Showing posts with label fantasy. Show all posts
Showing posts with label fantasy. Show all posts

Wednesday, July 31, 2013

[Review] Harry Potter and Deathly Hallows by JK Rowling


Title: Harry Potter and Deadly Hallows
Author : JK Rowling
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Pubslihed: Januari 2008
Pages: 1008p
ISBN: 978-979-22-3348-3

Buku ketujuh ini seharusnya menceritakan tahun ke-7 Harry berada di Hogwartz, namun peristiwa menyedihkan di akhir buku ke-6 memantapkan tekad Harry untuk meninggalkan Hogwartz dan melakukan tugas yang harus dipikulnya. Menjadi tugas Harry untuk menemukan Hocrux yang diciptakan oleh Sang Pangeran Kegelapan. Pecahan jiwa Voldemort tersimpan di dalam setiap Hocrux dan selama Hocrux itu masih utuh, Voldemort takkan pernah bisa dikalahkan.

Tuesday, July 30, 2013

[Review] Coraline by Neil Gaiman


Title: Coraline
Author: Neil Gaiman
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: November 2004
Pages: 232p
ISBN: 978-979-22-1111-5

SYNOPSIS
Di flat yang ditempati keluarga Coraline ada 21 jendela dan 14 pintu. Tiga belas pintu bisa membuka-menutup, pintu ke-14 dikunci, dan dibaliknya hanya ada tembok batu bata. Suatu hari Coraline membuka pintu itu, dan menemukan lorong ke flat lain, di rumah lain yang persis dirumahnya.
Mulanya semuanya tampak menyenangkan di flat itu. Makanannya lebih enak. Mainan-mainannya mengasyikkan. Tapi di sana ada ibu lain, ayah lain, dan mereka ingin menahan Coraline di situ selama-lamanya. Mereka ingin mengubahnya dan tidak melepaskannya lagi.
Di rumah itu juga ada anak-anak lain yang terperangkap, jiwa-jiwa yang dipenjara di balik cermin. Dan Coraline satu-satunya harapan mereka untuk selamat.

Sunday, July 28, 2013

[Review] Harry Potter and Half-Blood Prince by JK Rowling


Title: Harry Potter and Half-Blood Prince
Author: JK Rowling
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Januari, 2006
Pages: 816p
ISBN: 979-22-1762-2

SYNOPIS – diambil dari sinopsis dibuku terbitan GPU.


Harry di tahun keenamnya di Hogwartz diangkat jadi kapten tim Quidditch Gryffindor heran sekali, mendadak Quidditch jadi sangat sangat populer. Banyak sekali anak yang mendaftar ingin masuk tim, bahkan sampai ada anak-anak Hufflepuff dan Revenclaw yang menyelundup. Tetapi seperti kata Hermione, “Bukan Quidditch yang ngetop, tapi kau!” Kau belum pernah semenarik ini, dan jujur saja, kau belum pernah sekeren ini...seluruh dunia sihir harus mengakui kau benar soal Voldemort telah kembali dan bahwa kau telah menghadapinya dua kali dalam dua tahun terakhir ini dan berhasil selamat dalam dua-duanya. Dan sekarang mereka menyebutmu ‘Sang Terpilih’ – nah coba, tidak bisakah kau melihat kenapa orang terpesona olehmu?”. Pantas saja gadis-gadis sampai nekat mau memberikan ramuan cinta kepada Harry. Namun Harry tidak memusingkan semua itu. Hanya ada satu gadis yang memenuhi pikirannya. Lagi pula dia sangat sibuk. Tahun ini Dumbledore memberinya pelajaran privat. Mempersiapkannya menghadapi musuh bebuyutannya, Lord Voldemort. Seperti dikatakan Ron, Dumbledore pasti tak akan membuang-buang waktu untuk memberinya pelajaran kalau dia menganggap Harry pecundang – dia pasti berpendapat Harry punya peluang! Harry mengira cita-citanya untuk menjadi Auror telah kandas, karena nilai Ramuannya tidak mencukupi. Namun dia keliru. Tahun ini Snape tidak lagi mengajar Ramuan, dan Harry menjadi yang paling pintar dalam kelas Ramuan – berkat bantuan Pangeran Berdarah-Campuran!

Monday, May 27, 2013

[Review] Harry Potter & the Order of Phoenix by JK Rowling


Title: Harry Potter & the Order of the Phoenix
Author: JK Rowling
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Januari 2004 (Cetakan ke-2)
Pages: 1200p
ISBN: 979-22-0651-5

Ehem..ehem..
Ehem..ehem..
Ehem..ehem..
Tak terasa event Hotter Potter sudah berlangsung 5 bulan dan sebentar lagi selesai. Walaupun beberapa buku sudah dibaca kesekian kali, tetap saja rasanya berat berpisah dengan petualangan Harry, tidak mau berhenti tertawa menyimak celetukan ron, tidak mau meninggalkan ide-ide brilian hermione, bahkan tidak keberatan harus menyimak orang seperti Umbridge yang sangat menyebalkan, asalkan tidak berpisah dengan petualangan Harry Potter. Harry Potter menjadi bacaan yang disukai anak-anak sampai orang dewasa, nilai-nilainya memberi pelajaran untuk semua usia, dan persahabatan yang disuguhi membuat saya secara pribadi sangat iri. 

Tuesday, May 21, 2013

[Review] Harry Potter & the Goblet of Fire by JK Rowling



Title: Harry Potter and the Goblet of Fire
Author: JK Rowling
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Desember 2012 (Cetakan ke-21)
Pages: 896p
ISBN: 979-655-854-8

Serial Harry Potter pertama kali diterbitkan tahun 1997, diterjemahkan ke bahasa Indonesia tahun 2000, dan pertama kali tayang di layar lebar tahun 2001. Di masa-masa itu, saya melewati masa smp dan sma tanpa sedikit pun mendengar dan melihat buku ataupun filmnya. Kalau mengingat masa-masa itu, entahlah saya sedang sibuk dengan hal apa *tepokjidat*. Di tahun ke-2 kuliah, banyak teman sering kumpul di kamar kos saya untuk sekedar ngobrol atau nonton film. Malam itu, mereka membawa film Harry Potter and Goblet of Fire untuk kami tonton bersama. Itulah perkenalan pertama saya dengan Harry dan petualangannya. Tidak perlu menunggu lama untuk jatuh cinta dengan karya Madam Rowling ini. Malam itu, teman-teman saya capek mendengar pertanyaan saya tentang Harry...kenapa dia punya bekas luka? Apa artinya? Siapa Voldemort dan kenapa semua orang takut padanya? Seorang teman lantas menyuruh saya untuk mulai dari film pertama, Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Dengan bermodalkan kenalan seorang penjaga rental VCD, saya pun memintanya mencari koleksi lamanya dan akhirnya berhasil membawa pulang tiga film yang berasal dari buku pertama sampai ketiga. Rasanya seperti menemukan teman baru, sesuatu yang benar-benar saya sukai. Setelah film, lalu dilanjutkan dengan buku, namun saya hanya mulai membaca buku kelima sampai tujuh, dengan asumsi sudah memahami cerita dari buku pertama sampai keempat lewat film. Terimakasih sekali lagi untuk Surgabuku yang memulai event Hotter Potter Reading Challenge ini, sehingga saya bisa membaca buku 1-7 dan khususnya buku keempat ini, untuk pertama kalinya sejak saya mengenal Harry lewat film yang dibawakan oleh teman-teman saya itu.

