Wednesday, February 22, 2012

Review : The Shack


Ini adalah salah satu novel inspirasional yang unik dan disusun dengan sangat teliti namun sederhana. Dari bagian depan covernya, tulisan yang berbunyi “Tragedi yang menyingkap misteri tentang Tuhan” membuat saya sangat penasaran dengan karya William P. Young ini. Sudah lama saya ingin sekali membaca novel ini dan akhirnya tibalah waktu saya berkenalan dengannya.

Memulai membaca, saya berkenalan dengan keluarga Mack dan Nan. Menyangkut masalah Tuhan, Mack nyaris apatis namun Nan sangat taat. Nan bahkan menyapa Tuhan dengan sapaan “Papa”, sebuah sapaan yang sangat sulit untuk Mack ucapkan. Suatu hari, Mack mengajak ketiga anaknya, Kate, Josh dan Missy untuk berkemah di daerah Danau Wallowa di Oregon bagian timur laut. Tragedi dimulai ketika Kate dan Josh naik perahu dan meninggalkan Missy bersama Mack. Saat perahu yang ditumpangi Kate dan Josh terbalik, Mack serta merta melompat ke danau untuk menolong kedua anaknya, namun ketika ia kembali Missy tidak lagi berada ditempatnya. Tidak ada seorang pun yang melihat Missy. Seorang penjaga hanya secara samar melihat gadis kecil dengan ciri-ciri seperti Missy dalam sebuah truk milik seorang laki-laki. Ketakutan semakin menyelimuti Mack. Semua petugas telah dikerahkan untuk melacak jejak Missy, namun berhari-hari Missy tak pernah ditemukan. Sampai suatu hari, bukti hilangnya Missy ditemukan dalam sebuah gubuk yang jauh terletak dalam hutan. Bukti tersebut hanya berupa baju Missy yang telah berlumuran darah. Missy dinyatakan meninggal tanpa pernah ditemukan. Sejak saat itu hidup Mack berubah. Kesedihan Besar menyelimuti kehidupannya. Ia bahkan menyalahkan Tuhan atas kejadian yang menimpa Missy. Empat tahun berlalu, pada suatu pagi, dalam kotak posnya, Mack menemukan secarik kertas yang berisi pesan sederhana yang memintanya datang ke gubuk tempat bukti kematian Missy ditemukan. Pesan itu ditandatangani oleh Papa. Siapakah Papa ini? Bukankah Papa adalah cara Nan menyapa Tuhan? Lalu apakah Tuhan yang meminta Mack mengunjungi gubuk yang selama ini menjadi mimpi buruknya?

Ketakutan Mack untuk mengunjungi gubuk itu sama besarnya dengan rasa ingin tahunya terhadap sosok Papa yang menjadi penulis pesan, sehingga Mack memutuskan untuk mengunjungi gubuk itu tanpa sepengetahuan Nan. Mack melakukan perjalanan mengendarai mobil yang ia pinjam dari sahabatnya Willie. Ketika sampai di tepi hutan yang menuju gubuk itu, Mack meninggalkan mobilnya dan berjalan memasuki hutan. Disatu sisi ia ingin kembali, namun rasa ingin tahunya terus mendorongnya maju perlahan-lahan. Gubuk yang mulai terlihat membangkitkan Kesedihan Besarnya. Mack mengumpulkan keberanian untuk memasuki gubuk itu. Darah kering milik Missy masih terlihat dan berhasil menguak Kesedihan Besarnya menjadi semacam raungan kekecewaannya. Mack tidak menemukan siapapun dalam gubuk itu sehingga ia langsung beranjak pulang. Namun segala sesuatunya berubah, lingkungan berubah, gubuk berubah, semuanya berubah. Gubuk reyot itu tidak ada lagi dan digantikan dengan sebuah pondok yang masih terawat. Mack seperti membuka sebuah kotak Pandora, ia merasa telah kehilangan akal sehatnya. Namun Mack telah berhadapan dengan tiga orang yang bernama Elousia, Yesus dan Sarayu.

Bisakah anda bayangan reaksi Mack menghadapi tiga pribadi yang biasanya disebut Tritunggal? Jangankan reaksi Mack, reaksi saya sebagai pembaca saja, rasanya sulit diungkapkan : terkejut, kagum, penuh tanda tanya, penasaran, nyaman, semuanya bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, Tritunggal dalam buku ini adalah seorang wanita bertubuh besar dan berperawakan Afrika yang biasa disebut Papa dan bernama Elousia, lalu seorang berkulit timur tengah dan berdarah ibrani yang dikenal dengan nama Yesus, serta seorang gadis kecil berkulit Asia yang sangat menyejukkan dan bernama Sarayu, mungkin orang-orang tertentu bisa menebak siapa Sarayu ini. Mereka bertiga adalah Satu.

