Showing posts with label France. Show all posts
Showing posts with label France. Show all posts

Monday, May 1, 2017

[Review] Germinal by Emile Zola

Title: Germinal
Author: Emile Zola
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: November 7th 2016 (first published 1885)
Page: 880p
ISBN: 9786020335339

Siapa Zola sebenarnya? Hidup dikomunitas atau lingkungan seperti apa orang ini? Apa saja yang mempengaruhi perspektifnya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika saya menutup buku ini. Mungkinkah Zola pernah menjadi bagian dari masyarakat pekerja tambang? Jika tidak, berapa lama penelitian yang dia butuhkan untuk menulis kehidupan yang membuat pembaca bisa merasakan layaknya penuturan seseorang yang pernah berada dalam perut bumi?

Cerita ini dituturkan dari sudut pandang Etienne Lantier, mantan operator mesin yang datang ke montsou untuk mencari pekerjaan. Tak menemukan pilihan lainnya, Etienne pun harus menerima profesi sebagai buruh tambang. Turun ke perut bumi, menghirup udara pengap, penuh gas, panas, tanpa cahaya matahari adalah hal lumrah yang harus dihadapi seorang buruh tambang. Sedikit percikan api atau guncangan, bisa memunculkan ledakan dan longsor yang membuat pekerja tambang batubara Le Voreux terkubur hidup-hidup. Tetapi nyawa perlu mereka pertaruhkan demi mendapatkan beberapa sou untuk makan dan melanjutkan hidup - yes ironis. Berbeda dari kebanyakan buruh yang tinggal di montsou, Etienne lebih cerdas dan dengan cepat Ia menyadari kemiskinan yang sedang menggerogoti hidup rekan-rekannya. Ide untuk membuat keadaan menjadi lebih baik mulai terbersit dalam pikiran Etienne, tetapi awalnya ia tidak yakin jika ada yang akan mendukungnya. Namun tak berapa lama, kesempatan untuk memberontak itu pun muncul, ketika perusahaan menerapkan peraturan baru yang membuat pendapatan para buruh semakin berkurang dan hidup mereka semakin melarat. Berawal dari ide-ide sederhana untuk mengajukan tuntutan kepada perusahaan, berkembang menjadi aksi pemogokan kerja dan lebih buruk lagi menjadi demo besar-besaran yang mulai kehilangan akal sehat karena perut yang semakin lama kosong.

Tuesday, April 29, 2014

[Review] Therese Raquin by Emile Zola

Title: Therese Raquin
Author: Emile Zola
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Published: August 2011
Pages: 336p
ISBN: 978-979-22-7436-3

Therese Raquin adalah salah satu karya klasik penulis asal Perancis yang menuai banyak kritikan dari penulis lain pada masa itu. Emile Zola bahkan mendapat cibiran yang mengatasnamakan moralitas karena buku ini. Cibiran yang akhirnya mendorong Zola untuk melengkapi edisi kedua buku ini dengan sebuah kata pengantar. Therese Raquin merupakan pertemuan pertamaku dengan Zola. Aku tidak bisa bilang suka dengan idenya mengangkat kisah ini, tapi cara Zola menceritakan kisah ini membuktikan ia melakukan penelitiannya terhadap sifat-sifat terdalam manusia, dan inti dari buku ini membuatku ingin menemukan buku-buku Zola lainnya.

Therese Raquin dititipkan oleh pada saudari ayahnya, Mme Raquin, saat ia masih sangat kecil. Mme Raquin, wanita yang hidup dengan anak laki-lakinya, Camille, mengasuh dan menyayangi Therese seperti anaknya sendiri. Jika Camille serapuh kertas karena penyakit yang terus menempel ditubuhnya, Therese adalah perempuan berjiwa bebas yang menyukai tantangan. Sayangnya, Therese diperlakukan sama dengan Camille. Jika Camille harus tidur dan berdiam diri dalam kamar gelap karena kerapuhannya terhadap sinar matahari, Therese pun harus menjalani hal yang sama. Saat Camille harus meminum berbagai jenis obat untuk kesehatannya, hal yang sama pun dipaksakan Mme Raquin untuk Therese. Therese tumbuh menjadi gadis penurut tanpa punya pendapat akan hidupnya.

