Author:
Tracy Chevalier
Publisher:
Gramedia Pustaka Utama
Published:
2003
Pages:
352p
ISBN:979-22-0458-X
Price:
15k (dari koleksi buku bekas teman)
Griet berusia 16 tahun saat orang tuanya mencarikan pekerjaan untuknya. Kecelakaan yang menimpa ayahnya memaksa Griet harus menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah seorang pelukis, Johannes Vermeer, yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya sendiri. Perempuan yang masih sangat muda dan harus bekerja membiayai keluarga adalah gosip hangat yang langsung beredar di pasar. Kabar baik maupun buruk tidak bisa menjadi rahasia dalam lingkup masyarakat kecil. Mendapatkan pandangan mencemooh adalah sanksi sosial yang paling sering dijumpai. Tak dinyana, Griet pun merasakan hal itu. Hal yang paling berat untuknya adalah meninggalkan keluarganya. Kedatangan Griet disambut oleh lima orang anak di depan rumah majikan barunya itu. Mereka memandangnya dengan rasa ingin tahu, seketika Griet bisa mengenali mana anak yang bisa diatur dan mana yang akan membawa masalah untuknya.
Di rumah itu tinggal Johanes Vermer
bersama istrinya Catharina, mertuanya Maria Thins, kelima anaknya yang sebentar
lagi menjadi enam karena Catharina sedang mengandung, dan seorang pelayan
wanita bernama Tanneke. Membersihkan studio lukis Vermeer adalah tugas yang
selalu ditunggu-tunggu oleh Griet. Ia menyukai studio sang majikan, ketenangan
ruangan itu dan lukisan yang sedang dalam proses pembuatan. Ia bertugas
membersihkan studio dengan cara apapun selama ia tidak mengubah tata letak
setiap barang dalam ruangan itu. Vermeer menyukai cara kerjanya dan mulai
mempercayakan kepadanya tugas-tugas lain yang selama ini hanya dikerjakan oleh
sang pelukis sendiri. Tantangan paling berat untuk Griet adalah permintaan
Vermeer untuk menjadikannya objek lukisannya. Permintaan ini hampir mustahil
dipenuhi oleh Griet, apalagi Vermeer memintanya mengenakan anting-anting
mutiara Catharina. Banyak hal yang membuat sang pelukis dan pelayannya menjadi
semakin dekat dan karena cerita ini dituturkan dari sudut pandang Griet, maka
pembaca akan lebih banyak menjumpai luapan perasaan Griet untuk Vermeer dan
tidak sebaliknya. Perlakuan istimewa terhadap Griet membuat mata orang-orang
yang mengawasinya menjadi resah, kecemburuan pun muncul, niat untuk menghancurkannya
dimulai, dan perhatian dari orang-orang yang tidak disangkanya pun semakin lama
semakin membuat Griet merasa nyaman sekaligus terancam. Apa saja yang akan
dialaminya?
Untuk kedua kalinya saya membaca karya Tracy Chevalier dan sekali lagi mendapati alur cerita yang mengalir cepat sehingga membuat saya tidak sulit menyelesaikan buku ini dalam sekejap. Sinopsis yang saya sampaikan diatas hanyalah pemicu awal serangkaian kisah yang harus dialami oleh Griet, perasaan yang baru saja mulai, dan kecemburuan yang mulai membakar. Saya lupa menyebutkan bahwa ada seorang lelaki lain, seorang lelaki tampan anak penjual daging bernama Pieter yang menyukai Griet. Pieter adalah karakter favorit saya dalam kisah ini. Ia menjadi sebuah bayangan yang melindungi Griet. Nafsu untuk memiliki Griet memang tidak lepas dari dirinya, namun hal itu tidak seburuk yang ditunjukan Van Ruijven kepada Griet. Jika saya bisa mengubah sebuah adegan di dalam buku, rasanya adegan ketika Griet dilecehkan oleh Van Ruijven adalah bagian yang paling ingin saya ubah, setidaknya menambahkan sedikit pukulan ke wajah Van Ruijven akan terasa menyenangkan. Penulis pun tidak lupa memperlihatkan idealisme seorang seniman melalui cara Vermeer bekerja, ia memang bekerja untuk mencari uang, namun hal itu tidak membuatnya menurunkan standar kerjanya. Pada beberapa bagian, saya mendapatkan pandangan baru mengenai cara memandang sebuah objek dan ikut berimajinasi membayangkan setiap lukisan yang dibuat oleh Vermeer.