Sunday, March 31, 2013

[Review] Harry Potter and the Prisoner of Azkaban


Title: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Author: JK Rowling
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Desember 2012 (cetakan ke-23)
Pages: 534p
ISBN: 979-655-854-8

Banyak hal baru yang saya temukan dalam buku ini. Sejujurnya *malu* saya belum pernah baca buku Harry Potter yang ketiga ini dan karena itu banyak sekali konfirmasi atas kebingungan saya terhadap film yang saya tonton.



Apa yang baru saya sadari? 

Ron, Hermione dan Hagrid tetap berusaha mengirimkan hadiah dihari ulang tahun Harry. They are trully friend...so sweet :)

Hedwig sangat cerdas terbang ke tempat Hermione saat Hermione tidak punya cara mengirimkan hadiah ulang tahun untuk Harry. Hedwid ingin memastikan Harry mendapat hadiah di hari ulang tahunnya. I love Hedwig :)

Thursday, February 28, 2013

[Review] Harry Potter and the Chamber of Secrets




Dear Joanne Rowling,

Saya menikmati membaca buku anda sejak halaman pertama. Sulit sekali untuk menutupnya sebelum lembaran terakhir. Apa yang membuat imajinasi anda begitu luar biasa? Saya ingin duduk mendengar anda menuturkan bagian-bagian kesukaan anda dari buku yang anda tulis sendiri. Namun sebelumnya, ijinkanlah saya mengungkapkan hal-hal yang membuat saya banyak tertawa, iri, kaget, dan terpesona saat tenggelam dalam kehidupan Harry dan Hogwarts.

Monday, January 28, 2013

Harry Potter and the Sorcerer's Stone



This my first time read Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. I watched the movie instead of read the book. And as usual, after I saw the movie, I lost the will to read the original story from the book. In this New Year, there is a blog called Surgabuku, who make an event called HotterPotter to everybody who wants to join in Harry Potter re-reading challenge and that’s a door to me to see the detail words from JK Rowling. 

I prepared a synopsis for you who never read or watch a story of the boy who lived, here it is from Goodreads, hope it’s enough to give a drawing for you about him. And for you who know Harry Potter very well, you can skip this part: 

Wednesday, October 19, 2011

Review : Hunger Games





Buku ini adalah pertemuan pertama saya dengan Suzanne Collins. Kurang lebih satu  setengah hari saya melahap buku ini, dan ketika sampai di halaman terakhir, saya langsung menuju gramedia untuk mencari kelanjutannya. Suzanne Collins membawa angin segar dalam deretan fantasi yang lagi bermunculan. Lantas apa daya tarik itu?

Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat

Katniss Everdeen tiba-tiba menjadi kepala keluarga ketika ayahnya meninggal dalam pekerjaannya sebagai penambang batu bara. Katniss hidup bersama ibu dan adik perempuanya, Prim, di Distrik 12.  Distrik 12 adalah bagian dari Negara Panem dibawah kekuasaan Capitol. Setiap distrik memiliki pekerjaan utama yang biasanya dilakukan oleh penduduknya. Katniss tidak begitu paham akan hal ini. Ia hanya berkonsentrasi pada kelanjutan hidup keluarganya. Distrik 12 dikelilingi oleh pagar yang seharusnya dialiri listrik, yang membatasi distrik itu dengan hutan belantara. Namun, menyebrangi pagar itu sudah menjadi kebiasaan Katniss ketika dia ingin pergi berburu, walaupun ia tahu, ketika dirinya tertangkap oleh penjaga perdamaian (seperti satpam yang ditempatkan oleh Capitol disetiap distrik) maka keluarganya akan mati kelaparan.

Setiap tahun, Capitol menyelanggarakan sebuah acara yang disebut Hunger Games. Peserta Hunger Games berasal dari perwakilan masing-masing distrik. Setiap distrik diwakilkan oleh sepasang remaja, mereka maju kedalam permainan yang telah diatur oleh Capitol. Pilihannya adalah membunuh atau dibunuh. Ketika nama Prim dibacakan sebagai perwakilan distrik 12, Katniss berlari keatas panggung dan mengajukan dirinya menggantikan adik kesayangannya. Katniss Everdeen dan Peeta Mellark adalah dua orang yang terpilih mewakili distrik 12 dalam Hunger Games ke-74. Entah bagaimana arena yang disiapkan oleh Capitol, namun Katniss tidak bisa mundur lagi, Ia harus maju, dan jika ingin pulang menemui keluarganya, ia harus membunuh 23 orang lainnya. Akankah dia sanggup? Bagaimana ia bisa membunuh Peeta, ketika didepan semua orang lelaki itu menyatakan cinta terpendamnya terhadap Katniss sejak mereka kanak-kanak?

Membaca buku ini, membuat saya tidak sabar untuk membalik setiap halamannya. Saya suka dengan karakter Katniss dan Peeta, walaupun penulis juga menggambarkan beberapa karakter lainnya tidak kalah menariknya. Satu hal yang terpikirkan ketika selesai membaca buku ini adalah kapan saya akan menikmatinya lewat layar lebar. Seperti cerita fantasy pada umumnya, lompatan cerita ini berjalan dengan sangat cepat. Yang sangat menarik dari buku ini adalah kemampuan Collins merangkai strategi bertahan hidup di arena Hunger Games, bagaimana komunikasi berjalan antara peserta dan mentornya yang mengawasinya dari tempat lain. Perlu diketahui, bahwa Hunger Games ini adalah pertarungan 24 peserta yang ditonton oleh setiap penduduk distrik lewat siaran tv, Capitol membuatnya demikian untuk memperingatkan setiap penduduk distrik agar menjauhi pemberontakan. Ada beberapa typo yang menggangu dalam buku ini. Terkadang ada bagian percakapan yang sepertinya diucapkan oleh orang lain, namun disebutkan terucap dari orang lainnya, sehingga membuat saya harus membaca ulang beberapa bagian dan berusaha memahami konteks yang sebenarnya. Namun, itu bukan masalah yang membuat saya berhenti membaca, justru sebaliknya, saya berusaha memahami tujuan penyampaian penulis sehingga tidak melewatkan rahasia-rahasia yang terpendam didalamnya.

Menurut Collins, ide cerita ini muncul ketika ia sedang menonton acara dimana orang-orang berlomba dalam sebuah reality show, sementara di saluran lainnya, ia melihat rekaman dari perang irak. Percampuran keduanya serta lewat sang ayah yang pernah terlibat dalam perang di Vietnam, membantu Collins memahami rasanya kehilangan orang-orang yang dicintai dan memberinya ide cerita ini. Collins bahkan terinspirasi dari mitos Yunani tentang Theseus. Semuanya dirangkai menjadi kisah menegangkan yang membuat saya juga tidak sabar menanti kehadiran hasil adopsinya ke layar lebar yang rencananya akan dirilis pada bulan maret 2012.

