Showing posts with label Book Review. Show all posts
Showing posts with label Book Review. Show all posts

Friday, May 4, 2018

[Review] The Daniel Dilemma by Chris Hodges


Title: The Daniel Dilemma
Author: Chris Hodges
Publisher: Thomas Nelson
Published: October 17th 2017
Page: 288p
ISBN: 9780718091538

Daniel adalah salah satu orang Yahudi yang ditangkap oleh Raja Nebuchadnezzar, ketika ia mengalahkan Yerusalem, dibawah pemerintahan Raja Yoyakim. Sebagai keturunan Raja Yahudi, Daniel dinilai cakap dan tidak bercela, sehingga Ia dibawa untuk menjadi tahanan yang melayani Raja. Melayani Raja menuntut full submission, mengorbankan nilai-nilai pribadinya, Ia diwajibkan untuk mengikuti budaya orang Babel pada saat itu, dan menyembah Raja seperti layaknya Dewa. Daniel menunjukkan kualitas pengetahuan dan karakter yang outstanding melebihi generasi dimasanya, sehingga Ia mendapat kedudukan dalam pemerintahan Raja, bahkan Ia melayani sampai beberapa penerus Raja Nebuchadnezzar. Namun perjalanan hidup di Babel tidak mudah. Banyak hal yang dititahkan oleh Raja bertentangan dengan prinsip hidup Daniel, sehingga Ia pun tidak segan-segan menolak titah Raja, atau tetap melakukan hal-hal yang dilarang oleh Raja. Hal ini membawanya menjalani salah satu hukuman paling terkenal, bahkan anak-anak sekolah minggu pun tahu betul kisah ketika Daniel dilemparkan ke dalam kandang singa lapar.

Monday, April 23, 2018

[Review] Laut Bercerita by Leila S. Chudori


Title: Laut Bercerita
Author: Leila S. Chudori
Publisher: Kepustakaan Populer Gramedia
Published: October 23rd 2017
Pages: 389p
ISBN: 9786024246945

“…itulah sebabnya kita dilahirkan sebagai orang Indonesia.
…bahwa kita harus selalu mencoba berbuat sesuatu, menyalakan sesuatu, sekecil apapun dalam kegelapan di negeri ini.” 

Laut memulai cerita dari akhir kisah, menggambarkan perasaannya dan semua pikiran yang muncul diakhir kisah itu. Bapak dan Ibunya, adik kesayangannya, sahabat-sahabatnya dan kekasihnya yang mungil – apakah mereka semua sedang bertanya tentang keberadaan dirinya, sementara ia mengapung dan perlahan tenggelam. Laut bercerita tentang kisah negeri ini, suatu masa yang kelam, Indonesia lama yang didominasi oleh penguasa keji yang membatasi kebebasan berpendapat dan menindas yang lemah. Dipermukaan, rezim itu tampaknya tenang, namun berapa banyak orang yang harus membayar ketenangan itu.

Adalah Laut, Biru Laut, nama lengkapnya. Ia seorang mahasiswa di Yogya yang sejak kecil melahap buku-buku sastra, menikmati diksi dan mempertanyakan pemikiran tokoh dan penulis. Ia seorang yang hemat dalam kata tapi tajam menuangkannya lewat tulisan. Walaupun berasal dari Solo, keluarga Laut tinggal di Ciputat, Jakarta. Tapi Laut memilih Yogya, karena katanya disana banyak anak muda Indonesia yang berkumpul di UGM dan mengutarakan ide-ide besar. Laut memang menyukai kata-kata besar, seperti revolusi dan anak bangsa. Memang begitulah adanya Yogya kala itu. Laut bertemu dengan Alex-pria asal Flores yang gemar fotografi dan memotret objeknya dengan mata penuh rasa, Daniel-pria klimis asal Manado yang rewel tapi disukai banyak wanita yang belum mengenalnya, Kinan-perempuan yang pendapatnya didengarkan oleh mereka semua, Gala-disebut sebagai sang penyair karena kepiawainnya dalam menyusun kata-kata indah, Bram-kutu buku yang sejak awal sudah dianggap sebagai pemimpin besar oleh mereka yang berkawan, dan Anjani-pelukis mungil yang menarik hati Laut. Mereka inilah yang dituturkan kisahnya oleh Laut, dimulai dari sebuah rumah hantu Seyegan.

