Friday, March 29, 2013

[Review] Interpreter of Maladies by Jhumpa Lahiri


Title: Interpreter of Maladies
Author: Jhumpa Lahiri
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Published: December 2006
Pages: 248p
ISBN: 979-22-2518-8

Interpreter of Maladies memperkenalkan saya, untuk pertama kalinya pada sastra India. Entah tepat atau tidak menyebut karya Jhumpa Lahiri ini sebagai sastra India, mengingat sang penulis sendiri dilahirkan dan dibesarkan dengan budaya Amerika. Buku ini adalah kumpulan cerpen yang memuat 9 cerita pendek bercorak India dan Amerika. Kesembilan kisah ini, meskipun disajikan dalam bentuk fiksi, jika diamati lebih cermat, justru memuat gambaran kehidupan nyata pada masa yang berbeda-beda. Terjepit diantara dua budaya yang berbeda, Jhumpa Lahiri, menyuguhkan sudut pandang Imigran India yang pindah ke Amerika, hubungan diantara keluarga, akibat dari sebuah peradaban dan budaya, dan tanggungjawab seorang penerjemah.


Masalah Sementara, Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam,
Penerjemah Luka, Durwan Sejati, Seksi, Rumah Mrs. Sen,
Rumah yang diberkati, Pengobatan Bibi Haldar, Benua Ketiga dan Terakhir

Sembilan kisah dalam buku ini dituturkan dengan gaya yang hampir sama, sebagian besar oleh Narator dengan sudut pandang tokoh berlatar belakang India. Hanya satu cerpen, yaitu Seksi, yang dituturkan dengan sudut pandang Narator non India. Ada beberapa cerpen yang secara pribadi saya sukai dalam buku ini, berikut pembahasannya. 

Masalah Sementara / A Temporary Matter 
Kisah ini menjadi hidangan pembuka yang langsung menyuguhkan suasana hubungan suami istri yang diambang kehancuran. Dituturkan oleh narator dengan latar belakang India, cerpen ini bercerita tentang pasangan suami istri India yang tinggal di Amerika, satu atap, namun berusaha saling menghindari. Keretakan hubungan mereka dimulai ketika sebuah peristiwa buruk menimpa keduanya. Mereka menangani kondisi ini dalam diam, tanpa kata-kata atau luapan perasaan. Mereka cukup berhasil saling menghindar, sampai suatu malam ketika terjadi pemadaman lampu, mereka duduk bersama dan memulai percakapan. Percakapan ini membawa mereka pada rahasia-rahasia yang telah lama terpendam dan membuat saya sebagai pembaca ikut cemas menantikan “apa ya rahasia selanjutnya”. Pertama kali, saya menyadari cara penuturan yang dipilih oleh Jhumpa Lahiri sangat detail. Ia menggambarkan kondisi rumah, ruangan, ada atau tidaknya makanan, dan aktivitas tokoh dengan jelas dan terstruktur. Sampai halaman terakhir kisah ini, rasanya tidak banyak yang terjadi, namun perasaan terhadap kisah ini tidak mudah dilupakan. 

Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam / When Mr. Pirzada came to dine
Kisah yang terjadi pada musim gugur 1971 ini merupakan memori seorang anak berusia 10 tahun bernama Lilia yang tinggal di Amerika bersama kedua orang tuanya. Ia menceritakan kunjungan seorang pria bernama Mr. Pirzada yang berasal dari Dacca, ibukota Bangladesh (saat itu bagian dari Pakistan), yang sedang menempuh pendidikan di Amerika. Setiap malam Mr. Pirzada mengunjungi rumah Lilia atas undangan kedua orang tuanya. Setiap malam mereka menantikan berita  peperangan antara India dan Pakistan yang sedang terjadi di kampung halaman Mr. Pirzada. Mereka tidak mengatakan apa-apa, namun Lilia mengamati dan ikut merasakan kengerian dan ketakutan. Ia cemas memikirkan 11 jam waktu berjalan lebih dahulu di Dacca, sementara istri dan ketujuh anak Mr. Pirzada berada disana. Pengamatan dan kebingungan Lilia menjadi hal menarik dalam cerita ini. Lilia tidak paham perbedaan antara orang India dan Pakistan, antara muslim dan hindu, yang disampaikan oleh ayahnya. Ia tidak paham dimana letak perbedaannya,
Bagiku hal tersebut tidak masuk akal. Orang tuaku dan Mr. Pirzada bicara dalam bahasa yang sama, menertawakan lelucon yang sama, wajah mereka pun agak mirip…mereka melepaskan sepatu sebelum memasuki ruangan…mencelupkan biskuit biasa ke bercangkir-cangkir teh. Namun tetap saja ayahku menuntutku memahami perbedaannya” [hal 42]
Karena kunjungan Mr. Pirzada ini, Lilia mulai mencari buku-buku yang membahas tentang Pakistan, Indonesia, India, Ia memahami perbedaan identitas, belajar mendoakan sesuatu untuk pertama kali dalam hidupnya dan menyadari perbedaan keadaan lingkungan yang sangat besar antara tempat tinggalnya yang aman dan nyaman dengan belahan dunia lain. 