Beberapa penghargaan yang diraih oleh Hunger Games antara lain, Best Book of the Year (2008), Notable Children’s book of 2008, Winner of Golden Duck Award in Young Adult Fiction Category (2009).


-------------------------------------------------
Judul     : Hunger Games
Penulis   : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit    : Jakarta, Oktober 2009
Tebal     : 408 hal
ISBN       : 978-979-22-5075-6
-------------------------------------------------

Sunday, July 31, 2011

Review : City of Glass (The Mortal Instrumen #3)




 
Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya seperti bunga api bergejolak tinggi – Job 5:7


Sebelum membaca resensi ini, saya menyarankan anda sudah membaca resensi atau bahkan buku pertama dan kedua dari serial Mortal Instrumen ini, karena jika anda belum membaca, maka beberapa hal dari resensi ini akan menjadi spoiler untuk buku pertama dan kedua. WARNING!!!!

Sejauh perjalanan saya bersama serial Morta Instrumen ini, saya telah jatuh cinta setengah mati kepada Jace. Dan ternyata bukan saya saja yang menyukai Jace. 

“Dear Edward dan Jacob, aku memuja kalian berdua. Tapi aku menghabiskan akhir pekanku dengan Jace, Maaf! Salam cinta, Stephenie.” – Stephenie Meyer, penulis Twilight.

Nah, benarkan bahkan Stephenie pun meninggalkan Edward dan Jacob untuk menghabiskan akhir pekan bersama Jace..hohohoho

Jika mengingat Jace, mau tidak mau saya pun harus mengingat Clare, adik kandung Jace yang sangat dicintainya dengan cara seorang pria mencintai wanita pujaannya. Ternyata mereka berdua telah menerima percobaan Valentine sejak masih di dalam kandungan Jocelyn. Jace menerima darah iblis dan Clary menerima suntikan darah malaikat. Hal itu menjelaskan kemampuan Clary menciptakan rune baru di dalam buku kedua seria Mortal Instrumen ini. Jace dan Clary adalah pemburu bayangan dengan kemampuan spesial. Di akhir kisah kedua, sekali lagi Clary berhasil menggagalkan rencana jahat Valentine, dengan menciptakan rune baru yang meledakan kapal yang ditumpangi Valentine. Namun kemampuan Clary ini disembunyikan dari pimpinan pemburu bayangan. Jace dan Luke takut Clary akan mendapat kesulitan jika Kunci mengetahui kemampuan yang dimilikinya.

Setelah menggagalkan rencana Valentine di buku kedua, semua pemburu bayangan yang terlibat dalam pertempuran itu diminta untuk kembali ke Idris dan melaksanakan pertanggungjawaban dihadapan kunci. Clary pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rencana kembali ke Idris itu, namun Jace sangat menentang rencana Clary untuk pergi ke Idris. Clary harus pergi ke Idris karena seorang wanita pemburu bayangan bernama Medeleine mengunjunginya dan menjelaskan cara membangunkan Jocelyn. Menurut Medeleine, Clary harus menemui Ragnor Fell, seorang warlock di Idris. Hanya Ragnor Fell yang mengetahui cara membangunkan Jocelyn dari kondisi koma.

Dengan menggunakan kemampuannya Clary membuka portal menuju Idris, tepatnya kota kaca Alicante. Bukan hanya Clary yang sampai di Alicante, Simon pun secara tidak sengaja terbawa sampai ke Alicante. Di buku kedua, Simon telah bertransformasi menjadi vampir. Namun Simon memiliki keuinikan, ia bisa berjalan dibawah sinar matahari. Kondisi Simon yang baru tidak membuat persahabatannya dengan Clary berubah. Ia tetap menjadi sahabat bagi Clary. Ia bahkan telah membebaskan Clary dari urusan kencan mereka dan kembali pada gagasan persahabatan.

Ketika Jace yang marah melihat Clary berada di Idris tidak mau membantunya, Clary justru mendapat bantuan dari seorang kenalan barunya, Sebastian Verlac, untuk menemui Ragnor Fell. Sayangnya, Ragnor Fell telah terbunuh ketika mereka tiba. Seseorang telah mengetahui niat kedatangan Clary. Di rumah Ragnor Fell, Clary justru bertemu dengan Magnus Bane yang tanpa diketahui oleh Sebastian memberi tahu Clary cara menemukan penawar bagi ibunya.

Kota kaca Alicante yang tadinya aman dalam lindungan mantra penangkal iblis, kini telah terancam kehancuran. Valentine mengincar instrumen ketiga, cermin mortal. Semua orang tahu cermin itu berada di Alicante, namun tidak ada yang tahu persis seperti apa bentuknya dan dimana lokasi tepatnya. Valentine menyerang Alicante dan mengakibatkan pertarungan antara iblis dan para pemburu bayangan. Sebelum mengakhiri semuanya, ia menawarkan pilihan kepada Kunci. Jika Kunci ingin kota Alicante dan para pemburu bayangan selamat, maka Kunci harus menyerahkan kepemimpinan kepada Valentine dan tunduk kepadanya. Valentine menentukan batas waktu kepada Kunci untuk mempertimbangkan tawarannya. Jika Kunci tidak setuju dengan ide kepemimpinan Valentine, maka ia akan melepaskan iblis untuk menyerang Alicante.

Dewan Kunci pemburu bayangan dilanda kebingungan yang luar biasa. Mereka tahu bahwa mereka akan kalah jika hanya mengandalkan kekuatan para pemburu bayangan semata. Namun Luke menampakkan diri kepada Kunci, dan menawarkan ide menarik. Luke berpikir jika Kunci mengijinkan pemburu bayangan bertarung berdampingan dengan para penghuni dunia bawah maka mereka pasti bisa menghadapi valentine. Namun tidak semudah itu menerapkan ide Luke, karena Valentine sendiri masih memiliki mata-mata di dalam dewan yang terus menghasut setiap orang agar menyetujui gagasan untuk tunduk kepada Valentine daripada mati diserang iblis.

Clary setuju dengan ide Luke dan ia menawarkan bantuan luar biasa dengan memperkenalkan kemampuannya kepada semua pemburu bayangan di Alicante. Beberapa memandangnya dengan kagum, namun beberapa yang lainnya menganggapnya bodoh. Sementara Clary berusaha meyakinkan Kunci, Jace mengejar Sebastian setelah tahu bahwa ia adalah mata-mata Valentine. Masing-masing mereka menghadapi pertempurannya masing-masing sebelum pertempuran sebenarnya terjadi setelah waktu tawaran yang diajukan oleh Valentine tiba.

Apakah Jace berhasil mengejar Sebastian? Lalu siapa Sebastian sebenarnya? Apa keputusan Kunci terhadap tawaran Valentine? Bagaimana Clary akan membantu dalam pertempuran sebenarnya? Serta tidak kalah serunya, Apakah Jace dan Clary berhasil memperjuangkan cinta mereka menjadi sesuatu yang lebih nyata?