Saturday, December 30, 2017

[Review] The Christmas Shoes

Title: The Christmas Shoes
Author: Donna VanLiere
Publisher: ST. Martin’s Press
Published: November 9th 2001
Page: 132p
ISBN: 0-312-28951-0

“If we’re open to it, God can use even the smallest thing to change our lives…to change us.  It might be a laughing child, car brakes that need fixing, a sale on pot roast, a cloudless sky, a trip to the woods to cut down a Christmas tree, a schoolteacher, a Dunhill Billiard pipe….or even a pair of shoes.
Some people will never believe. They may feel that such things are too trivial, too simple, or too insignificant to forever change a life.
But I believe. And I always will”

I was asking about Christmas Reading on late November and a friend mentioned about this book. I bought it online and hoped for it to come before Christmas, but it was late. I got it on December 29th, the Christmas had passed. But I read it anyway; it took only couple of hour to finish it. I can tell that I could reread this book every Christmas, because it leads me back to the quintessence of Christmas. It was so simple, yet powerful enough to help me recall the meaning of Christmas and to cherish every person that God gives in my life.

It was about a successful lawyer, Robert Layton, and an eight year old kid, Nathan. Robert had pretty much provides everything his family needs: luxury car, big fancy house, and stuff for his wife and toys for his children. But none of it makes them happier. His life was about work, career and achievement. He was about to lose his wife when he met Nathan on Christmas Eve.

Friday, October 27, 2017

[Review] Origin by Dan Brown

Title: Origin
Author: Dan Brown
Publisher: Doubleday Books
Published: October 3rd, 2017
Page: 461 pages
ISBN: 9780385514231

Hello Robert Langdon, we meet again, nice to see your Mickey Mouse watch again J

Memenuhi undangan salah satu murid terbaik, sekaligus sahabatnya - Edmond Kirsch - Robert Langdong hadir di Museum Guggenheim, Bilbao Spanyol, bersama beberapa undangan lainnya. Dan Brown dengan gaya khasnya menuntun pembaca mengenali salah satu museum dengan bentuk yang sangat menarik itu, mulai dari cara berbagai karya seni ditampilkan, sampai tour guide yang berupa Artificial Intelligent, bernama Winston. Winston berespon layaknya manusia yang menggunakan headset dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Langdon dengan sangat humanis. Winston pun bisa melakukan pekerjaan sehari-hari seperti membayar listrik, pemesanan tiket pesawat, akomodasi untuk Langdon, dan apa saja yang diperintahkan oleh tuannya, Edmond Kirsch. Inilah pertemuan pertama Langdon dan Winston yang nantinya akan mengambil peran sangat besar dalam petualangan Langdon. Tujuan pertemuan hari itu untuk mendengarkan hasil penelitian Kirsch yang akan menjawab dua pertanyaan besar manusia,

where do we come from?
where are we going?

Edmond Kirsch adalah seorang futurist dan computer geek yang terkenal dengan temuan-temuan kontroversial, konon memprediksi beberapa hal yang seiring berjalannya waktu terbukti kebenarannya. Membaca gambaran tentang Kirsch, memunculkan nama-nama besar seperti Elon Musk, Steve Jobs dan Jeff Bezos yang ditambah dengan bumbu karakter eksentrik, kecintaan pada seni, dan rasa penasaran berlebih tentang keberadaan Tuhan. Tipikal scientist yang ingin membuktikan Darwin lebih benar dari pada segala hal yang tertulis dalam kitab suci. Selain berbicara langsung pada tamu yang hadir di Guggenheim, Kirsch pun menyiarkan temuannya ke seluruh dunia melalui live streaming yang tentu saja dibantu oleh Winston. Kirsch ingin memaksimalkan efek dari setiap kata-katanya, yang disebutnya mampu menggoyahkan landasan kepercayaan agama apapun. Namun belum juga sampai pada inti jawaban yang ditunggu-tunggu, Kirsch ditembak oleh Admiral Avila, yang namanya didaftarkan paling akhir oleh Ambra Vidal, direktur Museum Guggenheim, penyelenggara acara, sekaligus tunangan dari Pangeran Spanyol, Julian.