Monday, March 18, 2013

[Review] The Three Musketeers by Alexandre Dumas

Title: Trio Musketri / The Three Musketeers
Author: Alexandre Dumas
Publisher: Serambi
Published: Januari 2010
Pages: 537p
ISBN: 978-979-024-180-0

Kisah ini dimulai dengan menceritakan seorang pemuda gascon bernama D’Artagnan yang meninggalkan rumahnya dan menempuh perjalanan menuju Paris dengan tujuan menjadi Musketri. Musketri di Perancis adalah satuan pengawal Raja yang dibentuk pada tahun 1622 dibawah kepemimpinan Louis XIII. Mereka bertugas sebagai pengawal Raja ketika berada di luar Istana. D’Artagnan membawa surat pengantar dari ayahnya kepada Monsieur D’Treville untuk mempermudah dirinya bergabung dengan Musketri, namun alih-alih berhasil menyerahkan suratnya, D’Artagnan justru kehilangan suratnya ditengah perjalanan karena terlibat percekcokan dengan seorang laki-laki misterius. Baru saja terlepas dari masalah yang satu, ia kembali terlibat masalah lainnya. Kali ini ia harus berduel dengan tiga orang laki-laki dalam waktu hampir bersamaan. Namun duel tersebut batal dan D’Artagnan justru mendapatkan tiga sahabat baru yang dikenalnya sebagai Trio Musketri, Athos, Porthos, dan Aramis. 


Petualangan D’Artagnan tidak berhenti sampai disitu, Alexandre Dumas kembali meramu petualangan, mengungkap intrik dan membumbui sejarah Perancis menjadi suatu karya yang telah berkali-kali ditampilkan dalam layar lebar sampai masa kini. Trio Musketri tidak lekang oleh waktu. Anehnya, judul Trio Musketri yang mengacu kepada Athos-Porthos-Aramis, justru didominasi oleh petualangan D’Artagnan sebagai tokoh utama. D’Artagnan yang digambarkan sebagai anak muda yang kecerdasannya melebihi ketiga muskteri itu, menyeret ketiga sahabatnya dalam intrik politik yang melibatkan Raja, Ratu, Kardinal Richelieu dari sisi Perancis dengan Duke of Buckingham dari sisi Inggris. Intrik politik, ambisi dan kisah cinta menyeret keempat sahabat dalam peristiwa-peristiwa yang acap kali menjadikan nyawa mereka sebagai harta satu-satunya yang tersisa dan sulit untuk dipertahankan.

Wednesday, November 30, 2011

Review : Sarah's Key



Sebuah kisah yang mengejutkan, sangat menyentuh, dan menantang moral….penuh dengan keajaiban. Kisah ini akan menghantui, dan memperkaya diri anda

 Awalnya buku ini diceritakan dalam dua zaman yang berbeda : Juli 1942 dan Mei 2002. Kedua zaman ini sama-sama bermula di Paris, sebuah kota yang saya kenal dengan menara Eiffel-nya, yang disebut orang kota romantis dan kemewahan dunia berada disana. Semua orang mengenal wajah Paris, semua orang terkagum-kagum dengan pesona Paris, banyak wanita yang menyukai keberanian lelaki kota ini. Namun, mari kita berhenti sejenak dan kembali ke 69 tahun lalu tepat ditanggal 16 Juli 1942. Apa yang terjadi disana? Lewat karya Tatiana De Rosnay, saya mengenal satu lagi peristiwa sejarah yang pernah mencoreng wajah paris dan meninggalkan luka bagi banyak orang. Semua orang perlu tahu bahwa disuatu masa, Paris sangat mengerikan, sangat menyeramkan, dingin, gelap dan mengoyak jiwa banyak orang. Terutama mereka, anak-anak kecil dengan sebuah bintang David berwarna kuning menempel dibagian depan pakaian mereka.

Sampai halaman 183, Tatiana De Rosnay menuturkan kisahnya dengan dua cara yang berbeda. Ia mengenalkan kisah seorang anak berusia 10 tahun bernama Sarah ditahun 1942, serta kisah seorang wartawan paruh baya berhati lembut bernama Julia ditahun 2002.