Pada usia sembilan tahun Tracy Chevalier sempat membeli sebuah poster bergambar girl with pearl earring. Poster itu dipajang di tempat tinggalnya selama 16 tahun. Selama itu juga ia terus mengamati dan berusaha mencerna ekspresi perempuan dalam gambar itu. Ekspresi tersebut membuat penulis menganalisa kejadian dibalik proses pembuatan lukisan tersebut. Penulis menggambarkan ekpresi dalam novel ini dengan gaya berikut:
Untuk kedua kalinya saya membaca karya Tracy Chevalier dan sekali lagi mendapati alur cerita yang mengalir cepat sehingga membuat saya tidak sulit menyelesaikan buku ini dalam sekejap. Sinopsis yang saya sampaikan diatas hanyalah pemicu awal serangkaian kisah yang harus dialami oleh Griet, perasaan yang baru saja mulai, dan kecemburuan yang mulai membakar. Saya lupa menyebutkan bahwa ada seorang lelaki lain, seorang lelaki tampan anak penjual daging bernama Pieter yang menyukai Griet. Pieter adalah karakter favorit saya dalam kisah ini. Ia menjadi sebuah bayangan yang melindungi Griet. Nafsu untuk memiliki Griet memang tidak lepas dari dirinya, namun hal itu tidak seburuk yang ditunjukan Van Ruijven kepada Griet. Jika saya bisa mengubah sebuah adegan di dalam buku, rasanya adegan ketika Griet dilecehkan oleh Van Ruijven adalah bagian yang paling ingin saya ubah, setidaknya menambahkan sedikit pukulan ke wajah Van Ruijven akan terasa menyenangkan. Penulis pun tidak lupa memperlihatkan idealisme seorang seniman melalui cara Vermeer bekerja, ia memang bekerja untuk mencari uang, namun hal itu tidak membuatnya menurunkan standar kerjanya. Pada beberapa bagian, saya mendapatkan pandangan baru mengenai cara memandang sebuah objek dan ikut berimajinasi membayangkan setiap lukisan yang dibuat oleh Vermeer.
Pada usia sembilan tahun Tracy Chevalier sempat membeli sebuah poster bergambar girl with pearl earring. Poster itu dipajang di tempat tinggalnya selama 16 tahun. Selama itu juga ia terus mengamati dan berusaha mencerna ekspresi perempuan dalam gambar itu. Ekspresi tersebut membuat penulis menganalisa kejadian dibalik proses pembuatan lukisan tersebut. Penulis menggambarkan ekpresi dalam novel ini dengan gaya berikut:
“Innocent
yet experienced, joyous yet tearful, full of longing yet and yet full of loss”
Hal inilah yang memicunya melakukan
penelitian sampai ke tempat pembuatan lukisan tersebut dan kehidupan Johannes
Vermeer itu sendiri. Kisah ini mengambil latar abad ke-17, namun lukisan girl with pearl earring tidak memiliki
tanggal pembuatan yang bisa dicantumkan. Vermeer tinggal dan berkarya di Delft,
Belanda. Ia persis seperti yang ditampilkan dalam novel ini adalah seorang pelukis
yang pada akhirnya meninggal dalam kondisi terlilit hutang. Ia adalah seorang
pelukis yang cukup banyak digemari, namun gaya melukis yang perfeksionis
menjadikan proses melukisnya cenderung lambat dan hasil karyanya pun relatif
sedikit.
Sulit untuk mengatakan suka atau tidak pada novel bergenre historical romance ini. Actually, romance is not my cup of tea dan porsi historis pada kisah ini hanya mengarah pada ide cerita yang diangkat dari sebuah lukisan serta gaya pelukisnya. Perkembangan karakter tidak cukup terlihat. Penjelasan mengenai keadaan alam, ekonomi ataupun kondisi masyarakat sekitar pun kurang jelas. Namun cara penuturan serta dukungan terjemahan yang baik membuat buku ini enak dibaca. Empat jam saya lewatkan untuk menyelesaikan buku ini dan highly recommended buat siapa saja yang menyukai romance. Tracy menampilkan kisah ini tidak sevulgar the woman and the unicorn. Bagian-bagian yang menyinggung hubungan sex ada, namun hanya sekedar lewat dan tidak detail, sehingga untuk anda yang tidak menyukai hal-hal seperti itu di dalam sebuah buku, jangan kuatir karena buku ini masih nyaman untuk dinikmati. Tiga bintang untuk buku ini.