Tuesday, April 4, 2017

First Book Review of 2017 : We Should All Be Feminist by Chimamanda Ngozi Adichie

Title: We Should All Be Feminist
Author: Chimamanda Ngozi Adichie
Publisher: Vintage (Kindle Edition)
Published: July 29th 2014
Page: 49p
ISBN: 9781101911761

It is difficult to find a suitable man for you, because you’re too smart” a collogue of mine who happened to be a man said that. Then another day I read an article that critized a fact about being a smart women is a threat to a men. Though I am upset everytime I read or heard anything like that, I never called myself a feminist. Feminist or Feminism is common word for me, but only because it is widely used by some famous people. So was I truly understand the meaning of being a feminist? I was not or at least not until I read this essay. I have few of Adichie’s books on my shelf, but haven’t read it yet, so this was my first encounter with her because I’ve got very cheap ebook on amazon. It was very short and actually was a documented version of 30 minutes TEDx Talk that Adichie delivered two years earlier.

Thursday, November 17, 2016

[Review] Station Eleven by Emily ST. John Mandel

Title: Station Eleven
Author: Emily ST. John Mandel
Publisher: Vintage
Published: June 2nd 2015
Page: 333p
ISBN: 0804172447 
Bought from Bali Books

First we only want to be seen, but once we’re seen, that’s not enough anymore. After that, we want to be remembered.


Coba lihat sekeliling, lihat orang-orang yang berjalan sambil terpaku pada telepon genggam mereka, lihat warna lampu jalan yang menerangi gelapnya malam, lihat secangkir kopi yang membangkitkan gairah dipagi hari dan sedikit mengusir rasa kantuk dikala siang, lihat kota-kota yang memuntahkan cahaya disaat adzan maghrib mulai berkumandang. Lihat semuanya itu dan bayangkan suatu saat, semua itu tidak ada lagi, hening melayang-layang diudara, lalu tinggalah manusia dan alam ini. Mungkin itu bisa menggambarkan sedikit rasa buku ini, buku yang lambat-lambat saya baca, sedikit suram tapi tetap menjaga tempo pembaca stabil dan terus maju karena penasaran dengan nasib setiap tokoh diakhir cerita.

Tuesday, October 4, 2016

[Review] The Storied Life of A.J.Fikry by Gabrielle Zevin

Title: The Storied Life of A.J. Fikry
Author: Gabrielle Zevin
Publisher: Abacus (Kindle Edition)
Published: December 2nd, 2014
Page: 319p

I was losing my reading mood last week when I asked my friend to suggest a book that could bring back my reading lust, and that’s how I met this book. At first, Gevin talked about Amelia Lohan, a woman who works as a new book representative from Knightley Press and was traveling to Alice Island to meet the owner of Island Book, AJ Fikry. I could say that it took only few pages to get me liked this book, the following quote says it all and because it talked about book people.

“Every word the right one and exactly where it should be. That's basically the highest compliment I can give.”

AJ who lived alone since his wife died has no talent of starting good relationship with people around him. So he was mean to Amelia when they met for the first time. He is not a people person and his bitterness makes everything worse. The only friends he has were Lambiase and Ismay. Alice Island is a small neighborhood, so when something unusual happened in the bookstore, the whole town will know, and it happened like that when AJ found a baby left in his bookstore, two years old baby girl who suddenly changed AJ’s life.

Friday, July 22, 2016

[Review] Narnia : Prince Caspian by C.S.Lewis

Title: Prince Caspian (The Chronicle of Narnia, #4)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 239p
ISBN13: 9780007323111

Narnia memang tidak setebal harry potter series, jadi tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan setiap buku yang panjangnya kurang dari 200 halaman. Selain karena halaman buku yang tipis, plot yang dibangun Lewis pun tidak lambat seperti buku klasik kebanyakan, mungkin karena tema yang diusung adalah fantasi untuk anak-anak, sehingga mudah untuk dinikmati. Saat membaca The Horse and His Boy, saya cukup terkejut menemukan ada manusia lain, selain keempat tokoh utama yang masuk ke dunia Narnia dan tinggal beberapa kota disekitarnya, namun jawaban atas pernyataan bingung itu pun terjawab setelah selesai membaca buku ini, thanks to Aslan.