Sarah tinggal di rue de saintonge bersama orang tua dan adik laki-lakinya Michel. Suatu malam dibulan Juli 1942, apartemennya digedor sangat keras. Ia menyadari ketakutan yang muncul dalam gerak-gerik orang tuanya, namun mereka tidak mengatakan apapun kepadanya. Malam itu beberapa polisi perancis datang dan membawa mereka. Michael kecil ketakutan melihat keadaan itu, sehingga ia masuk kedalam lemari tersembunyi yang biasanya digunakan ketika mereka sedang bermain. Lemari itu dilengkapi dengan buku, senter dan air minum. Sarah menyetujui tindakan adiknya, ia bahkan mengunci lemari itu dari luar dan mengantongi kuncinya. Ia berjanji akan segera kembali untuk menjemput adiknya. Polisi perancis membawa Sarah, ayahnya dan ibunya menaiki bus-bus yang juga memuat banyak orang lainnya. Ia melihat semua orang mengenakan bintang David yang sama dengan yang dikenakannya. Ia tidak tahu akan dibawa kemana atau apa yang akan terjadi kepada keluarganya. Namun ia mengerti bahwa karena lambang itulah mereka semua bernasib sama. Karena lambang Yahudi itu mereka diperlakukan seperti itu. Ia hanya berharap agar bisa segera kembali dan menjemput adiknya. Orang-orang yang biasa disapanya setiap hari, kini memandangnya dengan kebencian dan penuh rasa jijik. 

Rombongan itu dibawa ke sebuah tempat yang bernama Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion yang sangat luas. Ribuan orang itu bercampur menjadi satu di tempat itu, tidak ada toilet, tidak ada air, tidak ada makanan. Yang ada disana adalah ratap tangis, wajah-wajah putus asa, orang-orang sakit, orang-orang yang tak kuat lagi dan akhirnya meninggal, dan anak-anak tak berdosa yang tidak mengerti apa-apa dan diperlakukan dengan sangat buruk. Mereka menuggu untuk dibawa kesebuah tempat yang bernama Auschwitz.

Vélodrome d'Hiver
Di zaman yang berbeda, Julia hidup bersama suaminya, Bertrand, dan anak gadisnya, Zoe. Mereka baru saja mengunjungi apartemen nenek Bertrand. Sang Nenek baru saja dipindahkan ke panti jompo karena menderita Alzheimer, sehingga Julia dan keluarganya lah yang akan menempati apartemen itu. Julia adalah seorang American dan bekerja untuk sebuah majalah Amerika di Paris. Suatu hari ia mendapat tugas untuk menulis sejarah holocaust yang pernah terjadi di perancis sekitar bulan juli 1942. Lewat penyelidikannya, Julia menemukan banyak hal. Disini pembaca akan mulai menemukan benang merah antara Julia dan Sarah. Namun, cerita tetap berlanjut dari perspektif yang sangat berbeda, sehingga sungguh menarik untuk dinikmati.

Kisah hidup Sarah dan keluarganya yang menderita di zaman kekuasaan Hitler itu membangkitkan emosi yang luar biasa dalam diri Julia. Ingat…emosi tidak sama dengan amarah..tolong bedakan kedua hal itu. Sarah membuat hidup Julia tidak pernah sama lagi. Julia seakan telah lama mengenal Sarah. Ia seperti bisa memahaminya. Penyelidikan Julia mendapat tantangan luar biasa dari keluarganya sendiri. Wajah Sang Nenek yang menderita Alzheimer tiba-tiba berubah pucat ketika Julia menyinggung tentang penyelidikannya. Lantas apa sebenarnya hubungan keluarga suami Julia dengan Sarah kecil?

Larut dalam penyelidikannya, Sarah mulai menyadari bahwa keluarganya pun terancam. Hubungannya dengan suaminya tidak berjalan dengan baik. Apakah ini ada hubungannya dengan penyelidikannya? Mengapa segala sesuatu disekitar Julia mulai kacau? Namun, apakah Julia menghentikan rasa ingin tahunya? Dan apa yang terjadi dengan Sarah dan keluarganya? Bagaimana nasib si kecil Michel yang bersembunyi di dalam lemari rue de saintonge? 