Ketika Mack mulai berkenalan dan hidup dengan tiga sosok pribadi ini, disaat yang sama, saya juga berkenalan dengan Mereka. Wow…sangat mempesona penuturan William P. Young tentang mereka bertiga. Saya menunggu-nunggu apa saja yang mereka diskusikan, bagaimana mereka memandang segala sesuatu dan apa yang mereka pikirkan. Banyak nilai-nilai universal yang dimuat dan disajikan dengan luar biasa menarik. Satu hal utama yang saya petik dari perkenalan saya dengan Elousia, Yesus dan Sarayu, yaitu konsep membatasi diri untuk menyatakan cinta dan penghargaan. 

engkau tidak bermain atau mewarnai gambar bersama seorang anak untuk menunjukkan superioritasmu. Alih-alih, engkau memilih untuk membatasi dirimu agar dapat memfasilitasi dan menghargai hubungan itu. Engkau bahkan mengalah untuk menggenapi cinta. Ini bukan tentang menang dan kalah, tetapi tentang cinta dan penghargaan” [hal 160]
Percakapan demi percakapan yang dialami Mack merubah hidupnya. Lalu bagaimana dengan Kesedihan Besarnya? Apa sebenarnya yang sedang dialami Mack? Tentu anda tidak berpikir bahwa ia benar-benar sedang berada di surga bukan? Namun dimanapun Mack berada, ia sedang belajar, dan saya pun belajar bersamanya dalam setiap lembaran yang saya buka hingga saya menemukan lembaran terakhir buku ini. Lalu apa sebenarnya tujuan Mack berada disana? Apa sebenarnya tujuan penulis pesan bernama Papa membawanya ke gubuk tempat mimpi buruknya bermula?

Ada beberapa quote yang saya sukai dalam buku ini, namun kebanyakan sulit untuk dipisahkan dari konteks topik yang sedang dibahas, namun saya mencoba memenggal beberapa quote untuk disajikan dalam tulisan ini.
Dia sangat asyik! Engkau selalu bisa mengandalkannya untuk membuatmu bingung dengan mengajukan satu dua pertanyaan yang tak terduga. Dia suka kejutan. Meskipun mungkin engkau tidak memikirkannya, pemilihan waktunya selalu sempurna” [hal 132]
 “Hidup memerlukan sejumlah waktu dan banyak hubungan” [hal 139]
Hidup tanpa dicintai ibarat mematahkan sayap seekor burung dan merenggut kemampuannya untuk terbang. Bukan itu yang kuinginkan bagimu” [hal 146]
Hubungan selamanya bukan tentang kekuasaan. Dan satu cara untuk menghindari kehendak menguasai adalah dengan memilih untuk membatasi diri sendiri – untuk melayani” [hal 161]
Jangan pernah mengecilkan keajaiban air matamu. Air matamu dapat menjadi air yang menyembuhkan dan sungai sukacita. Kadang-kadang air mata adalah kata-kata terbaik yang dapat diucapkan hati” [hal 360]
Ini adalah kisah perjalanan hati mencari sebuah makna dan menemukan kenyamanan. Mungkin setiap orang memiliki peristiwa uniknya masing-masing, namun semuanya itu membawa manusia pada pengakuan akan sesuatu yang benar-benar diluar kemampuan kita untuk bisa memahaminya. Empat bintang untuk kisah yang menguras ketakutan jiwa dan menguapkannya untuk melegakan hati. Pendapat umum saya tentang buku ini : it’s weird, but in a good way.

--------------------------------
Judul : The Shack
Penulis : William P. Young
Penerbit : Andi
Terbit : November 2009
Tebal : 416 hal
ISBN : 978-979-29-1137-4
---------------------------------

Saturday, January 7, 2012

Reading Challenge 2012 : Name in a book challenge 2012


Satu lagi reading challenge 2012 yang diadain oleh salah satu teman anggota blogger buku Indonesia, Mba Fanda. Di reading challenge ini, setiap pembaca ditantang untuk membaca minimal 6 buku dalam setahun. Lantas apa kriteria buku yang dibaca? Mari kita lihat bersama…ini dia list-nya :

Tantangannya adalah membaca buku-buku fiksi yang mengandung nama orang di judulnya (nama orang lho, bukan hewan). Misalnya saja: Sarah's Key, Iblis & Miss Prym, Harry Potter & the Deathly Hallows.

