
Judul : Marked (House of Night #1)
Penulis : P.C Cast + Kristin Cast
Penerbit : Elex Media
Terbit : Mei 2011 
Tebal : 416
------------------------------------------