Setelah masa Golden Age, Narnia diserang oleh bangsa Telmarine dan ratusan tahun lamanya Narnians hidup menderita dan bersembunyi. Cerita tentang Aslan, talking animal, pohon yang bisa berdansa, Faun, Centaurus serta Raja dan Ratu mulai berubah menjadi mitos, bahkan penguasa Telmarine melarang mitos itu diceritakan kepada anak-anak. Hutan menjadi tempat menakutkan, Cair Paravel yang dulunya indah hanya tinggal kenangan reruntuhan diatas bukit. Inilah keadaan dimana Prince Caspian ke-10 hidup di kastil Telmarine. Caspian sangat tertarik dengan Narnia di masa lalu, ia bahkan ingin hidup di masa itu dan bertemu dengan Raja dan Ratu, ia senang mendengarkan semua cerita indah tentang Narnia, namun pamannya tidak sepaham dengannya. Caspian adalah anak dari raja terakhir yang hidup dibawah perlindungan pamannya Miraz yang berlaku sebagai Lord Protector dan terus mengincar posisi Raja. Prince Caspian tetap hidup karena Miraz tidak punya keturunan, namun suatu malam keadaan berubah ketika istrinya melahirkan Putra untuknya, Miraz punya penerus dan Prince Caspian menjadi ancaman baginya. Dengan bantuan Professor-nya Prince Caspian melarikan diri ke dalam hutan, satu-satunya tempat yang ia percaya tidak berani dimasuki oleh tentara pamannya karena pohon-pohon yang terkenal kejam dengan binatang buas dan hal lainnya. Namun tak disangkanya, Ia justru bertemu dengan mahluk-mahluk yang selama ini hanya dikenalnya lewat cerita mitos. Mereka adalah Narnians yang masih bertahan hidup dalam persembunyian.  

[Review] Anak Semua Bangsa by Pramoedya Ananta Toer

Title: Anak Semua Bangsa (Tetralogi Buru #2)
Author: Pramoedya Ananta Toer
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: 2006
Pages: 539p
ISBN13: 9789799731241
Rating: 3.5 of 5 stars

“Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga – abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga – abadi. Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukkan dan menggenggamnya dalam tangan – jarak dan ufuk abadi itu”

Setelah membaca Bumi Manusia, sulit untuk tidak melanjutkan ke buku ini, alasannya tidak lain karena Pramoedya memberikan dasar berpijak yang jelas dan menarik di Bumi Manusia yang dibungkus kisah cinta Minke dan Annelies serta keluarga Mellema dan Nyai Ontosoroh. Saya penasaran dengan nasib Minke dan Annelies yang harus berpisah diakhir cerita, namun kisah mereka ternyata hanya menghiasi dua bab pertama buku ini, sekaligus menandai terbentuknya dendam dihati Minke dan Nyai Ontosoroh yang adalah titik balik Minke mulai melihat Eropa tidak lain sebagai sosok penjajah yang mampu merampas apapun yang mereka inginkan, sama sekali berbeda dengan ajaran dan citra sebuah bangsa terpelajar yang didapatkannya.  Kalau pembaca mengikuti Bumi Manusia, pasti akan memahami betapa Minke tampak berdiri dibarisan orang Eropa, berpakaian seperti orang Eropa, berbicara dan menulis seperti orang Eropa, dia mengagungkan pemikiran terbuka dan kebijaksanaan itu diatas adat istiadat suku bangsanya sendiri. Sejak dendam itu muncul, Minke mulai mengenal sisi gelap Eropa yang semula tak mampu ia lihat dengan jelas.

Thursday, July 21, 2016

[Review] Narnia : The Horse and His Boy by C.S.Lewis

Title: The Horse and His Boy (The Chronicle of Narnia, #3)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 239p
ISBN13: 9780007323081

The first and second book of the series told about Narnia from the very beginning of the land to the reign of White Witch and fulfillment of the prophecy where two sons of Adam and two daughters of Eve came to Narnia and released the land from the power of the witch. As a reader, I have been told that Peter, Susan, Edmund and Lucy came to Narnia through an old wardrobe, and I thought there was only Narnia at the other side of the wardrobe, but when I opened the third book, I looked at a map and learned that Narnia wasn’t the only land in the story, there were another places called the Archenland, Mt. Pire, the Calormene and Tashbaan along with the desert and the mountain.

Thou the characters from the previous books also appeared in this story, the main character were two children and two talking horses. The story began when a boy named Shasta who live in the Calormene as a son of fisherman discovered that his father whom he believe not his biological father was about to sell him to a nobleman who came to their house. Then suddenly, when he stood alone outside the house, the nobleman’s horse, Bree, talked to him about running away north into Narnia. The beginning of the journey was pretty easy for them and they even met companion along the way, Aravis, a girl who also escape from her father with another talking horse, Hwim. Together they got into the capital city of Calormene, Tashbaan, where something happened to each of them which brought great danger not only to themselves but also to Archenland and Narnia.