Ini aturannya: 
  1. Buku harus fiksi, bukan non fiksi (biografi / memoar/ buku rohani).  
  2. Nama yang ada di judul adalah nama seseorang, bukan nama hewan peliharaan, bukan grup/perkumpulan (mis. The Mysterious Benedict Society)
  3. Boleh nama lengkap, boleh nama panggilan, tapi bukan nama sandi (mis. The Day of the Jackal). 
  4. Membaca minimal 6 buku (lebih boleh dong) untuk reading challenge ini, mulai 1 Januari s/d 31 Desember 2012.  
  5. Boleh digabung dengan reading challenge lainnya yang kalian ikuti. 
  6. Judul yang sudah dicantumkan dari awal, boleh diganti dengan yang lain. 
  7. Pasang button Name In A Book Challenge 2012 di blogmu.
Saya sendiri sudah punya beberapa buku yang saya list untuk mengikuti reading challenge ini:
  1. Sepatu Dahlan - Khrisna Pabichara *completed* 
  2. Coraline - Neil Gaiman
  3. Pope Joan - Donna Woolfolk Cross  *completed*
  4. Jane Eyre - Charlotte Bronte *completed*
  5. Clara's Medal - Feby Indirani *completed*
  6. Heidi - Johanna Spyri
Apakah anda berminat menantang diri anda sendiri? Mungkin anda bisa membaca lebih lengkap (Disini).

Reading Challenge 2012 : What's in a name 5



 
Tahun 2011 saya berhasil membaca 46 buku, lebih sedikit dari yang kuharapkan. Karena itu, di tahun 2012 ini, saya ingin berimprovisasi dalam memotivasi diri untuk membaca lebih banyak. Salah satunya adalah dengan mengikuti reading challenge yang disebut “what’s in a name 5” yang dimuat (Disini). Ini challenge pertama yang saya ikuti, tentu saja selain goodreads challenge. Harapannya, semoga tahun ini semakin banyak membaca buku, semakin banyak pengetahuan baru, dan semakin sering menulis. Aminnn….

Btw, ini dia ketentuan reading challenge-nya :
  1. A book with a topographical feature (land formation) in the title: Black Hills, Purgatory Ridge, Emily of Deep Valley (For Me : The Good Earth – Pearl S. Buck or The Pillars of the Earth – Ken Follet)
  2. A book with something you'd see in the sky in the title: Moon Called, Seeing Stars, Cloud Atlas
  3. A book with a creepy crawly in the title: Little Bee, Spider Bones, The Witches of Worm
  4. A book with a type of house in the title: The Glass Castle, The Girl Who Kicked the Hornet's Nest, Ape House (For Me : The Shack – William P. Young)
  5. A book with something you'd carry in your pocket, purse, or backpack in the title: Sarah's Key, The Scarlet Letter, Devlin Diary (For Me : Girl with a Pearl Earring – Tracy Chevalier or Rosetti Letter – Christi Philips)
  6. A book with a something you'd find on a calendar in the title: Day of the Jackal, Elegy for April, Freaky Friday, Year of Magical Thinking (For Me : The Remains of the Day – Kazuo Ishiguro)
The book titles are just suggestions; you can read whatever book you want to fit the category.

Itulah aturan reading challenge-nya dan yang berwarna biru adalah pilihan buku yang ingin saya baca. Sayangnya untuk kategori nomor 2 & 3 belum terpikirkan…any suggestion?? Silahkan tinggalkan komentar untuk membantu saya menemukan buku yang sesuai dengan kategori itu ya.

Monday, January 2, 2012

Review : Clara's Medal



Ledakan fusi adalah ledakan yang dihasilkan dari reaksi bergabungnya inti-inti ringan menjadi inti yang lebih berat. Pada proses ini, inti-inti penyusun inti baru akan melepaskan energy yang sangat besar dan menyebabkan inti barunya mengalami kehilangan massa. Seperti yang terjadi pada matahari, yang menghasilkan energy panas yang dahsyat dan menjadi sumber kehidupan mahluk hidup di muka bumi. [hal 74]

Butuh suhu yang sangat tinggi, kurang lebih 1.108 oC, untuk menciptakan sebuah reaksi fusi. Demikian juga butuh kerja yang sangat keras untuk menggapai sebuah hasil yang telah lama diimpikan. Kisah yang ditulis oleh Feby Indirani (yang melalui buku ini resmi menjadi salah satu penulis Indonesia yang saya sukai) ini akan membuat anda kembali bersemangat menjalani setiap hari dan menggapai setiap mimpi.

Reaksi fusi menjadi analogi terbentuknya sebuah lembaga non-profit yang bernama FUSI (Fisika Untuk Siswa Indonesia) yang didalamnya terdapat siswa siswi terbaik Indonesia dalam bidang fisika. Mereka telah melewati seleksi daerah, seleksi nasional, dan bahkan seleksi masuk FUSI. Tujuannya satu, yakni mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat Olimpiade Fisika Internasional. Clara Wibisono adalah satu-satunya peserta perempuan. Ia mewakili DKI Jakarta. Nama Clara sebenarnya tidak asing lagi ditelinga para peserta lain, karena ayahnya, Bram Wibisoni, adalah salah satu pendiri FUSI. Pujian dan cibiran pun tak terelakkan darinya. Ada yang bahkan menganggap ayahnya memudahkan jalannya masuk ke FUSI, namun hal itu tidak mengendorkan semangat Clara.