Akhirnya saya mendapatkan jawaban-jawaban yang tertunda ketika membaca buku ini, namun entah mengapa masih saja ada pertanyaan-pertanyaan lain yang bermunculan dan tanpa jawaban. Rasanya gregetan menyaksikan kisah Jace dan Clary, namun juga memberikan perasaan hangat ketika menelusuri hubungan mereka berdua. Sementara Jocelyn yang akhirnya berhasil bangun dan menemui Clary mengungkapkan rahasia besar yang sekali lagi merubah kehidupan Clary dan memberikan cahaya terang baginya.

Tiga seri pertama dari serial Mortal Instrumen ini tidak hanya memberikan imajinasi yang mengagumkan, namun juga mengajarkan banyak nilai dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini memperlihatkan bahwa keluarga bukan hanya berasal dari hubungan darah, namun juga setiap orang yang menyayangimu adalah keluarga. Demikian juga dengan kekuatan cinta dan kepercayaan dari orang-orang yang kita sayangi. Kekuatan itu memampukan kita melakukan apapun di dunia ini tanpa rasa takut. Dan pada akhirnya setiap hati yang murni selalu akan menghasilkan buah perilaku yang lebih baik.

------------------------------------------------------
Judul : City of Glass (The Mortal Instrumen #3)
Penulis : Cassandra Clare
Penerbit : Ufuk
Terbit : November 2010
Tebal : 752
ISBN : 978-602-8801-47-8 
-----------------------------------------------

Review : City of Ashes (The Mortal Instrumen #2)



Aku kenal jalan-jalanmu, kota yang manis, Aku tahuu semua iblis dan malaikat yang berkerumun dan bertengger di dahan-dahanmu bagai burung. Aku kenal kau, sungai, seakan kau mengalir menembus hatiku. Aku putrimu yang pejuang. Huruf-huruf dibuat dari tubuhmu seperti mata air terbuat dari air. Bahasa-bahasa tercipta denganmu sebagai cetak biru dan saat kita lafalkan kota itu bangkit.


Sebelum membaca resensi ini, saya menyarankan anda sudah membaca buku pertama dari serial Mortal Instrumen ini, karena jika anda belum membaca, maka beberapa hal dari resensi ini akan menjadi spoiler untuk buku pertama. WARNING!!!! JANGAN LANJUT MEMBACA JIKA BELUM BACA BUKU #1!!!!

Kita kembali lagi ke lika liku petualangan Clarrisa “Clary” Fray yang memiliki nama asli Clarissa “Clary” Morgestern.  Ya..nama belakang Clary adalah Morgestern karena ternyata dia adalah putri Valentine (fakta dari buku pertama). Kenyataan itu membuat hidup Clary menjadi berbeda. Dalam waktu singkat ia harus menerima Valentine sebagai ayah kandungnya, seorang pembunuh yang menculik ibunya, dan telah menyengsarakan banyak kaum pemburu bayangan. Clary juga harus menerima kenyataan bahwa ia telah jatuh cinta kepada Jace Wayland yang ternyata adalah kakak kandungnya sendiri. Kisah cinta terlarang itu sungguh memilukan, membuat saya sendiri hampir tidak bisa melanjutkan kisah yang diungkapkan Cassandra Clare ini. Clary akhirnya tahu bahwa Luke tidak pernah mengkhianati dia dan ibunya. Luke adalah manusia serigala yang selama ini menemani Clary dan Jocelyn, dan membantu Jocelyn melindungi Clary dari dunia bayangan. Singkat cerita, di akhir petualangan buku pertama, Valentine berhasil membawa Jace dan piala mortal bersama. Namun, Clary dan Luke serta sekawanan serigala, berhasil melacak keberadaan Valentine. Dengan penuh kasih sayang, Clary berhasil menyadarkan Jace, bahwa Valentine, ayah mereka berdua, tidak lebih dari seorang pembunuh yang telah menyengsarakan semua orang. Walaupun terjadi pertumpahan darah antara prajurit Valentine dan kawanan serigala yang dipimpin oleh Luke, namun Clary berhasil membawa Jace dan ibunya kembali. Sayangnya, Jocelyn tidak pernah sadarkan diri, ia seperti tersihir masuk kedalam alam mimpi dan Clary harus menepis keinginannya untuk bersama Jace karena mereka adalah saudara kandung.

Kisah buku kedua ini kembali disuguhkan dengan sudut pandang orang ketiga, namun sebagai besar cerita dikisahkan dari sisi Clary sendiri. City of Ashes berawal ketika Valentine menyewa seorang warlock untuk memanggil iblis Agramon, iblis yang merepresentasikan ketakutan terdalam seseorang yang seketika itu juga membunuh sang warlock. Valentine mempunyai piala mortal yang membuatnya memegang kekuasaan terhadap setiap iblis yang mampu dipanggilnya.

Clary mulai menyesuaikan diri kembali dengan kehidupannya, ia berusaha untuk kembali hidup normal. Ia pindah tinggal bersama Luke, sedangkan ibunya masih terbaring koma di rumah sakit.

Jace mendapat kecaman hebat dari orang tua Alec dan Isabella yang selama ini membesarkannya. Mereka pun baru tahu bahwa Jace adalah putra Valentine. Kenyataan itu membuat Maryse Lightwood, ibunda Alec dan Isabella, mengusir Jace dari institut. Selama ini mereka berpikir telah membesarkan putra Michael Wayland, teman lama mereka yang terbunuh ketika melawan Valentine, namun mengetahui bahwa Jace adalah putra Valentine, menjadi pukulan berat bagi Maryse yang selama ini mencintai Jace seperti anaknya sendiri.

Inkuisitor adalah orang kepercayaan kunci yang berasal dari Idris. Ia datang ke Institut di New York untuk memeriksa orang-orang yang pernah terlibat dengan Valentine, dan Jace bukanlah pengecualian. Sang Inkuisitor menyerang Jace dengan tuduhan sebagai mata-mata Valentine dan menjebloskannya kedalam penjara di kota hening. Ketika berada di penjara bawah tanah kota hening, Jace mendengar teriakan-teriakan yang memekikan dari para “Saudara Hening”, tidak berselang lama untuk mengetahui Valentine-lah penyebab semua itu. Valentine datang ke kota hening untuk mencuri pedang jiwa, instrumen kedua dari mortal instrumen. Sementara Isabella yang cemas dengan keadaan Jace, meminta Clary dan Alec untuk bekerja sama membebaskan Jace. Mereka datang tepat pada waktunya saat Jace mulai sekarat di penjara itu. Sayangnya mereka tidak sempat merebut kembali pedang jiwa yang telah dicuri oleh Valentine. Dengan pedang jiwa, Valentine memiliki kekuasaan tak terbatas untuk memanggil semua iblis neraka dan menjadikan mereka pasukannya.

Ditengah semua kekesalan yang diciptakan oleh Valentine, suatu malam, Clary mendapati dirinya mencium Simon sahabatnya sendiri. Hubungan mereka perlahan-lahan meningkat dari sahabat menjadi teman kencan. Namun suatu hari, Ratu istana Seelie (dewi peri) memanggil Jace ke istananya. Jace pergi bersama Clary, Isabella, dan Simon. Di Istana itu, ratu menyihir Clary, ia tidak bisa meninggalkan istana kecuali ia mendapat sebuah ciuman yang sangat didambakannya. Kemarahan dan gelora membara di hati Jace, bagaimana mungkin ia harus mencium adiknya sendiri walaupun ia sangat ingin melakukannya. Namun tidak ada jalan keluar lain bagi Clary. Jace mencium Clary dengan lembut, namun perlahan-lahan menjadi gelora asrama yang membara diantara mereka sementara semua mata menatap mereka. Simon terbakar api cembur, hingga membawanya tanpa sadar ke dalam sarang vampir.

