Thursday, June 26, 2014

[Review] The Kite Runner by Khaled Hosseini

Title: The Kite Runner
Author: Khaled Hosseini
Publisher: Qanita
Published: 2008
ISBN: 978-979-326975-7

"For you a thousand times over"

Penderitaan Afganistan melewati peperangan selama bertahun-tahun dihiasi oleh berbagai kisah yang hampir selalu memilukan hati. Khaled Hosseini mencoba menggambarkan wajah Afganistan lewat salah satu karyanya yang juga tidak kalah pahit. The Kite Runner adalah kisah tentang persaudaraan dan penghianatan, ketulusan hati dalam memberi tanpa pamrih, serta penyesalan yang bisa melumpuhkan kekuatan seseorang. Amir dan Hassan adalah dua orang anak yang menyusui dari wanita yang sama namun mereka lahir dalam kaum yang berbeda dalam masyarakat Afganistan.  Amir berasal dari kaum Pasthun, sedangkan Hassan yang digambarkan seperti orang mongolia berasal dari kaum Hazara. Yang satu dianggap tuan sedangkan yang lain tidak lebih dari seorang hamba, kaum Hazara bahkan sering disiksa di berbagai pelosok di Afganistan, namun kekejaman itu tidak akan pernah terjadi di rumah Baba, ayah Amir. Hassan dan Ayahnya, Ali, tinggal dan bekerja di rumah Amir, Baba menjaga mereka dengan sangat baik. Amir adalah kata pertama yang diucapkan oleh Hassan ketika ia mulai bisa berbicara, mereka tumbuh bersama, bermain bersama, sehingga perbedaan mendasar itu tidak berarti apa-apa di rumah Baba dan Amir.

Hassan sangat menyayangi Amir yang adalah sahabat dan tuannya. Hassan pun adalah satu-satunya sahabat bagi Amir. Hassan selalu mengejar layang-layang untuk Amir, mendengar Amir membacakannya cerita, atau melakukan kenakalan anak-anak bersama Amir. Hassan selalu bertepuk tangan untuk cerita-cerita Amir dan yakin bahwa Amir akan jadi penulis hebat dimasa depan. Terkadang aku berpikir Amir jahat dengan menguji kesetiaan Hassan yang ia tahu akan selalu menuruti permintaannya. Hassan digambarkan sebagai seorang anak yang tulus dan tanpa pamrih, ia tidak bisa membaca, tetapi cerdas dalam membaca amir atau keadaan disekitarnya. Amir disisi lain digambarkan sebagai pengecut yang mendambakan perhatian dan kasih sayang ayahnya yang terlihat selalu sibuk dengan bisnisnya.  

Suatu saat, ketika Hassan sedang menangkap layang-layang untuk Amir, supaya Amir bisa pulang kepada Baba dan menerima pujian, Hassan dikepung oleh anak-anak nakal yang sudah sering mengganggu mereka berdua. Amir tidak ada disana. Hassan harus merelakan layang-layang itu supaya bisa selamat, atau mempertahankan layang-layang itu dan menerima perlakuan buruk. Hassan memilih layang-layang untuk Amir dan membiarkan dirinya dilecehkan. Pada saat yang sama, Amir berdiri diluar gang itu, melihat semua kejadian yang menimpa Hassan tetapi terlalu pengecut untuk berlari masuk dan membela satu-satunya saudara yang ia miliki. Pilihan Amir mengubah segalanya, sejak saat itu persaudaraan yang manis itu tidak pernah sama lagi, paling tidak dari sudut pandang Amir yang menanggung rasa bersalahnya sendiri.

 “Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan, untuk menentukan apa jadinya diriku. Aku bisa melangkah memasuki gang itu, membela Hassan dan menerima apa pun yang mungkin menimpaku. Atau, aku bisa melarikan diri. Akhirnya, aku melarikan diri” – dikutip dari belakang cover.

Saat-saat ketika Hassan pulang tanpa pengeluhan setelah peristiwa itu adalah saat-saat berat untuk Amir dan untukku sebagai pembaca. Dari sisi orang yang merasa bersalah seperti Amir, Hosseini menggambarkan beratnya perasaan yang ditanggung Amir, bahkan uluran tangan persahabatan yang tidak berubah dari Hassan semakin memperburuk rasa bersalahnya. Pada satu titik, cerita ini hampir membuatku berhenti membaca, rasanya seperti ada batu berat di dalam hati. Sikap Amir yang sangat pengecut itu menggambarkan penghianatan yang menyesakkan hati karena orang yang dihianatinya adalah Hassan yang polos dan tulus. Hossenini menggambarkan dengan jelas betapa berat hidup yang dibayang-bayangi oleh rasa bersalah. Hubungan Amir dan Hassan tidak pernah sama lagi sejak peristiwa itu. Banyak yang tidak terkatakan diantara mereka sampai saat mereka terpaksa berpisah. Perasaan bersalah atas keputusan yang pernah diambilnya terus membuat dirinya terbebani. Sampai sebuah panggilan telepon dua puluh tahun kemudian memaksanya harus menghadapi beban jiwanya.

Hosseini menuturkan kisah ini dengan detail. Plot, karakter, dan hubungan antar tokoh pun digambarkan Hosseini dengan jelas dan mendalam, sehingga pembaca benar-benar bisa merasakan perasaan antar sesama tokoh. Karya Hosseini ini membuatku melihat beberapa hal, ekspektasi Baba terhadap Amir pada kenyataannya menyulitkan Amir untuk menampilkan dirinya sendiri dihadapan orang tuanya. Hal ini menuntunnya menjadi seorang pengecut yang akhirnya merugikan dirinya sendiri. Disisi lain Ketulusan hati Hassan punya power yang luar biasa untuk orang-orang disekitarnya. "For you, a thousand times over" kata Hassan untuk Amir. Empat bintang untuk Khaled Hosseini. 

Submitted for 

12 comments:

  1. Ini salah satu novel yang bisa membuatku menangis... T.T

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukunya Khaled Hosseini tuh bikin nangis semua deh kayaknya mba indah :(

      Delete
  2. Belum baca bukunya tapi sudah nonton filmnya. filmnya menghaeukan juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahhh aku malah blm nonton filmnya bunda...tapi mau nyari dehh

      Delete
  3. Setujuuuu...rasanya seperti ada batu berat di dalam hati. Saya masih merasa belum sanggup nonton filmnya, soalnya dulu pas baca bukunya saja sudah mewek berat :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa aku tau ada filmnya tapi belum sempat nonton juga...tapi mau cari ahhh...biar komplit rasanya walaupun pasti sedih juga

      Delete
  4. Aku ga bisa baca buku sedih Essy ;___;. Tapi mau coba ah baca bukunya Hosseini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa dicoba dulu aja ren..buku2nya Khaled Hosseini tuh emang sedih2 sih tapi bagus :)

      Delete
  5. haduuuuh jadi inget lagi betapa mengharukan buku ini... hassan tuh beneran sahabat sejati yaaa... yg thousand splendid suns juga sediiiihhh :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya hassan sahabat sejati banget deh...makanya si amir langsung keliatan jelek karena hasaanya baik bgt

      Delete
  6. coba deh aku mau baca buku ini :)

    ReplyDelete