Memasuki asrama yang akan ditempatinya selama 4,5 bulan bersama 15 peserta lain yang notebene semuanya pria membuatnya sangat kebingungan. Ia belum pernah berada dalam kondisi seperti ini. Namun, ketika bertemu dan berkenalan dengan setiap peserta, kecanggungannya mulai luntur, ia mulai merasa asyik walaupun ia tahu akan selalu menjadi bulan-bulanan karena ia perempuan satu-satunya. Keenam belas peserta itu antara lain : Clara (Jakarta), Meddy (Ambon), George (Papua), Khrisna (Malang), Arief (Pamekasan, Madura), Dimas (Boyolali), Angga (Jakarta), Made (Bali), Bagas (Bali), Sandy (Bukit Tinggi), Erik (Medan), Irvan (Pangkalan Bun), Bambang (Tulungagung), Reno (Manado), Robby (Bandung), Alam (saya lupa).

Membaca kisah ini, akan membawa kita menemukan berbagai pelajaran-pelajaran fisika zaman sekolah yang disampaikan dengan metode yang luar biasa sederhana dan asyik. Sampai-sampai saya menyesali mengapa dimasa saya sekolah dulu, saya malah disuruh menghapalkan rumus-rumus fisika tanpa eksperimen yang membuat saya serta merta tidak menyukai mata pelajaran itu. Seperti salah satu contoh pembelajaran yang ditawarkan oleh ayah Clara didepan para siswa SMP; Pertunjukkan meniup balon hingga mengembang maksimal dan meminta seorang siswi untuk menusukkan tusuk sate menembus balon tersebut. Apa yang anda harapkan dengan pertunjukkan tersebut? Awalnya saya sebagai pembaca berpikir balon itu pasti pecah, namun ternyata ada cara untuk membuatnya tidak pecah bahkan ketika tusuk sate itu menembus sisi lain dari balon tersebut. Contoh seperti itu jika terus diterapkan di ruang kelas, niscaya fisika tidak akan menjadi momok yang menakutkan untuk para pelajar.

Feby Indirani melukiskan kehidupan para siswa-siswi terpilih dalam asrama FUSI, ia memperlihatkan daya juang setiap orang, mengurai persahabatan, mengungkap setiap karakter, dan menyuguhkan kisah-kisah dibalik setiap peserta yang pastinya menyentuh hati, alasan-alasan mengapa mereka berjuang untuk tetap berada di FUSI. Semuanya itu membuat buku ini bukan hanya menjadi sebuah buku yang menggurui secara teori namun memasukkan semua teori itu kedalam sebuah contoh nyata kehidupan yang butuh perjuangan. Seperti kisah salah satu peserta, Meddy, asal ambon yang berhasil selamat dari kobaran api yang melahap rumahnya saat kerusuhan Ambon tahun 1999. Ia selamat karena kakaknya membantunya dengan mengorbankan dirinya sendiri. Ini mungkin adalah cerita fiksi, tetapi saya tahu bahwa keadaan itu bukanlah fiksi bagi masyarakat ambon dan menurut saya Feby berhasil merangkai kisahnya dengan sangat baik.

Lewat kisah fiksi ini juga, pembaca akan diajak untuk memperoleh berbagai pengetahuan baru yang juga menambah wawasan. Contohnya tentang sebuah api alam yang tidak pernah padam di daerah Madura. Atau bahwa pada 17 Februari 1674, Ambon pernah dilanda sebuah gempa yang menewaskan 2322 orang. Lewat kisah ini pun saya mengenal seorang tokoh naturalis buta asal jerman yang bernama Georg Eberhard Rump atau Rumphius yang datang, menikah dan menetap di Ambon lalu memulai penelitiannya, dan terus melanjutkannya bahkan setelah gempa 1674 merenggut semua keluarganya dan peristiwa kebakaran hebat di ambon, 11 Januari 1687, menghabiskan semua dokumen-dokumen penelitiannya.
Adalah Rumphius yang bekerja luar biasa di Ambon meneliti semua tumbuhan dan fauna serta kerang-kerang di laut dan menemukan sistem penamaan binomial serta sistematika biologi lebih dari 50 tahun sebelum Carolus Linnaeus mengeluarkan sistematika binomialnya (Systema Naturae) pada tahun 1740. Sayang, mahakarya Rumphius tak tersiar ke dunia ilmu pengetahuan saat itu karena sebuah intrik. Kalau bisa tersiar, maka Ambon akan dikenang sebagai lokasi tipe systema naturae. Sama halnya dengan intrik antara Charles Lyell dan Charles Darwin agar artikel Halmahera Wallace tak menjadi dasar teori evolusi. Kalau saja Halmahera dan Ambon sempat mengemuka, Indonesia akan selalu dikenang dalam teori evolusi dan systema naturae lebih daripada Galapagos. Sebuah bukti buat kita semua bahwa di dalam ilmu pengetahuan pun ada intrik juga. (diambil dari http://tinyurl.com/6pc4em5).
Kisah Clara’s Medal membuat saya tertawa dan kagum pada saat yang bersamaan. Ke-iseng-an para peserta di dalam asrama yang menggelitik atau upaya mereka mengatasi beban berat yang mereka pikul ditambah lagi dengan adanya masalah pendanaan membuat novel ini istimewa. Walaupun ada beberapa typo dan jujur saya tidak suka dengan pilihan covernya, namun secara keseluruhan saya puas dengan Clara’s Medal. Bintang 4 untuk bacaan pertama saya ditahun 2012 yang sekaligus membuat saya sangat bersemangat untuk kembali mengevaluasi kemampuan saya, meningkatkannya, dan berjuang meraih mimpi.