Peristiwa demi peristiwa semakin membingungkan di dalam kisah buku kedua ini. Apalagi ketika Clary mendapati Simon bersimbah darah oleh gigitan vampir. Akankah Simon berubah menjadi Vampir? Apakah Jace dan Clary bisa bersama? Bagaimana kekuataan yang dimunculkan oleh Valentine dengan pedang jiwa? Apakah Clary dan Jace mampu menghentikan kekacauan yang diciptakan oleh ayah mereka?

Awalnya saya pikir buku kedua ini akan menjadi membosankan, namun Cassandra Clare berhasil mengubah pendapat saya. Valentine berhasil bangkit dari kekalahannya di buku pertama dan mendapatkan jalan baru menuju kemenangannya. Namun, kejahatan Valentine justru membuka jalan bagi Clary dan Jace untuk memahami kekuatan terpendam di dalam mereka masing-masing. Saya tidak bisa berhenti membaca hingga halaman terakhir buku ini, bahkan sampai di halaman terakhir pun, saya tidak bisa berhenti untuk segera melanjutkan ke buku ketiga. Hey kamu Cassandra Clare...kamu berhasil membuat saya terpesona dengan imajinasimu.

-------------------------------------------------------
Judul : City of Ashes (The Mortal Instrumen #2)
Penulis : Cassandra Clare
Penerbit : Ufuk
Terbit : Juli 2010
Tebal : 512
ISBN : 978-602-8801-30-0 
--------------------------------------------------------

Monday, July 18, 2011

Review : City of Bones (The Mortal Instrumen #1)



Apa yang akan kau lakukan kalau melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain?

Sepertinya kisah fantasi lagi sangat marak dibicarakan, bahkan semakin banyak karya-karya fantasi yang mulai mengangkat kembali kisah vampir, manusia serigala, peri bahkan penyihir. Sebut saja Stephenie Meyer dengan serial Twilight-nya yang merupakan salah satu kisah fantasi yang belakangan ini sangat digemari, atau Vampir Academy-nya Richelle Mead. Nah selain kedua buku itu, ada lagi kisah fantasi mendebarkan yang menarik perhatian saya, serial The Mortal instrumen karya Cassandra Clare. Buku pertama dari serial ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2007 dan diberi judul City of Bones. Jika Twilight hanya bercerita tentang vampir dan manusia serigala, City of Bones memberikan suguhan yang lebih lengkap, didalamnya anda tidak hanya menemukan kisah vampir dan manusia serigala, tetapi juga peri, warlock dan pemburu bayangan.

Dalam kisah ini, dunia terbagi menjadi tiga keturunan, manusia fana, manusia berdarah malaikat (pemburu bayangan atau Nephilim), dan penghuni dunia bawah yang didalamnya terdapat vampir, manusia serigala, peri (setengah iblis dan setengah malaikat) dan warlock. Pemburu bayangan adalah kaum pejuang yang membunuh iblis. Para pemburu bayangan juga memiliki tugas untuk mengawasi para penghuni dunia bawah. Setiap hal yang dilakukan oleh pemburu bayangan diatur sesuai hukum-hukum yang diterapkan oleh sang Kunci atau pemegang kekuasaan tertinggi yang berada di Idris,  sebuah kota yang dianggap sebagai kampung halaman pemburu bayangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang akan diijinkan untuk memasuki kota itu.

Kisah ini berawal dari seorang gadis yang berusia hampir 16 tahun bernama Clarissa “Clary” Fray. Clary tinggal bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah meninggal dunia sebelum dia lahir, setidaknya itulah yang diketahui oleh Clary. Namun, Clary mendapatkan perhatian hampir seperti ayah sendiri dari sahabat ibunya, Luke Garroway. Clary punya seorang teman bernama Simon yang menjadi satu-satunya teman baginya. Clary mengira dirinya hanyalah seorang gadis biasa, anak dari seorang pelukis biasa, namun pemahamannya itu perlahan-lahan berubah ketika Jocelyn Fray, ibunya diculik dan Clary sendiri hampir mati oleh serangan iblis di rumahnya sendiri. Disaat-saat kekuatannya hampir hilang, Jace Wayland, seorang pemburu bayangan datang menolongnya. Jace berusia satu tahun diatas Clary, ia sombong dan luar biasa menyebalkan, namun itulah daya tarik Jace yang membuatnya terlihat sexy dan sangat menggemaskan. Jace menggunakan tudung pesona yang memungkinkan dirinya menjadi kasat mata bagi manusia fana, namun betapa terkejutnya dia ketika Clary yang dianggapnya gadis fana mampu melihatnya. Clary menjadi sebuah misteri untuknya. Perjumpaan Clary dan Jace, menjadi awal baru bagi Clary memasuki dunia bayangan. Jace membawa Clary yang hampir mati kerumahnya, sebuah institut yang dihuni oleh para pemburu bayangan yang berada di kota New York. Dan sejak saat itu kehidupan Clary tidak lagi biasa-biasa saja.

Bersama dengan Jace dan beberapa teman lainnya, Alec dan Isabella Lightwood, Clary memulai pencarian ibunya. Dalam pencarian itu, Clary mengetahui bahwa ibunya telah meminta seorang Warlock tingkat tinggi dari Brooklyn untuk membuat Clary melupakan beberapa ingatan dari masa kecilnya, ingatan yang memungkinkan Clary mengetahui hakekatnya sebagai keturunan pemburu bayangan. Berbekal arahan dari seorang saudara nephilim berkekuatan magis yang disebut “saudara hening” dari sebuah kota tulang, Clary mendapat informasi tentang Magnus Bane, penyihir yang telah menghapus ingatannya. Perlahan-lahan Clary mengumpulkan informasi yang menghubungkannya dengan semua kejadian yang tiba-tiba menimpannya itu, sampai akhirnya membawa Clary bertemu dengan Valentine Morgestern, seorang pemburu bayangan yang berkhianat dari Kunci, dan sejak lama berniat menghancurkan semua penghuni dunia bawah. Valentine menjadi musuh bebuyutan para pemburu bayangan, namun Valentine sendiri pun memiliki banyak pengikut. Clary dan Jace tidak bisa menduga siapa pemburu bayangan yang setia kepada Kunci dan siapa yang menjadi pengikut Valentine. Valentine menginginkan sebuah piala mortal, sebuah piala yang bisa digunakan untuk menciptakan pasukan pemburu bayangan, namun piala itu tersimpan rapi disebuah tempat yang hanya diketahui oleh Jocelyn. Clary dan teman-temannya harus menemukan piala mortal terlebih dahulu untuk bisa membebaskan Jocelyn. Pencarian piala mortal membawanya pada pertarungan bersama vampir, pertemuan dengan seorang penyihir yang mengetahui masa lalu ibunya, peristiwa yang mengubah sahabatnya Simon menjadi tikus, perasaan mendalamnya yang perlahan-lahan muncul untuk Jace, percakapan Luke dengan para pemburu bayangan pengikut Valentine yang membuat Clary memandang Luke dengan perasaan berbeda, serta masa lalu ibunya yang muncul perlahan-lahan dan membuatnya semakin tidak mengenal ibunya sendiri. Lalu siapakah Luke sebenarnya? Apa hubungan Jocelyn dan Valentine? Mengapa iblis ingin membunuh Clary? Rahasia apa yang tersimpan didalam ingatan Clary? Bagaimana kelanjutan hubungan Clary dan Jace?