Story based on the history 

Pada tanggal 16 dan 17 Juli 1942 atas perintah Nazi, Polisi perancis melakukan penangkapan semua orang Yahudi di Paris dan sekitarnya. Operasi itu dinamakan Operation Spring Breeze. Perdana Menteri perancis pada masa itu memerintahkan bahwa tidak hanya laki-laki, tetapi juga wanita dan anak-anak harus ditangkap. Orang-orang yahudi itu dibawa ke Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion indoor yang berjarak hanya dua blok dari menara Eiffel ( ironi jika membayang kedua tempat yang sangat berbeda ini hanya sedekat itu dan bisa saling membayangi ). Setelah lima hari berada disana, mereka mulai dipisahkan dari keluarga masing-masing dan dibawa menuju kamp Drancy, sebuah kamp transit sebelum mereka diangkut menuju Auschwitz. Menurut catatan Préfecture de Police, orang yahudi yang ditangkap saat itu berjumlah 13.152 orang. Pada tahun 1959, api menghancurkan hampir seluruh Vélodrome d'Hiver sedangkan sisanya lagi dihancurkan. Sekarang, ditempat yang sama berdirilah kantor Departemen Dalam Negeri pemerintah Perancis (ironic isn’t it?). Lima puluh tahun setelah peristiwa itu, tepat pada tanggal 16 Juli 1995, Presiden Perancis, Jacques Chirac menyatakan permohonan maafnya.

Oui, la folie criminelle de l’occupant a été secondée par des Français, par l’État français 
(Silahkan cari terjemahannya di google translate ya ^^)
 
Monument Vel d'Hiv
Lihatlah bayangan monumen Vel d'Hiv itu dan jaraknya ke menara Eiffel
 The Movie

16 september 2010, Sarah’s Key diangkat ke layar lebar. Untuk yang ingin menonton film ini, saya sarankan sebaiknya membaca novelnya terlebih dahulu. Setelah nonton film, saya menjadi lebih paham secara visual mengenai gambaran yang diberikan oleh Tatiana De Rosnay, namun beberapa hal yang muncul difilm memang tidak sesuai dengan gambaran novelnya. Sarah sendiri diperankan oleh artis yang sangat cantik, sementara gambaran Betrand yang menawan sama sekali berbeda dengan Betrand yang difilmkan.


sarah and her family at the Vel d'Hiver
sarah and her friend meet the Dufaure
sarah - as a young lady

----------------------------------------
Judul : Sarah’s Key
Penulis : Tatiana De Rosnay
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : 2011
Tebal : 356 hal
ISBN : 978-602-00-0923
----------------------------------------

Thursday, June 30, 2011

Review : The Count of Monte Cristo


Life is a storm, my young friend. You will bask in the sunlight one moment, be shattered on the rocks the next. What makes you a man is what you do when that storm comes. You must look into that storm and shout as you did in Rome. Do your worst, for I will do mine! Then the fates will know you as we know you: as Albert Mondego, the man! ~ Edmond

 
Marseilles, sebuah Kota pelabuhan di wilayah selatan Perancis baru saja kedatangan kapal Pharaon dibawah komando seorang pemuda yang bertugas sebagai kelasi pertama. Ia adalah Edmond Dantes, seorang pemuda yang jujur, berhati murni dan bersemangat. Setelah kematian kaptennya, Dantes diangkat menjadi kapten atas Pharaon. Ia sangat bahagia. Ia akan menjadi kapten dan ia akan segera bertemu ayah dan kekasihnya. Dantes memiliki seorang kekasih yang bernama Mercedes, seorang gadis cantik yang setia menunggunya. Lengkaplah sudah kebahagiaan Dantes ketika Mercedes bersedia menikah dengannya. Saat Dantes dihujani berkat, tanpa sepengetahuannya, musuh pun mendekat. Adalah dua orang yang terbakar kecemburuan melihat kebahagiaan Dantes. Seorang kepala keuangan kapal Pharaon, Danglars, tidak ingin Dantes menjadi kapten atas Pharaon, sedangkan seorang nelayan, Fernand, putus asa ketika melihat wanita yang dicintainya justru mencintai Dantes. Kebencian terhadap Dantes, membawa Danglars dan Fernand bersekongkol untuk menghancurkan Dantes. Disaksikan oleh Caderousse, seorang tetangga yang sudah dianggap sahabat oleh Dantes, maka rencana jahat untuk Dantes pun dimulai.

