Monday, March 18, 2013

[Review] The Three Musketeers by Alexandre Dumas

Title: Trio Musketri / The Three Musketeers
Author: Alexandre Dumas
Publisher: Serambi
Published: Januari 2010
Pages: 537p
ISBN: 978-979-024-180-0

Kisah ini dimulai dengan menceritakan seorang pemuda gascon bernama D’Artagnan yang meninggalkan rumahnya dan menempuh perjalanan menuju Paris dengan tujuan menjadi Musketri. Musketri di Perancis adalah satuan pengawal Raja yang dibentuk pada tahun 1622 dibawah kepemimpinan Louis XIII. Mereka bertugas sebagai pengawal Raja ketika berada di luar Istana. D’Artagnan membawa surat pengantar dari ayahnya kepada Monsieur D’Treville untuk mempermudah dirinya bergabung dengan Musketri, namun alih-alih berhasil menyerahkan suratnya, D’Artagnan justru kehilangan suratnya ditengah perjalanan karena terlibat percekcokan dengan seorang laki-laki misterius. Baru saja terlepas dari masalah yang satu, ia kembali terlibat masalah lainnya. Kali ini ia harus berduel dengan tiga orang laki-laki dalam waktu hampir bersamaan. Namun duel tersebut batal dan D’Artagnan justru mendapatkan tiga sahabat baru yang dikenalnya sebagai Trio Musketri, Athos, Porthos, dan Aramis. 


Petualangan D’Artagnan tidak berhenti sampai disitu, Alexandre Dumas kembali meramu petualangan, mengungkap intrik dan membumbui sejarah Perancis menjadi suatu karya yang telah berkali-kali ditampilkan dalam layar lebar sampai masa kini. Trio Musketri tidak lekang oleh waktu. Anehnya, judul Trio Musketri yang mengacu kepada Athos-Porthos-Aramis, justru didominasi oleh petualangan D’Artagnan sebagai tokoh utama. D’Artagnan yang digambarkan sebagai anak muda yang kecerdasannya melebihi ketiga muskteri itu, menyeret ketiga sahabatnya dalam intrik politik yang melibatkan Raja, Ratu, Kardinal Richelieu dari sisi Perancis dengan Duke of Buckingham dari sisi Inggris. Intrik politik, ambisi dan kisah cinta menyeret keempat sahabat dalam peristiwa-peristiwa yang acap kali menjadikan nyawa mereka sebagai harta satu-satunya yang tersisa dan sulit untuk dipertahankan.



Kardinal yang berambisi untuk menguasai Perancis, menghasut raja dan memanfaatkan skandal yang terjadi antara Ratu dan Duke of Buckingham untuk mencapai keinginannya. Untuk menutupi skandal tersebut, Ratu meminta orang kepercayaannya Madame Bonacieux untuk membantunya menangani rahasia tersebut. Rahasia itu mempertemukan Madame Bonacieux dengan D’Artagnan yang langsung jatuh cinta kepadanya dan rela melakukan apa saja untuknya. Dimulai dengan satu wanita dan berlanjut ke wanita lainnya, D’Artagnan bertemu dengan seorang perempuan licik kaki tangan Kardinal bernama Milady. Milady telah  mengetahui peran D’Artagnan dalam membantu Ratu sehingga ia merencanakan balas dendam kepada Pria itu, namun sayangnya D’Artagnan bukanlah orang bodoh yang mudah dikelabui. Ia menyusun rencananya, berdiskusi dengan ketiga sahabatnya, terutama Athos yang akhirnya berujung pada masa lalu Milady dan Athos yang saling terkait. Bagaimana nasib D’Artagnan dan ketiga Musketri? Apa intrik politik yang menyeret mereka? 


Wow..terlalu banyak kejutan dan lelucon dalam kisah ini yang membuat buku ini sangat nikmat dan sulit diletakkan sampai dengan halaman terakhir. Alexander Dumas sekali lagi memukau saya dengan karakter heroik yang cerdas, suka bertindak seenaknya, brutal namun memiliki gaya khas Paris, indah dan anggun. Gaya Dumas yang satu itu, pertama kali saya temukan dalam karakter Count of Monte Cristo dan kedua dalam buku ini.