Monday, July 18, 2016

[Review] Narnia : The Lion, The Witch and the Wardrobe by C.S.Lewis

Title: The Lion, the Witch and the Wardrobe (The Chronicle of Narnia, #2)
Author: C.S. Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: September 1st, 2009
Pages: 202p
ISBN13: 9780007323128

In summer, Peter, Susan, Edmund and Lucy, four brothers and sisters went to visit an old house belongs to a Professor, a big house with so many rooms that look creepy and mysterious. When they played hide and seek, Lucy, the youngest one, went upstairs into an empty room but a big and ages wardrobe. To hide herself, she stepped into the wardrobe and happy to touch the fur of hanging coats, she took more steps further till she felt something different, a soft and powdery and extremely cold, snow under her feet and snowflakes falling through the air. Lucy just entered Narnia and accidentally, she met a faun named Mr. Tumnus who offered her tea and cookies. Hours passed by and time for Lucy to get back, but when she was out of the wardrobe nobody know she was gone, it was like there was no time difference between the times she was gone and be back again. But when she told them about Narnia, nobody believes her. Not until one day, when they felt someone was chasing them that they were forced to hide in the same wardrobe and suddenly arrived in Narnia. Narnia was covered with endless winter. Many years had passed since the last human went to Narnia and as Aslan said at dawn of time in Narnia that the evil already in it. It was only about time that she became more powerful and did something evil on the land where animals can talk to each other. If Digory and Polly (see The Magician’s Nephew review) arrived in Narnia using magic ring, Peter, Susan, Edmund and Lucy just found another way to the land of youth. The prophecy said that when Adam’s flesh and Adam’s bone sits at Cair Paravel in throne, the evil time will be over and done. It has long been foretold that two sons of Adam and two daughters of Eve will defeat the White Witch and restore peace to Narnia. 

Friday, July 15, 2016

[Review] Narnia : The Magician's Nephew by C.S.Lewis

Title: The Magician’s Nephew (The Chronicles of Narnia, #1)
Author: C.S Lewis
Publisher: Harper Collins
Published: October 1st, 2009
Page: 220p
ISBN13: 9780007323135
(Bought in a box set at Big Bad Wolf 280k IDR)

Writing review for classic book is kind of hard for me, especially children book loved by almost everyone since the first publication. The Magician’s Nephew first published in 1955 and has become one of beloved books for children. So why would I write a review after 61 years later? Then I realize I want to share my feeling and thought which hopefully will testify the relevancy of the story these days when a game named Pokémon Go just became famous.

Digory is the nephew mentioned by the title and Uncle Andrew is the magician. Digory met Polly, the girl next door, when he came to live with his Aunt Letty and Uncle Andrew while his mother was in a very sick condition. One day, among the game he and Polly was doing, they fell into a room turned out belongs to Uncle Andrew, a forbidden room for everyone. Uncle Andrew tricked them with some magic ring to go to another world. There are two rings, golden ring will send them to the other world, but green ring will bring them home. The journey soon begun, brought them to a world named Charn where Empress Jadis rule as an evil queen. When they left Charn, Jadis followed them and soon she arrived in London which brought great suffer for several people including Uncle Andrew. Digory and Polly knew, they must send the wicked witch back to her world, so they put the golden ring on, but instead of arriving in Charn, they entered into a world with no light. Only darkness surrounds the world, they barely saw each other face. Then a beautiful song started, and then light appeared, like it was summoned by the melody. As the sun rose, they could see that the world was empty, only rocks and water, and the singer himself were pacing to and fro. It was a Lion. It was like everything in the book of Genesis. I think Lewis was portrayed the story of creation.