--------------------------
Judul : Clara’s Medal
Penulis : Feby Indirani
Penerbit : Qanita
Terbit : September 2011
Tebal : 484 hal
ISBN : 9786029225044
--------------------------

Saturday, December 31, 2011

Review : Ransom My Heart


Apakah anda ingat tokoh Robin Hood? Tokoh dalam cerita rakyat inggris yang mencuri dari orang kaya untuk membantu rakyat miskin? Nah…anda akan menjumpai sosok Robin Hood dalam diri seorang gadis muda dalam kisah ini.


Finnula Crais hidup bersama keluarganya di Shropshire, sebuah tempat di daerah inggris. Ia memiliki lima kakak perempuan dan satu kakak laki-laki bernama Robert yang sangat menyayanginya. Ia sangat berbeda dari saudari-saudarinya. Jika kelima saudarinya menggunakan gaun ala wanita inggris, ia justru menggunakan celana seperti pria. Menurut Finn, celana adalah pakaian yang tepat untuk memudahkannya berkuda. Finn adalah seorang pemanah terbaik di daerahnya, ia telah memegang busur sejak kecil sehingga berburu adalah kegiatan yang paling disukainya. Ia mengenal semua jalan-jalan dan tempat di dalam hutan yang bahkan jarang dikunjungi oleh penduduk lainnya.

Hampir semua saudarinya telah menikah. Finn pernah menikah, namun langsung menyandang status janda karena suaminya meninggal bahkan sebelum mereka memiliki malam pertama. Kebetulan sekali Finnula tidak mencintai pria itu, sehingga hal itu justru membuatnya bebas kembali. Suatu hari, salah satu kakaknya, Mellana, hamil diluar nikah. Pria yang menghamilinya adalah seorang penyair. Di masa itu, menikahi seorang penyair bukan pilihan yang disarankan, karena pekerjaan itu dianggap tidak mampu menghidupi sebuah keluarga. Dihadapkan pada keadaan seperti itu, Mellana meminta Finn untuk mencari orang asing kaya yang melewati hutan, menyandra orang asing itu, dan meminta tebusan uang kepada keluarganya. Dengan begitu, Mellana akan punya cukup uang walaupun harus menikahi seorang penyair. Dengan niat membantu kakaknya, Finn memulai perjalanannya.

Di sebuah tempat yang jauh dari rumahnya, ia menjumpai dua orang asing yang menurutnya kaya. Dua pria ini adalah ksatria yang baru saja kembali dari Holy Land. Mereka adalah Lord Hugo Fitzstephen dan asistennya Peter. Melihat peluang ini, Finn memulai rencananya. Lord Hugo yang melihat keanehan seorang gadis cantik dalam balutan celana pria pun mulai tertarik mengenal Finn, sayangnya pertemuan pertama mereka di sebuah kedai minum tidak berlangsung lama, karena Finn langsung menghilang. Hingga di tengah hutan, Finn mencegat kedua orang asing ini dengan skenario yang telah disusunya. Menyadari dirinya menjadi tawanan gadis yang sejak awal bertemu, telah menyita perhatian Hugo, Hugo pun diam saja, ia bahkan menyuruh Peter kembali dan meminta uang tebusan kepada keluarganya. Namun, Hugo tidak memberitahukan nama aslinya kepada Finnula. Hugo semakin tertarik kepada Finnula karena melihat sikapnya yang unik dan berbeda dari semua wanita yang pernah ditidurinya. Sementara perlakuan Hugo terhadap Finnula, membuat gadis tomboy ini merasakan hal baru yang belum pernah dikenalnya. Apalagi setelah Hugo mencoba menciumnya dan Finnula bahkan tak kuasa untuk menolak berada dalam pelukan Hugo. Lalu bagaimana dengan scenario penculikannya?