Owww...membaca kisah ini, seperti dapat paket komplit yang sungguh menyenangkan. Tanpa bekal pengetahuan apa-apa, Clary memulai pencarian jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini membuatnya mempertaruhkan banyak hal, termasuk persahabatannya dengan Simon. Namun, persahabatan itu menjadi salah satu hal yang paling saya sukai dari kisah ini. Diluar ketengangan kisah petualangan para pemburu bayangan itu sendiri, kisah cinta antara Jace dan Clary pun sanggat menggemaskan dan juga mencemaskan, seperti ungkapan salah satu penyihir kepada Jace :

kau akan jatuh cinta kepada orang yang salah [hal 149] 

Cassandra Clare sangat brilian dalam menjalin kisahnya. Petualangan demi petualangan yang dialami Clare, Jace dan teman-temannya terus mengungkap rahasia-rahasia yang sejak lama telah terkubur. Pengungkapan rahasia yang terus meletup-letup diiringi emosi para tokoh mampu menyeret emosi pembaca untuk terlibat didalam kisah ini. Cassandra Clare mendapatkan Ide cerita ini ketika temannya mengajaknya mengunjungi sebuah toko tatto. Ia melihat berbagai pola tatto dan mendapat ide untuk menciptakan sebuah masyarakat pemburu iblis yang memiliki pola-pola tatto rune sebagai tanda pengenal. Ia memadukan kisah tradisional (vampir, serigala, penyihir,dll) dengan sebuah imajinasi modernnya.

Menurut saya, penerbit Ufuk berhasil menyuguhkan hasil terjemahan yang sangat mudah dan ringan untuk dipahami. Walaupun ada beberapa typo dalam buku ini, namun apalah artinya sebuah kesalahan kecil ditengah semua luapan kepuasaan karena kisah yang sangat menarik ini. Saya sangat bisa menikmati buku ini. 


---------------------------------------------------------
Judul : City of Bones (The Mortal Instrumen #1)
Penulis : Cassandra Clare
Penerbit : Ufuk
Terbit : February 2010
Tebal : 664
ISBN : 978-602-8224-80-2 
---------------------------------------------------------

Friday, July 1, 2011

Review : Marked (House of Night #1)


Ternyata bukan penyihir saja yang punya sekolah khusus (masih ingat Harry Potter kan), vampir pun punya sekolah khusus. Perbedaannya, jika Hogwartz menampung anak-anak yang telah dilahirkan sebagai penyihir, House of Night menampung anak-anak yang baru saja ditandai oleh tracker untuk menjadi calon vampir.

Zoey Redbird berumur 16 tahun ketika ia merasakan keningnya meledak kesakitan dan garis biru gelap berbentuk bulan sabit muncul di tengah-tengah dahinya. Ia baru saja ditandai oleh sang tracker. Seketika itu hidup Zoey berubah. Semua orang di lingkungannya tahu ketika tanda seperti itu muncul di dahi seseorang, maka orang itu adalah calon vampir. Membayangkan vampir, tentu saja akan bersentuhan dengan aktivitas minum darah yang mengerikan. Gambaran tentang vampir itu sudah cukup membuat hidup Zoey lebih sengsara karena ia mulai dianggap sebagai orang aneh oleh sahabat dan keluarganya sendiri. Zoey merasa sedih dengan perubahan ini, namun di sisi lain, ia pun merasa senang karena bisa segera terlepas dari keluarganya yang sudah tidak akur lagi semenjak ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi. Sebelum menuju House of Night, Zoey memutuskan mengujungi neneknya, satu-satunya orang yang diyakininya akan menerimanya dalam kondisi apapun. Namun di tengah perjalanan untuk menemui sang nenek, Zoey jatuh dan dahinya terbentur dengan keras. Ia merasa seakan pingsan ketika jiwanya melayang-layang meninggalkan tubunya. Namun, ada sesuatu di sekitar tempat itu yang memanggil-manggil jiwanya. Zoey mengikuti suara yang memanggilnya dan membawanya bertemu dengan Dewi Nyx, seorang dewi yang selalu dipuja oleh para vampir dewasa. Sang Dewi bahkan dianggap sebagai sumber kekuatan dan kebijaksanaan bagi para vampir. 
Zoey Redbird si putri malam. Aku memberimu mataku dan telingaku di dunia saat ini, sebuah dunia tempat kebaikan dan kejahatan berperang untuk menemukan keseimbangan....percayalah pada dirimu sendiri dan kau akan menemukan jalan. Tapi ingat, kegelapan tidak selalu berarti kejahatan, sama halnya cahaya tidak selalu membawa kebaikan. [hal.52-53] 
Ketika sadar, Zoey telah berada di House of Night. Neneknya telah membawanya ketempat itu. Ia bertemu dengan seorang vampir dewasa, Neferet, yang kemudian menjadi mentornya. Neferet disebut sebagai pendeta tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lain. Sejak saat itu Zoey Redbird memulai kehidupan barunya di House of Night. Ketika memulai aktivitasnya di House of Night, ia sadar semua orang menganggapnya berbeda. Setelah kesadarannya pulih, ia baru tahu bahwa tanda bulan sabitnya telah terbentuk dengan utuh dan bukan lagi seperti goresan. Normalnya, para calon vampir hanya memiliki tanda itu dalam bentuk goresan. Tanda itu akan menjadi utuh ketika mereka mulai berubah menjadi vampir dewasa. Hal inilah yang membuat Zoey berbeda, ia masih calon vampir, namun ia memiliki bentuk bulan sabit yang lebih indah dari semua temannya.

Seperti tipikal cerita di sekolah, selain gadis si pemeran utama, pasti ada gadis lain yang menganggap dirinya paling hebat dan cantik. Di House of Night dialah Aphrodite. Aphrodite memang sangat cantik, ia memiliki kesempurnaan seorang dewi, namun tingkah laku perempuan jalang. Sebagai orang yang dianggap calon pendeta tinggi, Aphrodite merasa terancam dengan kehadiran Zoey. Ia mulai melakukan berbagai aksi untuk membuat Zoey ketakutan, termasuk mengundang Zoey menghadiri pertemuan putri-putri malam dan memaksanya minum darah, sesuatu yang sangat dihindari oleh Zoey. Namun, alih-alih muntah dan mual, Zoey justru sangat menyukai darah, ia bahkan menjadi tergila-gila setiap kali ada darah segar. Menyadari kelainannya, Zoey menjadi semakin bimbang dan takut, namun sekali lagi ia teringat pada kata-kata sang dewi untuk percaya pada diri sendiri, lagi pula cepat atau lambat ia memang harus menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan minum darah. Zoey tidak ingin menentang Aphrodite, ia hanya ingin memiliki sebuah tempat yang bisa dianggapnya rumah dan teman-teman yang menerimanya dengan tulus. Bertemu dengan teman sekamarnya, Stevie Rae, membawa Zoey pada persahabatan menyenangkan bersama Damien, Erin, dan Shaunne.  Bersama keempat orang temannya, Zoey merasa House of Night menjadi jauh lebih baik ketimbang rumahnya sendiri. Apalagi ketika ia bertemu dengan seorang pria tampan di sekolah, Erik Night, yang juga terlihat menyukai dirinya.