Sunday, May 15, 2016

[Review] Bumi Manusia "Sebuah Jendela ke Masa Lalu" by Pramoedya Ananta Toer

Title: Bumi Manusia (The Earth of Mankind)
Author: Pramoedya Ananta Toer
Publisher: Lentera Dipantara
Published: 2005 (first published 1975)
Pages: 535p
ISBN: 9789799731234
Borrowed from HelvrySinaga



Namanya minke (baca: Mingke), tokoh yang digunakan oleh Pram untuk menggambarkan Indonesia di akhir 1800 hingga awal 1900 yang oleh sejarah kita tercatat sebagai masa awal Kebangkitan National. Diceritakan dengan latar Surabaya dan Wonokromo serta beberapa kota lain di Provinsi yang kita kenal sekarang dengan nama Jawa Timur. Zaman yang digambarkan Pram dalam buku ini, mungkin sekilas pernah kita pelajari lewat pelajaran sejarah di sekolah, namun karena metode yang saya temukan hanyalah, mencatat buku sampai habis, maka hanya sedikit ingatan yang tersisa dari halaman-halaman buku yang entah dimana sekarang. Kisah Minke bermula di tahun 1898, saat itu dia adalah siswa H.B.S, sebuah sekolah Belanda. Ia mengaku pribumi, namun semua orang tahu, untuk masuk ke H.B.S, kalau bukan totok (orang Eropa asli) atau Indo (campuran), pastilah si pribumi dijamin oleh sebuah kedudukan yang cukup tinggi. Minke tak pernah mengakui jaminan itu, Ia memperkenalkan dirinya sebagai Minke, tanpa nama keluarga, seorang pribumi.

Jauh sebelum Eropa beradab, bangsa Yahudi dan Cina telah menggunakan nama marga. Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang menyebabkan Eropa tahu pentingnya nama keluarga…Kalau pribumi tak punya nama keluarga, memang karena mereka tidak atau belum membutuhkan, dan itu tidak berarti hina. Kalau Nederland tak punya Prambanan dan Borobudur, jelas pada jamannya Jawa lebih maju daripada Nederland (saya lupa catat hal-nya, bukunya sudah dikembalikan :D)


Sebagai seorang pribumi, Minke membaca dan menulis dalam bahasa Belanda sebanding bahkan lebih baik dari mereka yang berdarah totok. Lalu suatu ketika, atas ajakan teman sekelasnya, Minke berkunjung ke sebuah rumah mewah, jenis rumah yang tak pernah dimasukinya dan yang ia yakini adalah milik orang Belanda. Kunjungannya itu mengenalkannya pada  Annelies, seorang gadis yang digambarkan Pram menandingi kecantikan bidadari yang turun dari kayangan. Minke pun jatuh cinta. Seakan nasib berpihak padanya, Ibu gadis itu, yang dikenal dengan nama Nyai Ontosoroh seperti mendukung keberadaannya di rumah itu, mendorong Annelies untuk menemani Minke mengelilingi rumah mereka yang berujung pada semakin terperosoknya Minke dalam kekaguman akan kecantikan Annelies.

Saturday, May 7, 2016

[Review] Murder on the Orient Express by Agatha Christie

Title: Murder on the Orient Express
Author: Agatha Christie
Publisher: Harper Collins (Agatha Christie Signature Edition)
Published: June 4th, 2007
Page: 347p
ISBN: 9780007119318
Bought at Kinokuniya Plaza Senayan 133K

Berada dalam Orient Express, Hercule Poirot sedang menuju London ketika kereta yang ditumpanginya itu berhenti ditengah malam karena tumpukan salju direl kereta. Keesokan harinya, sebuah mayat ditemukan dalam kompartemen terkunci dengan dua belas luka tusuk. Korban adalah Simon Rachett, seorang milyuner yang sehari sebelumnya sempat menghampiri Poirot dan meminta bantuan karena mengaku dirinya sedang dalam bahaya, namun Poirot menolak bekerja padanya. Atas permintaan temannya, M. Bouc, Direktur dari perusahaan yang mengatur Orient Express, yang kebetulan sedang berada di kereta yang sama, Poirot pun harus memulai penyelidikan dan mencari pembunuh Rachett diantara para penumpang. Ada 14 orang penumpang (termasuk Rachett dan Poirot) dan seorang kondektur di dalam gerbong yang sama dengan Poirot dan Rachett.