Perjalanan Hugo dan Finnula membawa banyak perubahan sejak awal mereka bertemu. Walaupun tidak mengenal siapa Hugo sebenarnya, Finnula jelas-jelas telah jatuh cinta dengan pria asing itu. Sementara Hugo yang semakin terobsesi dengan Finnula, mulai meyakinkan dirinya harus memiliki gadis itu. Namun, setelah mengetahui identitas Hugo yang asli, Finnula malah menjadi histeris. Hugo tidak mengerti apa yang membuat Finnula bersikap seperti itu. Lantas Siapa Hugo sebenarnya? Apa hubungan Hugo atau masa lalu Hugo dengan Finnula?

Untuk tahun 2011, ini adalah novel romance dewasa pertama yang saya baca. Entah kenapa saya mengambilnya dari rak gramedia, sesuatu dalam sinopsisnya menarik rasa ingin tahu saya. Ransom my heart ditulis dengan cara yang indah. Novel ini memuat konten dewasa yang juga disampaikan dengan indah. Setelah membaca novel ini, saya berpikir bahwa bagaimanapun juga romance selalu memiliki tempat tersendiri di hati wanita, bahkan di hati mereka yang berpenampilan tomboy. Selain itu, novel ini juga pasti membuat para wanita melambungkan hayalan tinggi keangkasa karena Hugo bisa dikatakan seorang lelaki impian, namun jangan lupa bahwa menjadi Finnula pun tidak mudah. Finnula dicintai hampir seluruh penduduk desa karena kebaikannya yang luar biasa. Satu hal dari novel ini yang tidak saya pahami adalah pernyatan historical romance dicovernya. Menurut saya, novel ini sama sekali tidak menyinggung suatu kondisi dimasa tertentu dengan porsi yang cukup untuk dikategorikan sebagai historical romance. Dari segi terbitan, buku ini memiliki beberapa  typo. Covernya sederhana dan justru lebih cocok dengan kisah didalamnya ketimbang dengan genre historical romance-nya. Bisa dibilang Ransom my Heart adalah tipikal novel romance dewasa dengan penyampaian sopan dan indah. Bintang 4 untuk Meg Cabot yang menyajikan hasil tulisan putri Genovia, Mia Thermopolis, dengan menawan.

--------------------------------------------------------
Judul : Ransom My Heart (Sang Penawan Hati)
Penulis : Meg Cabot
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 22 Desember 2011
Tebal : 536
ISBN : 9789792277876
--------------------------------------------------------

Thursday, December 22, 2011

[Review] Love Bites : Twilight Saga's Companion


The Idea
Saya tidak pernah selesai membaca buku pertama dari serial twilight saga, karena itu saya memutuskan untuk tidak lanjut membaca semua bukunya. Saya menyukai kisah cinta segitiga vampire-manusia-werewolf ini, namun saya lebih suka menikmatinya lewat serial film. Stephanie Meyer memiliki imajinasi yang luar biasa ketika menciptakan kisah ini, namun tahukah anda darimana ia memperoleh ide dasar cerita? Menurut Meyer, ia memimpikannya. Ia bermimpi tentang seorang gadis dalam pelukan seorang laki-laki muda yang sangat tampan. Ia merasa ada keterkaitan yang sangat kuat diantara keduanya dan dalam mimpi itu Meyer tahu bahwa laki-laki tampan itu adalah seorang vampir. Meyer berusia 20 tahun saat itu, ia bermimpi, lalu lahirlah twilight saga. Diawal penulisannya, Meyer sendiri tidak yakin bagaimana alur kisah yang akan diciptakan oleh imajinasinya. Anda pernah mendengar nama Jane Austen? Emily Bronte? Atau  William Shakespeare? Tentu saja itu bukan nama-nama asing di dunia sastra. Siapa yang tidak mengenal karya-karya mereka? Kisah-kisah mereka menginspirasi banyak penulis lainnya. Terinspirasi karya-karya penulis sastra klasik itu, Meyer mulai merajut kisah Edward dan Bella.

The Inspiration
Kisah hubungan Mr.Darcy & Elizabeth Bennet yang tampak mustahil dari Pride & Prejudice, namun bisa jatuh cinta dan saling memahami adalah inti yang digunakan oleh Meyer di dalam Twilight. Lalu karya Shakespeare juga hadir lewat Romeo & Juliet yang mempengaruhi penulisan New Moon. Romeo & Juliet serta New Moon sama-sama menggambarkan sebuah penderitaan yang muncul ketika seorang kekasih meninggalkan pasangannya. Seperti Romeo & Juliet yang tidak sanggup saling berpisah, demikian juga penderitaan Edward-Bella yang digambarkan oleh Meyer di dalam New Moon. Selanjutnya Meyer kembali melirik sastra klasik lainnya, Wuthering Heights, yang menjadi inspirasi baginya dalam menulis Eclipse. Ia menggambarkan sebuah kisah cinta yang berapi-api, kisah cinta yang juga menampilkan sosok orang ketiga. Untung saja Meyer tidak menampilkan kebencian yang sangat gelap seperti yang terdapat dalam Wuthering Heights. Dan seperti halnya Wuthering Heights yang mendapat sambutan luar biasa dari seluruh penjuru dunia, demikian juga Eclipse mendobrak keluar dan digandrungi oleh jutaan penggemar.

