Title: 1Q84
Author: Haruki Murakami
Publisher: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Published: Mei 2013
Pages: 512
Sekarang tahun1Q84.
Ini adalah dunia sejati,
tak ada keraguan akan hal itu.
Tapi di dunia ini,
ada dua bulan menggantung di langit.
Di dunia ini, takdir dua manusia,
Tengo dan Aomame berkelindan erat.
Masing-masing dengan caranya sendiri
terlibat dalam sesuatu yang mengundang bahaya.
Dan di dunia ini, tampaknya tak ada cara untuk
menyelamatkan keduanya.
Sesuatu yang dahsyat sedang bergerak.
Kesan pertama
membaca karya Murakami tidak begitu bagus untukku. Norwegian Wood yang menjadi
perkenalan pertamaku dengan Murakami tidak begitu kusukai. Setelah dipikirkan
lagi, aku benar-benar belum bisa memahami keunikan Murakami. Berkenalan dengan
karya berikutnya membuatku mulai mengaggumi sang penulis. Ide ceritanya unik
dan perlahan-lahan ia mengenalkanku pada sisi lain kehidupan manusia yang sulit
kupahami karena asing bagiku. I can’t
stop reading it once i started.
Tengo dan
Aomame adalah tokoh utama dalam kisah yang plotnya berlangsung pada tahun 1984 ini. Apakah keduanya saling
terhubung? Entahlah, meskipun kemungkinan jawabannya YA, namun tampaknya
Murakami tidak ingin pembaca terlalu cepat
memahaminya. Ia menceritakan keduanya secara terpisah, bergantian bab demi bab.
This was about connecting the dots. Tengo adalah seorang pria yang sejak kecil
bermasalah dengan ayahnya sendiri. Sedangkan Aomame adalah wanita tangguh yang
sejak kecil pun tidak nyaman dengan ajaran kedua orang tuanya dan ditinggal
bunuh diri oleh satu-satunya sahabatnya. Mereka tidak memiliki ikatan mendalam
dengan siapapun dan mengaku tidak punya masa depan.
Plot cerita
bermula ketika Aomame mengirimkan seorang lelaki yang dianggap brengsek ke
dunia lain dengan cara yang amat halus. Ia bergabung dengan wanita paruh baya
yang membela perempuan-perempuan lemah yang diperlakukan tidak adil oleh para
lelaki brengsek. Setelah melakukan tugasnya, ia mencari pria tak dikenal dan
bersetubuh untuk melepaskan kepenatannya. Ritme hidupnya seperti itu setiap
hari, sampai-sampai suatu saat ia menyadari langit memiliki dua bulan, besar
dan kecil. Inilah teka-teki pertama yang disodorkan oleh Murakami.
Di tempat
lain, Tengo yang sehari-harinya mengajar bimbel matematika dan menulis novel, mendapat
tawaran dari seorang Editor, Pak Komatsu, untuk menjadi ghost writer sebuah kisah yang diikutsertakan dalam sayembara
sastra. Kisah tersebut berjudul Kepompong Udara, ide ceritanya menarik namun
cara penulisannya parah. Kejahatan dunia sastra itu dimulai dengan perkenalan
antara Tengo dan sang penulis asli, Fuka-Eri, seorang gadis menawan yang baru
berusia 17 tahun. Tak disangka respon Fuka-Eri positif, bisa dikatakan bahwa
Fuka-Eri tidak peduli pada cara penerbitannya, ia hanya ingin bercerita, tidak
masalah siapa yang menuliskan cerita itu.
Rasanya banyak
hal yang ingin disampaikan Murakami dalam kisah ini. Begitu banyaknya
sampai-sampai aku sulit memahami tujuan cerita meski telah hampir selesai
membaca seluruh buku. Mungkin karena jarang membaca karya penulis asal Jepang jadi
rasanya ada awan gelap yang membayangi setiap pergantian halaman. Latar
belakang setiap tokoh diceritakan sangat detail. Tujuannya untuk menjelaskan cara
mereka hidup di masa kini. Mempelajari sejarah seseorang atau suatu bangsa, terkadang
membantu kita memahami masa kini dari orang atau bangsa itu. Karena itu aku
sangat menikmati penuturan Murakami yang detail itu. Yang membuat aku tidak
sabar adalah setiap teka teki yang begitu lama ditahan oleh Murakami dan karena
aku tipe orang yang membaca dengan terstruktur, jadi aku harus bersabar untuk
mengetahui jawabannya.