Friday, May 6, 2016

[Review] From Mixed-Up Files of Mrs. Basil E. Frankweiler

Title: From the Mixed-Up File of Mrs. Basil E. Frankweiler
Author: E.L. Konigsburg
Publisher: Atheneum Books for Young Readers
Published: September 25th 2007 (first published 1967)
Pages: 176p
ISBN: 9781416949756
Newbery Medal Winner 1968
Gift from A.S Dewi


Marah pada orang tuanya, Claudia pun merencanakan kabur dari rumah. Rencana kaburnya disusun dengan matang untuk menjamin ia tidak perlu mengalami kesulitan apalagi ketidaknyamanan. Ia pun memilih Jamie, adiknya, untuk menemaninya karena Jamie bisa menyimpan rahasia, serta punya cukup tabungan yang akan mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Claudia adalah pembuat rencana yang hebat namun sulit mengatur pengeluarannya, sedangkan Jamie mahir dalam mengelola keuangannya. Kombinasi yang pas. Melarikan diri dari rumah di Greenwich, Claudia memilih tempat yang akan nyaman ditinggali, besar dan cantik, Metropolitan Museum of Art, New York.

Setelah berhasil masuk selayaknya pengunjung lainnya ke dalam Museum, Claudia dan Jamie mendapati sebuah patung berbentuk Malaikat yang baru saja dibeli oleh pihak Museum dan diklaim buatan Michelangelo. Sayangnya belum ada bukti kuat yang meyakinkan bahwa patung ini benar hasil karya Michelangelo, sebuah tantangan yang disambut manis oleh Claudia yang rasa ingin tahunya membuat Ia dan Jamie harus melakukan penelitian tentang Michelangelo dan bahkan mengunjungi Mrs. Basil E. Frankweiler, pemilik patung itu sebelum berpindah tangan ke Museum. Claudia yakin kalau ia berhasil mengetahui rahasia baru ini, ia akan pulang ke Greenwich sebagai Claudia yang berbeda, sesuatu yang bisa terus dibawanya bertahun-tahun akan datang. Jamie tidak peduli pada Michelangelo meskipun ia mengakui patung yang dilihatnya sangat cantik, tetapi sebaliknya bagi Claudia, penemuan ini bisa berarti menemukan sesuatu di dalam dirinya sendiri, sesuatu yang tidak pernah dimengerti oleh Jamie yang hanya bisa mengangguk-angguk saat mendengar kakaknya menjelaskan.

Thursday, October 15, 2015

[Review] The Murder of Roger Ackroyd by Agatha Christie

Title: The Murder of Roger Ackroyd
Author: Agatha Christie
Publisher: HarperCollins
Published: April 2nd 2002
Page: 368p
ISBN: 9780007141340

Cerita dengan tema pembunuhan acap kali saya hindari, sampai saya hampir tidak punya buku dengan tema pembunuhan di rak buku rumah. Tetapi ketika saya menemukan sebuah rak yang berisi buku-buku Agatha Christie dengan cover baru terbitan Harper di Kinokuniya Bangkok, sulit untuk menghindar dari rak cantik itu, kelihatannya akan sangat bagus kalau buku-buku ini pindah ke rak buku sendiri. Saya belum pernah membaca buku Agatha Christie, kalau pun pernah mungkin sudah sangat lama sampai saya tidak ingat lagi judulnya, tetapi dengan bantuan rekomendasi dari seorang teman, saya pun membawa The Murder of Roger Ackroyd dan And There Were None pulang ke Indonesia menjadi koleksi Agatha Christie yang pertama. Baru belakangan pun saya tahu kalau dua buku ini juga masuk dalam Top 10 Agatha Christie Novel versi The Guardian, what a great start I thought to start collecting them, thanks to kak Astrid for recommending it.

Thursday, September 17, 2015

[Review] Under the Egg by Laura Marx Fitzgerald

Title: Under the Egg
Author: Laura Marx Fitzgerald
Publisher: Puffin Books
Published: May, 26th, 2015
Pages: 256p
ISBN:  9780142427651

“Only two people know about the masterpiece hidden in the Tenpenny home - and one of them is dead. The other is Theodora Tenpenny. 

When Theo spills a bottle of rubbing alcohol on her late grandfather's painting, she discovers what looks like a priceless masterpiece underneath. That's great news for Theo, who's struggling to hang on to her family's two-hundred-year-old townhouse and support her unstable mother on her grandfather's legacy of $463. There's just one problem: Theo's grandfather was a security guard at the Metropolitan Museum of Art, and if the painting is as valuable as she thinks it is, then her grandfather wasn't who she thought he was”

It wasn’t ordinary for me to step into a bookstore and bought a  book I barely heard before. First, I used to look on Goodreads or read my friend’s review to make a decision for buying a book. Because in my opinion, it is not wise to spend this very short time of life to read something not good enough, of course the standard will be diverse for different person. So, based on that principal, this book was quite surprised me because I love it from the very first time I saw it although I never heard of it. The cover mentioned about puzzling, mystery, art and hidden masterpiece gave a glimpse of hope for a good story inside it and I can tell that it’s not disappointing.