The Adaptation
Membaca judul buku ini, Love Bites: The Twilight Saga’s Companion, membuat saya tidak menyangka bahwa buku ini sebagian besar membahas tentang proses adaptasi Twilight Saga menjadi sebuah film. Walaupun saya berharap Liv Spencer lebih banyak membahas serial buku twilight saga, namun saya menikmati penuturan Spencer tentang proses adaptasi. Meyer telah menolak beberapa tawaran untuk adaptasi twilight sebelum dirinya menerima tawaran dari summit entertainment. Menurut Meyer, ia menolak tawaran itu karena mereka ingin menciptakan twilight dengan wajah yang berbeda di layar lebar, dan Meyer tidak menyukai ide itu. Buku ini memperlihatkan bagaimana semangat dari tim twilight saga mengumpulkan para tokoh, mencari mereka diantara sekian banyak peminat, memberitahu apa sebenarnya yang mereka cari dalam diri seorang aktor/aktris untuk sebuah peran. Catherine Hardwicke yang menjadi sutradara dalam twilight juga sangat berperan dalam menyeleksi setiap tokoh untuk peran masing-masing. Sedangkan Melissa Rosenberg mendapat peran menerjemahkan karya fiksi ke naskah film. Baik Hardwick maupun Rosenberg memiliki visi yang sama dengan Meyer, mereka ingin membuat film ini sukses, mereka ingin menyuguhkan sebuah tampilan visual yang tidak mengecewakan bagi semua penggila serial fiksi twilight di seluruh penjuru dunia.

Selain proses adapatasi ke format film, Liv Spencer juga memperkenalkan tokoh-tokoh yang kita jumpai dalam serial movie twilight saga. Anda penasaran dengan Edward (Robert Pattinson), Bella (Kristen Stewart) atau Jacob (Taylor Lautner), silahkan membaca lebih lanjut buku ini, saya jamin anda akan menemukan banyak hal, karena Liv Spencer membahas beberapa perjalanan setiap aktor/aktris sebelum dan setelah bergabung dalam twilight. Bukan hanya ketiga pemeran utama itu, namun masih ada keluarga Cullen lainnya, para serigala, teman-teman sekolah Bella dan juga penduduk forks serta para vampir antagonis.

Satu hal yang mempengaruhi saya setelah membaca buku ini adalah saya ingin membaca semua serial fiksi twilight sampai selesai. Tiga bintang saya berikan untuk buku ini yang memberi saya pengetahuan baru tentang dunia dimana Edward-Bella-Jacob mengukir kisah lewat sang penulis brilian Stephanie Meyer.

Buku ini minim typo dan saya agak terkejut melihat Atria memilih cover untuk buku ini. Hmmm..salah satu buku Atria yang memiliki cover dengan tema dewasa. 

-------------------------------------------------------------
Judul : Love Bites: The Twilight Saga’s Companion
Penulis : Liv Spencer
Penerbit : Atria
Terbit : November 2011
Tebal : 361 hal
ISBN : 9789790243743
-------------------------------------------------------------

Wednesday, December 14, 2011

Review : Where She Went


Walaupun saya selalu bilang novel seperti ini bukan genre yang saya sukai, namun Gayle Forman berhasil membuat saya tekun membaca kedua novelnya. Pertama “If I Stay”, dan yang kedua novel ini. Dan YA…saya pun menyukai novel ini seperti saya menyukai “If I Stay”,, bahkan saya justru lebih menyukai yang satu ini. Bahkan setelah membaca novel ini, saya merasa lengkap dalam memahami kisah Mia dan Adam. Istimewanya lagi, “Where She Went”, diceritakan dengan sudut pandang Adam. Nah…anda akan menemukan sosok yang akan mampu membuat para gadis jatuh cinta dengan sikap dan pemikirannya yang dituangkan lewat kisah ini. Mari menyimak sedikit kisahnya.