Beberapa karakter yang ditempatkan Dumas dalam buku ini, bisa ditemukan dalam sejarah Perancis. Tokoh seperti Raja Louis XIII, Kardinal Richelieu, Ratu Anne, Duke of Buckingham, dan Madame de Chevreuse merupakan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Perancis sekitar abad ke-17. Beberapa sumber justru menyatakan bahwa beberapa dari mereka, justru memiliki karakter dan plot seperti yang digambarkan oleh Dumas. Hal ini membuat Dumas menerima banyak pujian dalam hal penulisan fiksi historis. Dari seluruh karakter dalam buku, Athos adalah tokoh favorit saya. Dia tidak banyak bicara, cerdas, sabar dan memiliki ketenangan yang bisa menggentarkan musuhnya. Namun, Athos bukan satu-satunya pria dengan kelebihan menarik. Aramis disisi lain menunjukkan kehebatannya meramu fakta dalam surat menjadi kalimat sederhana dengan teka-teki tanpa mengungkap fakta tersebut.


Serambi menyediakan buku terjemahan ini dengan tata bahasa yang mengalir dan mudah dipahami. Plot cerita yang mengalir dengan cepat membantu saya tetap bertahan sampai halaman terkahir tanpa rasa bosan. Apalagi ada bagian-bagian kisah petualangan ketiga musketri dan D’Artagnan yang lucu namun mendebarkan. Saat mereka sarapan di benteng pertahanan St Gervais adalah salah satu bagian yang paling saya sukai, walaupun rasanya agak berlebihan kehebatan yang digambarkan oleh Dumas, sepertinya keempat sahabat seperti memiliki selusin nyawa yang tak pernah habis. Nasib D’Artagnan sendiri rasanya terlalu aman, selalu berhasil lolos dari cengkeraman niat jahat musuhnya, sukses menjalankan misinya, mungkin itu adalah hal-hal yang membuat saya merasa cukup bosan. Saya sampai berpikir, apakah sedemikian mudahnya pemuda yang berasal dari kampung mendaki ke puncak karirnya? Apakah ada isitilah yang bisa digunakan untuk menggambarkan novel dengan ulasan yang selalu menggambarkan tokoh utamanya dalam situasi hebat? Jika ada, istilah itu mungkin cocok untuk buku ini. Tiga bintang untuk petualangan D’Artagnan dan ketiga musketri yang dibungkus dalam sejarah Perancis yang berbahaya dan elok ini. 


Summary


The Story begins with a young man named D’Artagnan, who left his home town and traveled to Paris to seek his fortune to become a Musketeer, King’s guard. D’Artagnan took a letter of introduction from his father to convince Monsieur D’Treville, captain of the Musketeers. But instead of manage to submit the letter, D’Artagnan lost it in the middle of his trip. Running from one problem, another problem comes when he arrives in Paris. This time, he must duel with three men in the same time. But the duel was cancelled because of Cardinal’s guard and luckily he got three new friends known as Three Musketeers, Athos-Porthos-Aramis.


Oddly, the book title which refers to Athos-Porthos-Aramis as the Three Musketeers is dominated by the adventures of D’Artagnan as the main character. They were dragged into political intrigue involving the King, Queen, Cardinal Richelieu of France with the Duke of Buckingham of the UK. 


Nowadays, this book may not grab more attention, but believe me there is more than enough adventures to go around in the wonderful classic. There are so many surprises until the last pages.  Dumas once again drugs me with heroic characters who are brutal but has a style, elegant and stunning.  I saw it in Count of Monte Cristo previously. Some characters in this book can be found in the history of France. Figures such as Louis XIII, Cardinal Richelieu, Anne of Austria as Queen, Duke of Buckingham and Madame de Chevreuse was real figures in the history of France and UK around 17th century. Some sources even claim that some of them act as described by Dumas. Among the characters, Athos is my favorite; he is smart, charming, and not very talkative but has a sense that can deter the enemy. However, Aramis on the other hand showed his talent in writing letters, concocting the fact with riddles and make the letter literally common and beautiful. 


Do you remember the time when the Three Musketeers and D’Artagnan having breakfast in the St. Gervais surrounding by enemies and walk out peacefully? That was my favorite part. I loved every moment of it. Once I started, I didn’t want to stop.  Friendship, love, hate, revenge, secret, danger, and of course romance. It was thoroughly enjoyable and I would definitely recommend it to them who loved classic and historical fiction. 


