Title: Al Capone Does my Shirt
Author: Gennifer Choldenko
Publisher: Printed Edition by Puffin
Books
Published: April 2006
Page: 288p
ISBN: 9780142403709
I read kindle ebook edition, bought
from Amazon $7.70
Lagi-lagi
saya membaca buku anak/remaja atas usulan list buku yang ada di Escape from Mr. Lemoncello’s Library,
yang ternyata pas dengan tema posting bersama BBI di bulan juli tentang
kenakalan anak. Membaca buku anak itu menyenangkan, karena sekali duduk bisa
selesai, temponya cepat dan cenderung ringan untuk dinikmati. Kebetulan seorang
teman bookish yang juga lagi baca buku ini ngasih sedikit sinopsis tentang isi
buku dan bingo saya pun tertarik mencari tahu tentang kisah Moose yang
tiba-tiba harus hidup di Alcatraz. Melihat judulnya yang membawa-bawa nama
salah satu American gangster, Alphones Gabriel Capone a.k.a Al Capone, saya
pikir buku ini tentang thriller remaja, tetapi justru saya menemukan historical fiction ringan yang dibalut kisah
keluarga.
Moose
yang berusia 12 tahun tiba-tiba harus pindah ke pulau Alcatraz karena ayahnya
mendapat pekerjaan sebagai penjaga penjara di tempat yang terkenal dengan
sebutan the rock itu. Buat Moose,
pindah ke Alcatraz sangat membosankan karena ia harus meninggalkan semua
teman-temannya di San Fransisco dan hanya punya Natalie, kakaknya yang mengidap
sindrom autis, ayahnya sangat sibuk, dan ibunya mencurahkan seluruh energinya
kepada Natalie. Ia pun tak ingin Natalie mengikutinya sepanjang hari, tapi
ibunya memaksakan hal itu atas saran dokter yang menangani Natalie dengan
harapan bersama Moose, Natalie bisa berkomunikasi dengan lebih baik. Bersama
Natalie, Moose pun mulai dapat teman dan juga musuh, tetapi semuanya terasa
lebih sulit karena Natalie terus bersama dengannya. Tetapi Moose mulai
menyesuaikan, Ia bahkan mulai terlibat rencana-rencana nakal mereka dengan
menjual nama Al Capone yang tersohor itu kepada teman-teman di sekolahnya.
Keinginan untuk melihat narapidana seperti Al Capone pun tak terhindarkan dari
Moose, tetapi bertemu dengan narapidana adalah salah satu larangan bagi
anak-anak di pulau itu. Tetapi suatu saat, demi menolong Natalie, Moose pun
harus berusaha secerdik mungkin untuk bisa berkomunikasi dengan Al Capone.
Saya
tidak pernah tahu ada kehidupan seperti ini di Alcatraz, saya bahkan tidak tau
ada orang yang hidup di pulau itu selain para narapidana dan penjaga penjara
tentunya. Tetapi membayangkan anak-anak berkeliaran bermain di halaman pulau
yang dikelilingi benteng penjara tidak pernah terbayangkan dibenak saya, apalagi mengetahui bahwa di pulau itu ada kantor pos, grocery store, tempat main bowling, apartment, sampai laundry yang dikerjakan oleh narapidana. Tetapi
buku ini bukan hanya tentang cuplikan kisah orang-orang yang pernah hidup di
Alcatraz, tetapi juga tentang sebuah keluarga yang berjuang menghadapi sindrom
autis pada saat sindrom itu belum terindentifikasi. Pembaca yang punya teman,
saudara ataupun kenalan seorang autis pasti bisa sangat relate dengan cerita ini. Sosok Natalie menjadi tantangan bagi
Moose dan keluarga, begitu juga halnya dengan semua keluarga lain yang punya
anggota keluarga pengidap sindrom autis. Buat saya, sebagai seorang anak yang
beranjak remaja, Moose digambarkan sangat dewasa menghadapi hidupnya yang
terkesan tidak adil untuk anak seusianya, tetapi dia juga berusaha melakukan
hal yang benar dan baik untuk kakaknya. Moose berada pada situasi yang disatu
sisi menyayangi kakaknya, tetapi disisi lain ingin kakaknya segera pergi dari
hidupnya.
Al Capone
does my shirt adalah buku pertama dari rangkaian tiga buku dari serial Al Capone
at Alcatraz karya Gennifer Choldenko yang juga masuk sebagai finalis John
Newbery Medal. Gennifer Choldenko ingin mengangkat kisah orang-orang yang
pernah hidup di Alcatraz semasa Al Capone menjadi narapidana disana. Pembaca
dapat menemukan beberapa rangkuman percakapan penulis dengan orang-orang yang
pernah hidup di Alcatraz. Sedangkan karakter Natalie terinspirasi dari saudari
penulis yang juga menderita sindrom yang sama. Secara subjektif, buku ini
meninggalkan kesan untuk saya, bukan hanya karena keunikan latar
belakangnya, tetapi juga karena penulis menggambarkan struggle yang dialami Moose dan keluarganya sangat jelas sampai
saya bisa merasakan emosi Moose yang terkadang frustrasi menghadapi kakaknya.
Salut untuk semua keluarga yang memiliki tanggung jawab khusus dari Tuhan untuk
menangani sindrom ini.
Ya
walaupun gak nakal-nakal banget, tapi saya mau submit buku ini sebagai,
Tema : Kenakalan Anak |
pengen baca bukunya
ReplyDelete