Thursday, August 29, 2013

[Review] Winter Dreams by Maggie Tiojakin


Judul: Winder Dreams (Perjalanan Semusim Ilusi)
Penulis: Maggie Tiojakin
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2010
Tebal: 291 hal
ISBN: 978-979-22-7812-5

Nicky F. Rompa tinggal bersama ayahnya setelah perpisahan kedua orang tuanya. Tindak kekerasan sang ayah yang membuat ibu dan adiknya meninggalkan rumah pun tak terhindarkan darinya. Ibunya mengusulkan agar ia tinggal sementara bersama Tante Riesma, kerabat jauh ibunya di Boston. Walaupun pada awalnya Nicky menolak, namun sebuah peristiwa akhirnya membuatnya mengambil keputusan itu. Tak tahu akan menjadi apa, Nicky pun menjejakkan kaki di Negeri orang. Keluarga Tante Riesma menjadi rumah baru untuk Nicky. Melalui Leah, anak perempuan Tante Riesma, Nicky mulai mengenal kehidupan Amerika, mengenal teman-teman baru, seorang gadis yang lantas menjadi pacarnya dan memasuki romantisme kota yang memiliki ritme cukup lambat itu. Namun hidup terkadang tidak berjalan semulus yang kita kira, begitu pun bagi Nicky. Sebuah kejadian tak menyenangkan mengusirnya dari rumah satu-satunya kerabat yang dikenalnya, membawanya ke jalanan, tinggal di rumah pacarnya, kehilangan jaminan untuk visa dan akhirnya menjadi imigran gelap yang terus gonta ganti pekerjaan.


Kisah ini sepertinya tidak memiliki sebuah konflik utama, namun tidak bisa dibilang tidak punya konflik sama sekali. Konflik yang dialami Nicky akan bisa relate dengan konflik setiap orang, karena ini adalah sebuah cerita perjalanan. Perjalanan tidak selamanya harus berpindah-pindah tempat, menelusuri pencarian jati diri seorang manusia pun menjadi perjalanan yang mengalir dengan letupan-letupan kecil. Letupan-letupan ini membuat setiap orang bisa menilai sesuatu atau bahkan berubah menjadi orang yang berbeda. Seperti kata Nicky, Amerika membuat setiap orang yang datang tak memiliki pencapaian atau kegagalan. Mereka harus membangun semuanya dari awal tak peduli seberapa tinggi kualitas pendidikanmu. Perjalanan Nicky di Amerika membawanya bertemu dengan berbagai karakter unik dari berbagai negara. Hal ini pun menunjukkan betapa multikulturalnya Amerika.

Tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan buku ini, mengalir dengan nyaman dibaca. Kadang-kadang aku berhenti untuk membuat beberapa catatan, 
“will i ever be happy?”
“That is up to you” 
 Pertanyaan yang mungkin ingin sekali diajukan oleh setiap orang dan Maggie menjawabnya melalui seorang peramal yang ditemui Nicky dalam keputusasaannya. Maggie menggambarkan karakter Nicky sebagai seorang pria yang tidak punya arah, tanpa ambisi dan dalam pelarian. Nicky seakan-akan melenceng dari jalurnya dan butuh banyak dorongan untuk ia mulai pelan-pelan mencoba kembali ke relnya. Maggie membidik satu momen dalam hidup seseorang ketika menentukan hidupnya sendiri, sukses atau gagal, bahagia atau menderita, memiliki cinta atau harus rela melepaskannya. Hal lain yang aku suka karena Maggie berbicara tentang menjadi seorang penulis. Buku ini, untuk semua orang yang punya mimpi menjadi seorang penulis akan sangat bermakna.

Aku mengutip banyak hal dari buku ini yang kusukai,

“There are things in here (heart) you don’t want anyone to see” (hal 127)

“Penulis fiksi tidak pernah bisa menyimpan rahasia...untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, seorang penulis harus membuka dirinya – seluas dan sedalam mungkin – untuk dicela, dicemooh dan dilihat orang. Ini resiko profesi. Fiksi adalah bentuk tulisan paling jujur yang akan pernah kau temui. Imajinasi adalah manifestasi pikiran, iman, serta ketakutan. Tiga hal yang membentuk pribadi manusia. Tanpa imajinasi, kita – penulis – tidak punya apa-apa” (hal 128)

Life has a sense of humour and sometimes God makes up for it by working in mysterious ways” (hal 141)

“Profesi ini bisa membuatmu gila. Kau mungkin harus menulis selama bertahun-tahun sebelum karyamu dianggap layak untuk diterbitkan. Mungkin karyamu takkan pernah dianggap layak oleh masyarakat, aku tak tahu. Tapi kau harus terus mencoba. Jangan cari ketenaran. Jangan cari pembenaran. Jangan cari apa-apa kecuali kepuasan diri. Do the best that you can. Be as honest as you can. Dan terus asah kemampuanmu. Tidak ada yang instan tentang profesi ini. You have to earn it the hard way.” (hal 232)

Selain itu buku ini mungkin dapat sedikit memuaskan rasa ingin tahu orang-orang tentang hidup di Amerika atau lebih tepatnya berjuang untuk survive di Amerika. Menjalin hubungan yang baik dengan teman atau kenalan lainnya akan sangat berharga dimanapun. Anyway,  kelas Creative Writing adalah salah satu bagian yang aku suka dalam buku ini, tidak banyak porsi untuk itu tapi menjadi sebuah titik yang bermanfaat.  

Well, this is about find your right place in the world. God prepare you with talent but it means nothing unless you have the courage to fight for it..remember He working in mysterious ways. Maggie pun menjadi penulis favorit saya.

7 comments:

  1. Kalau baca reviewnya, mestinya buku ini banyak juga berisi pergulatan batin tokohnya ya? hidup dan berjuang sendirian di negeri orang kan perlu keberanian besar ya.
    mudah - mudahan sang tokoh bisa menyelesaikannya dengan baik ya. siip mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul skali mas..pergulatan batin untuk maju, tetap ditempat, atau mundur. emang butuh keberanian besar untuk ambil resiko dan mengikuti kata hatinya :)

      Delete
  2. aku juga suka buku ini si, sederhana tapi banyak makna ya. dan suka banget sama settingnya, keliatan banget kalo maggie bener2 mengenal kota boston dan perasaan sebagai pendatang di sana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya settingnya itu bikin gw merasa lagi menatap langsung kota boston..jelas banget :) tapi kayaknya maggie emang pernah tinggal lama disana yaakk

      Delete
  3. asyik kayaknya keren...mau baca ah, kemarin pinjem di perpusda

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang keren mastez..simple tapi dalam gitu #apaseehh

      Delete
  4. “Life has a sense of humour and sometimes God makes up for it by working in mysterious ways” (hal 141)

    suka nih :)

    ReplyDelete