Setelah
menceritakan latar belakang setiap orang. Murakami masuk pada kelompok
tertentu. Sebut saja kelompok yang mempercayai gagasan revolusi Mao Zedong,
kelompok Takashima, kelompok Akebono sampai kelompok Sakigake. Keempat kelompok
ini akan sangat mempengaruhi Tengo pada awalnya. Darimana keterkaitannya?
Semuanya berawal dari Kepompong Udara.
Tidak sulit
menyelesaikan buku setebal 512 halaman ini karena rasa penasaran yang tinggi
dan keunikan setiap tokoh. Sebut saja Fuka-Eri yang mengalami disleksia
sehingga tidak bisa membaca atau menulis dengan baik. Ia hanya menatap satu
titik kedepan namun bisa memahami segala sesuatunya dengan baik, tentu saja
sang tokoh tetap memiliki bagian misteri yang tidak dilupakan oleh Murakami.
Ayah Fuka-Eri adalah pelopor awal kelompok Sakigake, namun suatu hari Fuka-Eri
datang mengunjungi teman ayahnya, Profesor Ebisono tanpa penjelasan apa-apa.
Kedua orang tuanya menghilang tanpa kabar dan kelompok Sakigake yang tadinya
sangat terbuka dengan kebiasaan bercocok tanam berubah menjadi sekte keagamaan
yang tertutup. Satu-satunya hal yang diceritakan oleh Fuka-Eri kepada Tengo dan
profesor Ebisono yang diyakini berhubungan dengan sekte Sakigake adalah Orang Kecil,
hanya kata Orang Kecil tanpa penjelasan siapa mereka. Another riddle.
Profesor punya kekuatan besar dan kebijaksanaan dalam. Tapi Orang Kecil juga punya kebijaksanaan dalam dan kekuatan besar tidak kalah sama Profesor. Hati-hati di dalam hutan. Hal yang penting ada di dalam hutan dan di dalam hutan ada Orang Kecil. Untuk tidak dicederai Orang Kecil harus menemukan sesuatu yang tidak dimiliki Orang Kecil. Dengan begitu bisa lewat hutan dengan selamat...mungkin Orang kecil marah karena menulis Orang Kecil dengan huruf (hal 503).
Oo apa
artinya, aku pun belum tahu. Yang pasti cerita ini masih berlanjut. Aku baru
selesai membaca jilid 1 dan hanya punya gambaran samar mengenai keseluruhan
cerita. Siapa Orang Kecil ini? Membaca bagian tentang Orang Kecil, selalu
dihubung-hubungkan dengan Bung Besar dari karya George Orwell. Apakah keduanya
memiliki keterkaitan? Empat bintang untuk om Murakami :D
Beberapa Quote yang memorable
dalam buku ini,
“Kekerasan tidak selalu bersifat fisik, luka tidak selalu mengeluarkan darah” (hal 403)
Apakah anda ingin melanjutkan mengarang novel? Novel merupakan salah satu bentuk untuk mengungkapkan pemikiran. Kebetulan kali ini saya menggunakan bentuk novel, tapi kali berikutnya saya belum tahu akan menggunakan bentuk apa” (hal 379) – Quote yang bagus untuk para penulis yang sering kali terbeban dengan keberhasilan novel pertama dan keraguan terhadap karya berikutnya.
PS:
Terjemahannya bagus.
hihihi sama, saya juga pas mulai baca ini ga bisa berhenti. paling suka kalo Tengo dan Komatsu mulai ngobrol panjang ~:D
ReplyDeleteiya dialognya cerdas ya..aku dibikin penasaran nih sama om murakami :D
Deletesyukurlah ternyata terjemahannya bagus.. buku ini kayaknya berat untukku, klo terjemahannya jelak malah tambah berat ntar
ReplyDeleteehh gak kok luna..buku ini gak berat..cuma memang penuh misteri :)
Deletewaduh... udah baca nih... jadi tambah penasaran karena menurut review-mu bagus :))) eh... eh... btw, namaku di link-mu salah loh... Namaku Ratih Dwi, BUKAN Dewi... hahahaha
ReplyDeletesalam
Wahh sorry ya salah nama..tapi udah kuupdate kok..makasih sudah bantu koreksi.