Friday, July 31, 2015

Al Capone does My Shirt by Gennifer Choldenko

Title: Al Capone Does my Shirt
Author: Gennifer Choldenko
Publisher: Printed Edition by Puffin Books
Published: April 2006
Page: 288p
ISBN: 9780142403709
I read kindle ebook edition, bought from Amazon $7.70

Lagi-lagi saya membaca buku anak/remaja atas usulan list buku yang ada di Escape from Mr. Lemoncello’s Library, yang ternyata pas dengan tema posting bersama BBI di bulan juli tentang kenakalan anak. Membaca buku anak itu menyenangkan, karena sekali duduk bisa selesai, temponya cepat dan cenderung ringan untuk dinikmati. Kebetulan seorang teman bookish yang juga lagi baca buku ini ngasih sedikit sinopsis tentang isi buku dan bingo saya pun tertarik mencari tahu tentang kisah Moose yang tiba-tiba harus hidup di Alcatraz. Melihat judulnya yang membawa-bawa nama salah satu American gangster, Alphones Gabriel Capone a.k.a Al Capone, saya pikir buku ini tentang thriller remaja, tetapi justru saya menemukan historical fiction ringan yang dibalut kisah keluarga.

Tuesday, July 14, 2015

[Review] Number the Stars by Lois Lowry

Title: Number the Stars
Author: Lois Lowry
Publisher: HMH Books for Young Readers
Published: May, 2nd, 2011
Page: 156p
ISBN: 9780547577098
1990 Newbery Medal Winner

Membaca beberapa buku tentang pendudukan Nazi di negara-negara Eropa membuat gambaran tentang penderitaan masyarakat Yahudi menjadi sangat jelas dikepala saya. Banyak penulis dengan gamblang mendeskripsikan betapa sadisnya perlakuan tentara jerman terhadap orang-orang Yahudi, Komunis, warga Polandia, tawanan perang soviet, homoseksual, dan musuh politik dan keagamaan lainnya. Setiap buku itu menggambarkan kesedihan mereka, kematian begitu banyak orang, kehilangan orang-orang terdekat mereka, dan terlalu banyak penderitaan yang ditanggungkan pada seseorang di masa itu. Bahkan buku seperti Anne Frank pun mendeskripsikan ketakutan mereka yang terus berkembang setiap hari seiring dengan semakin gencarnya Nazi mencari orang-orang Yahudi untuk dibawa ke kamp konsentrasi. Kali ini, saya membaca kisah dari masa yang sama, tema yang sama, tetapi diceritakan melalui kacamata Annemarie yang masih berusia 10 tahun yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Denmark. Lowry mengatakan cerita ini adalah fiktif, tetapi dibagian akhir dia pun menjelaskan keberadaan kisah nyata dibalik kisah ini, bagaimana dia berjalan-jalan di jalanan Denmark dan mendengarkan begitu banyak kisah tentang keberanian orang Denmark yang membantu ribuan orang Yahudi keluar dari Denmark menuju Sweden.

Tuesday, July 7, 2015

[Review] Charlie and the Chocolate Factory by Roald Dahl

Title: Charlie and the Chocolate Factory
Author: Roald Dahl
Publisher: Gramedia
Published: April 2008
Page: 200p
ISBN: 9789796868896
Hadiah dari Kakak Ferina

Buku ini sudah lama ada ditimbunan to-read yang tak pernah mendapat giliran untuk dibaca, bukan karena tidak suka, tetapi karena kebiasaan mengabaikan buku-buku yang dikenal pertama kali lewat film. Tapi thanks to Chris Grabenstein, yang lewat bukunya Escape from Mr. Lemoncello’s Library, membuatku melirik buku ini ditimbunan. Buku ini menjadi salah satu buku yang disebutkan dalam cerita Mr. Lemoncello dengan perpustakaan ajaibnya, karena Mr. Lemoncello sendiri mirip dengan sosok Willy Wonka dalam cerita ini. Roald Dahl termasuk salah satu penulis yang karya-karyanya belum lama kukenal, sebagian besar buku Roald Dahl yang ada dikoleksiku pun adalah pemberian teman-teman BBI, seperti Kak Ferina yang memberikan buku ini.