Dilatarbelakangi oleh sejarah perancis, Alexandre Dumas menyuguhkan kisah tragis kehidupan seorang pelaut Edmond Dantes yang kebahagiaannya direnggut diusia yang masih sangat muda. Dantes nyaris mengecap kebahagiaan diusia 19 tahun, namun hidup menuntutnya menjadi kuat untuk bisa menikmatinya. Dantes tidak memiliki kapasitas untuk waspada dan menduga pengkhianatan temannya, sehingga ia tidak mampu untuk membela diri. Inilah cap karakter kehidupan. Jika anda tidak cukup kuat dan waspada untuk hidup, maka dunia kapan saja bisa menggilas anda. Namun Dantes  membuat setiap musuhnya menuai akibat dari perbuatan mereka masing-masing. Ini adalah kisah tentang cinta, pengkhianatan, persahabatan, ketulusan, dan seni balas dendam yang awesome.

Novel ini dirangkai dengan menarik lewat scene yang terpisah-pisah. Pembaca akan dibawa untuk menyaksikan sebuah peristiwa yang sedang terjadi di Roma, kemudian tiba-tiba alur cerita telah melompat kembali ke Paris. Dumas bahkan menceritakan setiap tokoh secara terpisah. Jangan bingung!! Tunggulah!! Karena bagian yang paling menarik adalah ketika Dumas menarik benang merah untuk menghubungkan setiap scene dan tokoh sehingga novel ini menjadi kisah utuh yang sangat menarik untuk dipahami. Saya sangat menikmati cara penuturan seperti ini. Saya menunggu untuk paham.

Novel yang pertama kali diterbitkan sekitar tahun 1844-1846 ini pun tidak lupa diberi sentuhan eksotis. Gambaran eksotis muncul lewat berbagai lukisan, karnaval, roma ataupun paris, bahkan oleh gambaran karakter tokoh seperti Haydée dengan kecantikan dan misteri yang khas. Novel ini pun memiliki latar kota Marseilles. Sebuah kota yang berada di wilayah selatan perancis dan merupakan kota kedua terbesar di perancis (setelah Paris) yang juga adalah salah satu kota tujuan wisatawan. Bahkan ketika saya bertanya kepada paman google untuk mencari bagian-bagian yang mungkin nyata dari kisah Dumas ini, saya menemukan banyak hal yang membuat kecintaan terhadap perancis semakin bertambah.


Avenue des Champs-Élysées. Jalan luas di Paris yang merupakan salah satu jalan paling terkenal di dunia dan lokasi real estat termahal kedua di dunia setelah fifth Avenue New York. (ini adalah lokasi rumah Count of Monte Cristo di dalam novel)
Chateau d’If. Sebuah benteng yang belakangan berfungsi sebagai penjara yang terletak di pulau If sekitar satu mil dari teluk Marseille.


Salon. Kata ini sering muncul di dalam novel karya Dumas ini. Ternyata Salon adalah sebuah ruang terbuka untuk menerima tamu.
 
Dumas mendapatkan ide jenius pembalasan dendam Count of Monte Cristo dari sebuah kisah yang ditemukannya dalam sebuah buku yang ditulis oleh Jacques Peuchet tahun 1938 tentang seorang pembuat sepatu yang bernama Pierre Picaud yang juga oleh kecemburuan tiga orang temannya dituduh sebagai mata-mata inggris. Beberapa bagian serupa dengan kisah Picaud, namun untuk endingnya Dumas memilih akhir cerita yang berbeda. 

Saya masih penasaran dengan model cover terbitan bentang ini. Saya sudah sempat bertanya di group bentang, namun belum ada jawaban sampai dengan hari review ini terbit. Awal membaca novel terjemahan bentang ini, membuat saya agak pesimis karena melihat font yang begitu kecil sementara buku ini cukup tebal. Terkadang, saya merasa sudah jauh membaca, namun baru maju lima halaman, tetapi karena Dumas menyajikan kisah yang sangat menarik maka saya bisa menyelesaikannya dalam waktu enam hari (*lama yaaa...). Novel ini pun sudah banyak di adopsi ke layar lebar. Anda bahkan bisa nonton online atau download film-filmnya di ==> Film Count of Monte Cristo

-------------------------------------------
Judul : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Maret 2011
Tebal : 568 hal
-------------------------------------------