Istilah don’t judge a book by it’s cover benar-benar cocok untuk kisah saya dan buku ini. Awal membaca buku ini, saya agak malas-malasan karena tampilan depan cover yang sangat tidak saya sukai. Alhasil membaca bagian depan saja membutuhkan waktu yang cukup lama, namun setelah membaca seperempat bagian dari buku, saya menjadi excited dan sulit menunda membaca. House of Night adalah kisah fantasi tentang seorang gadis polos yang tiba-tiba mengalami perubahan luar biasa dalam hidupnya karena mendapat tanda untuk menjadi calon vampir. Lucunya, sekolah vampir berlangsung di malam hari dan matahari terbit adalah tanda untuk mereka naik ketempat tidur dan beristirahat. Bagian yang paling saya sukai adalah peristiwa demi peristiwa yang terjadi di sekolah itu dan perlahan-lahan mengungkap keistimewaan Zoey yang bahkan membuat Zoey sendiri terkaget-kaget. Membaca buku ini, membuat saya mengingat pola-pola cerita Harry Potter. Walaupun tidak seistimewa imajinasi J.K Rowling, namun penulis House of Night (P.C Cast dan Kristin Cast) menyuguhkan cerita fantasi yang sungguh membuat saya penasaran dengan kelanjutan kisah calon vampir ini. Meskipun ini adalah buku pertama dari enam buku serial House of Night, namun buku ini memiliki puncak cerita yang cukup menarik. Semoga saja, disetiap buku, penulis terus memberikan kejutan-kejutan yang sama menariknya. Dan untuk setiap orang yang mengharapkan bagian romantis dari buku ini, jangan khawatir, kisah Zoey dan Erik sepertinya akan menarik untuk disimak. O iya..satu hal lagi, penulis juga cukup memberikan detail tentang pelajaran Zoey untuk menjadi vampir, tetapi tentu saja tidak untuk di coba oleh para pembaca dong.

NB : semoga elex media secepatnya menerbitkan kelanjutan buku ini

-----------------------------------------
Judul : Marked (House of Night #1)
Penulis : P.C Cast + Kristin Cast
Penerbit : Elex Media
Terbit : Mei 2011 
Tebal : 416
------------------------------------------

Thursday, June 30, 2011

Review : Prophecy of the Sisters


Ada yang pernah mendengar mitologi tentang Samael? Samael sering muncul dalam mitologi dari daerah palestina kuno atau banyak mitologi lainnya dengan nama yang berbeda-beda. Samael disebut sebagai malaikat kematian. Dalam mitologi yang diceritakan turun temurun, konon Samael disebut sebagai malaikat yang baik sekaligus jahat. Nama Samael berarti “Poison of God”. Dalam kisah ini, Samael adalah malaikat yang dirayu oleh seorang perempuan bernama Maari (salah satu dari dua saudari). Samael berjanji kepada Maari : Jika Maari bisa melahirkan seorang malaikat maka kepadanya akan diberikan semua pengetahuan yang terlarang. Malaikat-malaikat yang terlahir itu menikahi wanita-wanita manusia dan akhirnya diusir dan dipaksa mengembara ke delapan dunia lain sampai waktu kiamat tiba. Malaikat-malaikat itu dan Samael menjadi roh yang tersesat. Konon, satu-satunya cara untuk kembali ke dunia fisik adalah melalui dua saudari. Dua saudari ini – kembar, berperan sebagai garda dan gerbang. Gerbang adalah saudari yang akan menjadi pintu untuk kembalinya para roh tersesat sementara garda sebagai pelindung harusnya mencegah hal itu dan menolong saudarinya. Konon, para roh tersesat juga harus menunggu panggilan dari sang malaikat pembawa kunci untuk bisa kembali ke dunia fisik melalui sang gerbang. Dan ketika para roh tersesat berhasil masuk ke dunia fisik lewat sang gerbang, maka murka Tuhan akan terjadi atau biasanya kita sebut kiamat.

Lia dan Alice Milthorpe adalah saudari kembar yang baru saja ditinggalkan oleh sang ayah. Tak lama berselang setelah kematian ayah mereka, berbagai perubahan mulai terjadi dalam hidup mereka. Sikap Alice semakin berubah, ia menjadi lebih dingin dan terkadang menakutkan. Sementara sebuah lingkaran hitam muncul di pergelangan tangan Lia. Lingkaran itu semakin lama semakin tampak jelas hingga membentuk seekor ular yang melingkar memakan ekornya sendiri. Jorgumand

Jorgumand
 
Melalui seorang pria yang dulunya bekerja dengan ayahnya dan yang juga disukainya, Lia menemukan sebuah buku tua tentang ramalam garda dan gerbang. Lia juga bertemu dengan dua orang yang juga memiliki tanda di pergelangan tangan yang mirip : Luisa, teman sekolahnya dan seorang cenayang bernama Sonia. Bersama Luisa dan Sonia mereka berusaha memahami arti ramalan itu dan menyimpulkan bahwa Lia adalah sang garda karena ia memiliki semua kebaikan untuk menjadi seorang pelindung. Lia memang memiliki karakter yang lembut dan peduli. Namun, suatu hari bibinya menceritakan kepadanya, bahwa dari dua orang saudari, sang kakaklah yang akan berperan sebagai gerbang. Betapa terkejutnya Lia karena mendapati dirinya mengemban tugas yang tidak diinginkannya, apalagi ia tahu bahwa Alice tidak ingin menjadi garda, namun lebih memilih membantu para roh tersesat kembali ke dunia fisik. Keterkejutannya bertambah ketika ia tahu bahwa dia juga adalah malaikat pembawa kunci. Nah...tugas sang gerbang dan malaikat pembawa kunci menyatu dalam diri Lia. Berbagai kecemasan dan hal-hal baru mulai dipertanyakannya. Bagaimana jika ia tidak bisa mengendalikan diri dan justru membuka pintu bagi Samael? Bagaimana jika Alice terus mendesaknya untuk memanggil Samael? Bagaimana ia harus menjalankan perannya? Apa yang harus ia lakukan agar dunia tetap aman dan murka Tuhan tidak terjadi?