Penerjemah Luka / Interpreter of Maladies
Judul cerpen yang juga digunakan sebagai judul buku ini, diperoleh Jhumpa Lahiri dari seorang kenalannya ketika ia kuliah di Universitas Boston. Kenalannya ini bekerja pada seorang Dokter sebagai penerjemah untuk beberapa pasien asal Rusia yang tidak bisa menjelaskan penyakit mereka kepada sang Dokter dalam bahasa Inggris. Seperti ide aslinya, cerita ini pun mengisahkan tentang seorang pria bernama Mr. Kapasi yang bekerja pada seorang Dokter. Tugasnya menerjemahkan keluhan pasien yang disampaikan dalam bahasa Gujarat, karena sang Dokter tidak memahami bahasa itu. Anehnya, pekerjaannya itu dibahas pada saat pertemuannya dengan keluarga Das (keluarga India dari Negara lain yang sedang berkunjung ke India) saat mengantar mereka ketika Ia bekerja sampingan sebagai pemandu wisata. Saya perlu membaca kisah ini dua kali untuk bisa menangkap korelasi antara keluarga Das dengan pekerjaan Penerjemah Luka. Keluarga Das digambarkan sebagai keluarga yang tidak saling mempedulikan, sementara Mr. Kapasi justru sangat mempedulikan mereka. Mrs. Das yang mengetahui pekerjaan Mr. Kapasi ini menyebut pekerjaannya romantis. Mengapa demikian? Saya pun bertanya hal yang sama berulang kali, sampai tiba dibagian ketika Mrs. Das menyampaikan keluhannya tentang rahasia yang selama ini dipendamnya dari suaminya kepada Mr. Kapasi. Mrs. Das seolah ingin mendapatkan interpretasi mengenai keadaannya, ia ingin memperoleh keringanan beban atas keluhan “penyakitnya”. Pendekatan yang digunakan oleh Jhumpa Lahiri dalam cerpen ini sangat unik, ia membahas refleksi esensi dari penerjemah luka itu sendiri melalui relasi antara keluarga Das, khususnya Mrs. Das dan Mr. Kapasi. Jhumpa Lahiri mengaku bahwa ia butuh lebih dari lima tahun untuk membuat judul cerpen ini menjadi sebuah cerita. Ia memilihnya menjadi judul buku karena menurutnya, penerjemah luka, menggambarkan jantung semua cerita di dalam buku ini – dilemma, kesulitan hidup, kemustahilan menceritakan rasa sakit emosional dan penderitaan. 

Pengobatan Bibi Haldar / The Treatment of Bibi Haldar
Bibi haldar wanita berusia hampir 30 tahun yang belum menikah. Setiap hari mencurahkan semua keluhan tentang kekurangannya sehingga tampak jelas bahwa yang diidamkannya adalah kehadiran seorang laki-laki. Ia menderita penyakit yang menurut diagnosa Dokter harus ditangani dengan cara menikah. Penyakit seperti apa itu? Jhumpa Lahiri memberikan kesan abu-abu pada bagian itu. Pengumuman telah dibuat, namun tidak ada satupun laki-laki yang melamarnya. Ditengah kesedihannya itu, ia hanya memiliki satu keluarga yang juga meninggalkannya sendirian karena dia dianggap sebagai pembawa sial bagi keluarga itu. Bibi Haldar menjadi tanggungan masyarakat setempat. Kata “pengobatan / treament” pada judul cerpen ini memberikan pemahaman ganda, mengacu ke penyakit Bibi Haldar ataukah relasinya dengan dunia sekitarnya. Bibi Haldar digambarkan sebagai wanita yang suka mengeluh namun tidak bisa melakukan pekerjaan wanita pada umumnya (menjahit, memasak, dll) atau bersikap seperti pola yang dituntut untuk wanita India.

Saya membaca buku ini dua kali dalam selang waktu yang tidak lama. Pertamakali berkenalan dengan penulis berlatar belakang India, membuat saya ingin lebih banyak membaca karya sastra India. Menurut saya, tata bahasa dalam buku ini agak kaku, namun saya tidak tahu apakah itu disebabkan oleh terjemahan atau gaya penuturan sang penulis sendiri. Namun saya masih terheran-heran, bagaimana Jhumpa Lahiri menyampaikan ide yang sederhana menjadi cerita unik dengan pembahasan yang sangat panjang, detail tetapi tidak membosankan. 

Review ini dibuat dalam rangka posting bersama Blogger Buku Indonesia bulan Maret 2013 dengan tema Sastra Asia – buku yang ditulis oleh penulis berkebangsaan atau yang berasal dari negara-negara di Asia.

2 comments:

  1. aku baru tahu terjemahan judul buku ini jadi penerjemah luka...kayaknya menerjemahkan buku dengan bahasa yang khas penulisnya, memang susah ya...tapi menurutku cerita2nya emang enak diikuti sih si...dan kebanyakan cerita favorit kita sama! :)

    ReplyDelete
  2. simple bgt tp enak diikutin emang mba :)

    ReplyDelete