O ya..kisah ini pun sudah pernah diangkat ke layar lebar pada tahun 2003 yang diperankan oleh Scarlett Johansson sebagai Griet. Film ini pun membawa Scarlett Johansson menjadi salah satu nominasi Golden Globe dan BAFTA Award untuk Best Actress. Sayangnya sampai review ini terbit saya tidak bisa menemukan film ini.
Sulit untuk mengatakan suka atau tidak pada novel bergenre historical romance ini. Actually, romance is not my cup of tea dan porsi historis pada kisah ini hanya mengarah pada ide cerita yang diangkat dari sebuah lukisan serta gaya pelukisnya. Perkembangan karakter tidak cukup terlihat. Penjelasan mengenai keadaan alam, ekonomi ataupun kondisi masyarakat sekitar pun kurang jelas. Namun cara penuturan serta dukungan terjemahan yang baik membuat buku ini enak dibaca. Empat jam saya lewatkan untuk menyelesaikan buku ini dan highly recommended buat siapa saja yang menyukai romance. Tracy menampilkan kisah ini tidak sevulgar the woman and the unicorn. Bagian-bagian yang menyinggung hubungan sex ada, namun hanya sekedar lewat dan tidak detail, sehingga untuk anda yang tidak menyukai hal-hal seperti itu di dalam sebuah buku, jangan kuatir karena buku ini masih nyaman untuk dinikmati. Tiga bintang untuk buku ini.
O ya..kisah ini pun sudah pernah diangkat ke layar lebar pada tahun 2003 yang diperankan oleh Scarlett Johansson sebagai Griet. Film ini pun membawa Scarlett Johansson menjadi salah satu nominasi Golden Globe dan BAFTA Award untuk Best Actress. Sayangnya sampai review ini terbit saya tidak bisa menemukan film ini.
Submitted for:
bareng bareng BloggerBuku Indonesia (BBI) bulan April dengan tema penulis perempuan / kisah tentang perempuan.
historical fiction challenge yang diadakan oleh HobbyBuku
2013 TBR Pile Challenge hosted by Roof Beam Reader
bareng bareng BloggerBuku Indonesia (BBI) bulan April dengan tema penulis perempuan / kisah tentang perempuan.
historical fiction challenge yang diadakan oleh HobbyBuku
2013 TBR Pile Challenge hosted by Roof Beam Reader
samaan dengan mbak astrid bacanya ya :D ini salah satu kisah yang aq suka tapi tdk suka sama karakter-karakternya. klo boleh pilih, sejauh ini the virgin lady yang aq suka, tapi bukan karakter yang masa depan, karakter yang masa lalu yang menarik.
ReplyDeleteouw, aq juga lagi cari-cari filmnya, penasarannya aja soalnya asli tdk suka sama si Scarlett, klo Colin sich ok-ok aja xixixi
Iya samaan..aku agak bingung waktu baca ini, rasanya tidak ada yang cukup istimewa deh mba maria..karakternya biasa2 aja, ceritanya pun juga biasa sih menurutku. Mungkin ketertarikanku hanya karna novel ini diangkat dari lukisan yang bener-bener ada kali ya..hehehe
ReplyDeletetapi banyak reviewer di goodreads yang suka. Jadi penasaran nih
ReplyDeleteceritanya memang bagus mastez..cuma rasanya ada yang kurang gitu deh..kayaknya gk total gitu loh..something missing lah mastez
ReplyDeleteesyy....iya nih aku juga kurang sreg sama buku ini kok kurang nendang... tp masih tetep penasaran sama buku2 tracy lainnya sih...soalnya idenya sebenernya keren2, termasuk si pearl earring, sayang karakternya agak "meh" yaaa
ReplyDeleteIya bener mba astrid..ide ceritanya bagus..tapi kesannya kurang total di semua bagian..aku jg kok..pengen baca yg lain :)
ReplyDeleteyuk baca bareng lagi yukkk
Udah berbulan-bulan buku ini di to-read list saya, tapi lupa. Kurang greget ya mbak? Kalo dibandingkan dengan The Virgin Blue, bagusan mana?
ReplyDeletesayangnya aku belum baca virgin blue, so gak bisa bandingin. Kalau dibandingin sama bukunya tracy yg unicorn itu sih aku masih milih yang ini :)
Delete