Bersama dengan Luisa dan Sonia, Lia mengungkap arti ramalan itu perlahan-lahan. Bahkan seorang manusia yang dianggap jahat pun punya pilihan untuk tidak bersikap jahat. Itulah yang dilakukan oleh Lia dan dengan bantuan teman-temannya, ia berusaha menemukan cara untuk berbuat yang terbaik. Kisah imajinasi Michelle Zink ini mengalir dengan sangat cepat. Novel ini bernuansa agak gelap dan terkesan menakutkan. Ketika membaca, saya berusaha untuk menyesuaikan dengan suasana yang muncul dan berhubung saya tidak suka dengan cerita horor (walau novel ini bukan tentang cerita hantu) maka saya berusaha agar cepat menyelesaikannya. Seorang teman menyarankan untuk membaca kisah ini di siang hari, namun karena penasaran saya terus membaca sampai larut malam dan alhasil saya ketakutan di bagian-bagian tertentu. Namun saya tentu saja masih sangat penasaran dengan kelanjutan kisah ini.

Cover pilihan matahati ini tidak sesuram cover aslinya. Jika melihat isinya, saya justru lebih suka dengan cover asli karena cocok dengan isi ceritanya. Sepertinya hanya itu saja yang bisa saya bagikan mengenai buku ini. Yang pasti untuk para pecinta fiksi fantasi, ini adalah buku wajib baca karena anda akan benar-benar berfantasi. Bagian yang paling saya sukai adalah fantasi mengembara ke dunia roh. Sepertinya cukup menantang untuk dicoba andaikan bisa...hehehehe. 

-------------------------------------------------
Judul : Prophecy of the sisters
Penulis : Michelle Zink
Penerbit : Matahati
Terbit : Maret 2011
Tebal : 359 hal 
--------------------------- ----------------------

Monday, May 30, 2011

Review : I am number four


Berawal dari nonton film, saya jadi penasaran dengan beberapa adegan. Rasa tidak puas terhadap adegan filmnya membuat saya ingin membaca kisah fantasi ini dan....yay ada seseorang yang memberikan buntelan buku ini jadilah saya duduk dan mulai membaca kisah alien tampan (pemeran utama filmnya) ini.


The walk among us……..kata-kata ini membuat saya berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan seseorang berkekuatan super di dunia nyata. Ini adalah buku pertama dari serial Lorien Legacies yang ditulis oleh Pittacus Lore. Dalam kisah fantasi ini, sang penulis sendiri memposisikan diri sebagai salah satu tetua planet Lorien yang telah menetap lama di bumi dan banyak membantu manusia. Planet Lorien adalah sebuah planet mirip bumi yang berada dalam sistem tata surya yang berbeda dengan bumi. Adalah sebuah ras mogadorian penghuni planet lain, mereka datang ke Lorien dan menghancurkan planet itu. Ditengah peperangan mempertahankan planet Lorien, para tetua berhasil menyelamatkan sembilan penerus Lorien yang masih sangat muda bersama penjaganya masing-masing. Sembilan anak ini disebut garde, mereka adalah anak-anak yang memiliki pusaka atau kekuatan spesial, sedangkan cepan adalah sebutan untuk para penjaga yang akan mengarahkan dan membantu mereka mempelajari pusaka masing-masing. Kesembilan garde beserta cepannya masing-masing berhasil dilarikan ke bumi. Mereka berbaur dan hidup dengan manusia. Ketika mereka meninggalkan Lorien, seorang tetua memantrai mereka : selama mereka terpisah, para mogadorian tidak bisa menyakiti mereka secara acak. Para mogadorian harus memburu mereka sesuai urutan satu sampai sembilan, namun jika mereka bersama, mantra itu akan patah. 

Suatu hari, disaat sedang berpesta dengan teman-temannya, Daniel Jones mendapatkan luka bakar dikaki kananya. Itu adalah luka yang ketiga. Ia tahu bahwa garde nomor satu sampai tiga telah mati dan ia adalah nomor empat, itu berarti ia adalah target berikutnya. Bersama Henri, sang cepan, mereka meninggalkan Florida, mengubur identitas Daniel Jones dan berganti identitas baru. Mereka telah melakukan hal ini berulang-ulang, namun kali ini mereka harus lebih waspada karena inilah saatnya para mogadorian memburu mereka. Daniel Jones berganti menjadi John Smith, Ia dan Henri menemukan kehidupan baru di Ohio. Ohio adalah kota kecil, sehingga hal sepele saja bisa menjadi perhatian masyarakat dan John tidak boleh menimbulkan perhatian berlebihan untuknya. Kapan saja para mogadorian bisa menemukan mereka jika John melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ternyata usaha untuk jauh dari pusat perhatian sulit dilakukan, apalagi ketika John bertemu dengan seorang gadis yang disukainya. John merasa lebih hidup, Karena di Ohio ia menemukan seorang sahabat dan pujaan hatinya, namun ia juga tahu bahwa ia semakin membahayakan dirinya.  Eh…daripada saya keterusan spoiler, lebih baik anda membacanya sendiri ya. 


Saran saya : sebaiknya anda membaca buku ini sampai selesai sebelum menonton filmnya. Jangan mengikuti cara saya. Karena sudah menyaksikan film-nya, ketegangan di dalam buku tidak bisa saya nikmati seratus persen. Namun, jika anda sudah menonton dan belum membaca, eitss..jangan salah ya…ada beberapa adegan film yang sangat berbeda dengan kisah yang dituturkan Pittacus Lore dalam buku ini. Bahkan ada beberapa bagian, menurut saya, jika sutradara film mengikuti sesuai cerita asli, maka akan jauh lebih menegangkan. Banyak hal yang menjadi berbeda ketika dituangkan ke dalam skrip visualisasi. Saya sendiri lebih menyukai alur di buku ini. Ketika menonton film, saya tidak melihat proses John Smith belajar mengendalikan pusakanya atau bagaimana ia melihat citra mengenai planet asalnya. Dan saya menemukan itu di dalam buku ini. Biasanya saya suka mencatat typo yang saya temukan. Seingat saya ada beberapa kesalahan tata bahasa dan kosakata yang lolos dari perhatian editor atau pun proofreading, namun karena buru-buru ingin mengetahui kelanjutan kisahnya, saya jadi lupa mencatatnya. Buat mereka yang senang dengan fantasi, wajib membaca buku ini. Asalkan anda belum menonton film-nya, dijamin anda akan sangat tegang. Hohohoho. 

Buku ini ditulis oleh James Frey and Jobie Hughes dibawa nama samara Pittacus Lore. Selain menyajikan sebuah fantasi, beberapa bagian dalam buku ini, jika dicermati dengan baik, memperingatkan kita untuk menjaga alam sekitar. Mogadorian berasal dari planet yang telah rusak, mereka sendirilah yang merusak planet mereka dengan cara hidup yang tidak sehat. Planet Lorien juga sempat mengalami gejala kerusakan planet. Bangsa Lorien tidak membiarkan hal itu terjadi, mereka memulai cara hidup yang lebih sehat untuk mengembalikan kemurnian planet mereka dan mereka berhasil. Oke sampai disini…bacalah buku ini, selain menikmati action fantasinya, semoga para pembaca memahami hal-hal lain yang disampaikan oleh tetua Lorien ini.

---------------------------------
Judul      : I am number four
Penulis   : Pittacus Lore
Penerbit : Mizan Fantasi
Terbit     : Januari 2011
Tebal      : 500 hal
----------------------------------