Kecelakaan yang merenggut seluruh keluarga Mia membuat hidup Mia tidak pernah sama lagi. Ia terbaring koma beberapa hari. Banyak hal yang disaksikan Mia ketika sedang koma, semua itu adalah sebuah metafisik yang sulit untuk dijelaskan. Cinta Adam telah membawa Mia kembali dari kondisi koma. Mia telah memilih untuk bangun dan melanjutkan hidupnya. Semua orang mencemaskan bagaimana ia akan pulih, namun musik sekali lagi mengalir masuk kedalam darahnya dan memberikannya kekuatan luar biasa untuk kembali mengambil cello dan menciptakan nada-nada indah yang sekaligus menjadi stimulus kepulihannya. Dokter pun tercengang melihat bagaimana musik berhasil menjadi tabib yang manjur untuk Mia. Adam terus menemaninya, menjaganya dan terus mencemaskan dirinya. Lalu suatu hari Mia memutuskan untuk berangkat ke New York, tempat dimana Julliard telah menunggunya. Mia telah diterima untuk melanjutkan studinya di Julliard, tempat para Einstein Musik berkumpul dan berkarya. Mia meninggalkan kakek dan neneknya, meninggalkan Oregon, dan juga meninggalkan Adam.

Kepergian Mia adalah suatu pukulan telak bagi Adam. Sulit mengekspresikan hal ini lewat tulisan, namun Adam mencintai Mia dengan seluruh jiwanya, sehingga kepergian Mia sangat sulit diterimanya. Anda harus membaca sendiri agar bisa memahami hal ini lebih baik. Adam meringkuk bagai anak kecil di rumah orang tuanya, meninggalkan band-nya, Shooting Star. Ia bingung mengapa Mia pergi dan memutuskan semuanya tanpa penjelasan. Hmmm…layaknya seorang musisi, Adam mencurahkan kemarahan, kebingungan, harapannya lewat lirik-lirik dan melodi yang mulai ditulisnya ketika ia meringkuk di kamar masa kecilnya. Puluhan lagu berhasil diciptakannya, dan ketika ia kembali kepada bandnya, ia membuat Shooting Star meroket dengan lagu-lagu ciptaannya. Semua orang mengenalnya, semua orang kini memujanya, ia bahkan hidup bersama seorang bintang film yang sangat cantik dan dipuja semua orang. Tiga tahun telah berlalu sejak perpisahannya dengan Mia. Adam adalah seorang bintang rock terkenal dan Mia adalah seorang Cellis yang dipuja dikalangannya. Namun, apakah Adam bahagia? Apakah Mia telah melupakannya? Apakah Adam pun telah berhasil melupakan Mia?

Disebuah konser tunggal Mia Hall, Adam memberanikan diri menontonnya dari kejauhan. Entah mengapa intuisi menuntunnya untuk membeli karcis masuk dan menikmati permainan cello Mia yang telah lama tidak disaksikannya. Setelah tiga tahun berlalu, malam itu Adam berhasil melihat Mia. Itu sudah cukup baginya. Namun setelah konser selesai, seorang petugas memanggil namanya dan berkata bahwa Mia Hall ingin bertemu dengannya. Pertemuan setelah tiga tahun. Bagaimana Mia tahu Adam menonton konsernya? Apakah Adam akan menemuinya? Jika Ya…lalu apa yang akan terjadi dengan kisah mereka?

Saya gregetan dengan cara Forman membagi kisah dalam novel ini. Kadang Forman membicarakan Adam dan Mia, lalu saat saya sebagai pembaca ingin mengetahui kelanjutan apa yang dilakukan merka, ehhh..Forman memotongnya dengan kisah masa lalu, lagi-lagi membuat saya harus menunggu untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Mia dan Adam. Adam berhasil mengirimkan perasaannya kepada pembaca. Sehingga menurut saya, Forman lebih berhasil menyelami perasaan Adam dengan sudut pandang ini ketimbang sudut pandang Mia pada buku yang pertama. Banyak hal yang ternyata harus menunggu begitu lama untuk bisa dimengerti. Namun, terkadang hal itu membuat sesuatu menjadi sangat berharga dan membuat seseorang melalui perjalanan panjang yang membuatnya belajar dan siap untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar dimasa depan. Entah disengaja ataupun tidak, lewat kisah ini, Forman memperlihatkan bahwa seorang wanita mampu menanggung penderitaan dan peperangan batinnya dengan lebih baik. Namun, Forman juga memberi semacam mimpi kepada para wanita bahwa mungkin diluar sana ada lelaki impian seperti Adam. Karena kisah di buku kedua ini ditulis dari sudut pandang adam, sehingga seruan hati adam benar-benar membuatnya sangat menawan ketika saya membayangkannya.

Kisah Where She Went tetap berbau kasih sayang keluarga, namun lebih banyak menitikberatkan pada kisah asmara Adam dan Mia. Keluarga bisa menjadi kekuatan besar untuk kita, entah mereka bersama dengan kita ataupun tidak, namun satu hal yang pasti bahwa cinta mereka selalu bersama kita dimanapun kita berada. Bintang 4 untuk “Where She Went” yang menghanyutkan.

------------------------------------------
Judul : Where She Went
Penulis : Gayle Forman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : April 2011
Tebal : 240 hal
ISBN : 9789792276503
-------------------------------------------