Deleteiya menurutku 1Q84 bagus sih, idenya unik :)
setelah membaca buku 1Q84 Murakami ini, sedikit banyak saya terpengaruh dengan alur ceritanya yang sarat dengan teka-teki. Memang hidup menjadi begitu misterius kadang2. Eh, yang dari KPG untuk jilid 3 udah ada belum ya ?
ReplyDeleteyang jilid 3 belum terbit deh kayaknya, sepertinya ditunda :)
DeleteTerima kasih karena sudah menuliskan review novel dengan baik :)
ReplyDeleteSy baru baca norwegian wood
ReplyDeleteDan sekarang mulai memburu buku Iq84
Bukunya agak sulit dicari, sy hanya dapat jilid 2 dan 3, yg jilid satu masih belum dapat.
Apakah langsung baca jilid 2 nya gpp ?
Atau harus dari jilid 1
1Q84 perlu dibaca berurutan karena ceritanya bersambung.
DeleteDi online shop masih kok 1Q84 jilid 1, contohnya di http://www.pengenbuku.net/2013/05/paket-trilogi-1q84-jilid-1-jilid-2.html
kalau gak salah juga pernah liat di toko buku gramedia, sepertinya masih ada yang jilid 1...semoga ketemu yaa
Atau adakah yang mau meminjamkan jilid 1 nya ... ?
ReplyDeleteHope
Beli dmn yah ? Aku mau deh..
ReplyDeleteAda di Gramedia
Deleteterimakasih bgt sudah review buku" yg bagus...... Salam kenal :)
ReplyDeleteIni buku belinya dmna yah ?
ReplyDeletePengen baca kayaknya seru ceritanya:'D
Di Gramedia ada kok :)
DeleteWah aku malah lebih dulu jatuh cinta sama Norwegian Wood, heeheheh.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNyesel tadi nggak jadi beli novelnya, padahal udah lengkap jilid 1-3 nya di gramed. Aku malah beli pride and prejudice nya Jane Austin, tp gapapa kali yaa, kayaknya bagus juga kan kak?
ReplyDeletePride and Prejudice mostly komentar orang sih bagus, tentang emansipasi wanita juga. Tetapi kalau suruh memilih juga susah, karena genrenya berbeda dgn 1Q84 :D
DeleteNyesel tadi nggak jadi beli novelnya, padahal udah lengkap jilid 1-3 nya di gramed. Aku malah beli pride and prejudice nya Jane Austin, tp gapapa kali yaa, kayaknya bagus juga kan kak?
ReplyDeleteDua tipe cerita yang berbeda ya, jadi rada susah dibandingkan. Tp Pride and Prejudice tidak jelek kok.
DeleteBuku Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage udh ada versi bahasa indonesianya blm yah?
ReplyDeletekakak baca ini yg terjemah indonesia apa inggris?
ReplyDeleteSeperti yang ada diketerangan awal tulisan, aku baca versi terbitan KPG, terjemahan dalam bahasa indonesia.
Deletekak,ada versi enbooknya tidak?
ReplyDeleteAda tuh diIG @rantingbookstore
ReplyDeleteCukup tertarik karena beberapa teman juga merekomendasikannya
ReplyDeleteI've bought the classic english version. Three in one. And that's really engaging book. Full of enigmatic passages. And left us with unrevealed questions. Especially about Tengo's Dad. About NHK employee who's knocking Aomame's condo. And all. But thanks for the review.
ReplyDeleteBelum selesai-selesai baca. Agak terganggu sama beberapa konten 'dewasa'nya><
ReplyDeleteawal2 tahu kaya gimana gitu kan kok detail amat ngegambarinnya dan aku orang yg gak sabaran wkwk. tapi mayan seru dg teka-tekinya. mkasih buat sharingnya
ReplyDeleteAda pdf novelnya yg brbahasa jepang asli gak ? Saya butuh untuk tugas kuliah😭
ReplyDelete