 

I read this book together with Melisa, Fanda and Maria

Review ini juga dibuat dalam rangka historical Fiction Challenge yang diadakan oleh HobbyBuku

 
Also, submitted for 

15 comments:

  1. Ngomong2 tentang tokoh nyata, d'Artagnan sendiri adalah tokoh nyata lho (Charles de Batz-Castelmore d'Artagnan). Dumas dapat inspirasi menulis d'Artagnan Romances series dari semi-fictionalized memoir-nya d'Artagnan yg ditulis oleh Gatien de Courtilz de Sandras. Dan kayaknya nama2 Athos, Porthos dan Aramis juga pernah muncul di memoir Comte de La Ferre.

    Aku kok gak ingat bahwa versi terjemahan ini terasa lucu ya? Justru lebih terasa sisi adventure-nya. Aslinya ternyata jauh lebih witty (terjemahan Inggris). Kapan2 coba baca , Esi, kayaknya banyak hal yg gak ada di terjemahan Serambi (seingatku sih). Dan yg paling penyebalkan kata "rio Musketri" itu, kenapa sih harus (sok) di-Indonesiakan??

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo mbak, maaf sblmnya
      saya sdh mencari" versi indonesia dari novel ini, the three musketeers
      tapi sya blm dpt juga

      jika mbak tdk keberatan, saya bsa mnta file versi indonesianya?
      jika bsa saya tunggu ya mbak di email sya
      silvana.apridayani04@gmail.com
      thank you

      Delete
    2. Halo silvana, saya gak punya file dlm bentuk ebook, karena saya baca buku terjemahan. Mungkin bisa cek di websitenya serambi, sepertinya buku terjemahan ini masih ada disitu.

      Delete
  2. @Fanda: O iya yaa aku gk sempat ngeliat tokoh nyatanya D'Artagnan hehehe...klo bagian lucu itu menurutku sih tetap keliatan di versi terjemahan serambi ini cuma mungkin tidak sebanyak di versi asli kali ya...iya kapan2 aku pengen baca deh yang versi asli..thanks ya udah ngajak baca bareng :)

    ReplyDelete
  3. Pas dulu aku baca versi terjemahan yang ini nggak merasakan kelucuannya...cenderung serius gitu (dan bikin cepat bosan) btw bagian di benteng St. Gervais itu favoritku juga. Si Athos brilian banget idenya heuheuheu...

    ReplyDelete
  4. @Melisa: aku selalu ngerasa lucu waktu mereka berempat ngobrol..mencela setiap gerak-gerik aramis sama perempuan siapapun yang lagi dideketin..pastinya bagian lucu itu selalu muncul waktu mereka berempat lagi bareng ato terlibat sesuatu :)

    ReplyDelete
  5. "Athos is my favorite; he is smart, charming, and not very talkative but has a sense that can deter the enemy." <- *speechless* Shall we make Athos fan club? Alright, just kidding.

    "Do you remember the time when the Three Musketeers and D’Artagnan having breakfast in the St. Gervais surrounding by enemies and walk out peacefully? That was my favorite part. I loved every moment of it." <- My favourite part as well. We're certainly friends. ;)

    I love their valour, and their strategy (fine, Athos' strategy) and their occasional obstinacy which usually turns to good.

    ReplyDelete
  6. @Lemon Tree: *hugs* i'm looking for your review about three musketeers :)

    ReplyDelete
  7. Terus terang aq sempat 'mogok' baca edisi terjemahan ini, terasa 'mutar-mutar' dan diulang-ulang, jadi boring banget ... kali ini aq baca edisi asli (yg ternyata retold) jadi terpaksa baca lagi edisi indonesia buat melengkapi. Yg bahasa Inggris terasa lebih lucu sih, terutama yg bagian olok-olokan, klo diterjemahkan aneh banget jadinya. Jadi pengen baca lanjutannya, tapi nanti ah, waiting for the right&perfect time, yg skrg moment-ku krg pas, agak tergesa-gesa bacanya :(

    ReplyDelete
  8. Oke, jadi penasaran pengen baca buku ini =D baru pernah nonton filmnya doang, itupun agak lupa sama jalan ceritanya, ingetnya cuman lagu bryan adams doang wkwkwk. nice review esi!

    ReplyDelete
  9. ini buku yang mempopulerkan all for one, one for all itu

    ReplyDelete
  10. @Hobby Buku: hehehe aku kok dari awal udah lancar2 aja yaa..aku udh menikmati sejak mereka berempat ketemuan :)

    ReplyDelete
  11. Wow, benar-benar cerita yang hebat! Apa bener cerita dari sejarah prancis???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Angga : iya benar...ini bagian dari sejarah perancis :)

      Delete
  12. itu mah rangkuman bukan yang asli

    ReplyDelete