Monday, November 21, 2011

Review : A Golden Web



Aristoteles menyuarakan pemikirannya bahwa seorang wanita secara fisik lebih rendah dari pria, tempat wanita harusnya hanya dirumah, dan wanita tidak perlu mendapatkan pendidikan yang sama dengan seorang pria. Hei para wanita…apakah anda senang mendengar pendapat seperti itu?

Wanita di masa sekarang tentu tidak akan senang. Namun sekitar abad ke-13 atau abad ke-14, pemikiran ini begitu mengakar di masyarakat. Seorang wanita hanya mendapatkan pendidikan secara informal, seperti dalam biara atau oleh ibunya sendiri. Wanita tidak diterima dalam pendidikan formal bersama pria. Bahkan beberapa novel-novel yang ditulis pada zaman itu menggambarkan bahwa seorang wanita yang menyatakan kecerdasannya secara terbuka terkadang dianggap sebagai seorang penyihir dan dibakar di tiang gantungan. Jika saya hidup di masa itu, maka sangat mungkin saya akan bertindak seperti Alessandra Giliani. Bagaimana dengan anda?

Alessandra hidup bersama ayah dan ibu tirinya di Persiceto. Ibu kandungnya meninggal saat melahirkan adiknya yang paling kecil. Alessandra memiliki seorang kakak, Nicco, dan dua orang adik, Pierina dan Dodo. Sejak lahir ia telah dianggap berbeda karena kecerdasannya. Tidak ada satupun dari saudaranya yang bisa menyamai kecerdasannya. Ia membaca banyak buku, ia memperhatikan laba-laba membuat jaringnya, ia terbiasa memperhatikan banyak hal di lingkungannya. Alessandra juga memperhatikan kondisi Ibunya ketika meninggal melahirkan Dodo. Pilihan saat itu hanyalah menyelamatkan Ibunya atau Dodo. Ilmu Kedokteran belum secanggih sekarang untuk melakukan operasi sesar. Kecerdasan Alessandra membuatnya senang melakukan pengamatan dimanapun ia berada. Ketika sumber pengamatan di dalam rumahnya telah dikuasainya, ia meminta Nicco, kakaknya laki-laki untuk mengajarinya menunggang kuda agar bisa melihat hutan dan dunia di luar rumahnya yang terus dibayang-bayangi oleh ibu tiri yang tidak pernah menyukainya. Hidup alessandra berjalan sesuai keinginannya sampai dipenghujung usianya yang ke-13. Memasuki usia 14 tahun, ibu tirinya mengurungnya di dalam rumah, ia bahkan tidak bisa bertemu dengan Nicco, Pierina dan Dodo. Seperti remaja perempuan lainnya masa itu, saat memasuki usia 14 tahun, seorang gadis akan mulai dilirik oleh para pemuda yang mencari seorang istri, ataupun dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Tidak terkecuali untuk Alessandra, Ibu tirinya bermaksud menjodohkannya dengan pemuda pilihannya. Alessandra merasa hidupnya telah berakhir. Jika ia menurut untuk menikah, itu berarti ia akan selamanya tinggal dirumah sebagai seorang istri, melayani suaminya, dan membuang jauh-jauh segala rasa ingin tahunya terhadap mahluk hidup, alam dan ilmu pengetahuan.

Suatu hari, ia mengungkapkan rencananya kepada Ayahnya. Alessandra ingin masuk sekolah kedokteran. Sejak kematian Ibunya, Alessandra terus berpikir, jika seseorang mampu menguasai sebuah ilmu yang bernama Anatomi, mungkin Ibunya bisa diselamatkan. Ia tertarik ketika mengetahui seorang professor Anatomi di Universitas Bologna yang bernama Mondino de’ Liuzzi. Namun ketika ia mengungkapkan cita-citanya kepada Ayahnya, kekecewaanlah yang didapatkannya, karena ternyata Ayahnya pun menganggap rencananya tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang gadis. Disinilah rencana melarikan diri muncul dibenaknya. Ia tidak punya pilihan lain untuk melanjutkan hidupnya. Tentu jalan yang akan ditempunya tidak mudah apalagi mengingat pemikiran orang-orang masa itu tidak berpihak pada rencananya. Lalu apakah rencananya berhasil?

Barbara Quick tidak sengaja menemukan kisah Alessandra ketika ia sedang mengunjungi Bologna dalam penelitian terhadap seorang ahli anatomi lainnya yang hidup 400 tahun setelah Alessandra. Kisah Alessandra di abadikan oleh seseorang yang bernama Otto Agenius beruapa plakat di St. Pietro e Marcellino. Banyak hal yang menurut Quick diciptakannya sendiri, namun ia berusaha untuk menyelami kehidupan Alessandra pada masa itu. Menurut Quick, kisah Alessandra menunggu untuk ditemukan. Jika saya pun berada pada posisi Quick, saya pun pasti ingin mengangkat kisah ini. Kisah yang mengajarkan banyak hal. Kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak akan berguna banyak jika ia tidak berusaha untuk menggunakannya, menemukan rasa ingin tahunya, menggali lebih dalam, bertanya lebih sering dan berusaha bahkan saat semua orang mulai mengaggapmu gila. Lihatlah…mereka yang namanya sampai saat ini tidak dilupakan oleh dunia adalah mereka yang memperjuangkan harapan dan cita-citanya. Novel ini juga memperlihatkan pentingnya seorang saudara, kasih sayang, dan kepercayaan keluarga bagi pertumbuhan seorang anak.

Sebenarnya saya kurang puas ketika selesai membaca kisah ini. Rasanya terlalu singkat jika mengingat kisah ini adalah bagian sejarah dalam dunia Kedokteran. Karena sasaran buku ini adalah remaja, maka nilai historicalnya kurang mendalam. Atau mungkin Barbara Quick memang tidak banyak menemukan fakta mengenai Alessandra. Namun, terimakasih untuk penerbit Atria yang telah membuat saya mengetahui satu hal lagi tentang sebuah sejarah. Kisah Alessandra kuberikan empat bintang sebagai tanda penghargaan terhadap semangat Alessandra yang menginspirasi saya. 

….sejarah adalah tempat aku hidup, tempat kita semua hidup, berdampingan secara nyata maupun tak kasatmata dengan sosok-sosok lain – jika kita bisa cukup tenang dan mendengarkan dengan cukup seksama – yang menyentuh kita dan menceritakan kisah-kisah mereka (Hal 266)

-----------------------------
Judul : A Golden Web
Penulis : Barbara Quick
Penerbit : Atria
Terbit : Maret 2011
Tebal : 272
ISBN : 978-979-024-472-6
------------------------------

8 comments:

  1. Rata-rata pada kasih bintang 4 ya buku ini, penasaran :) tipe2nya agak mirip Calpurnia terbitan Matahati yang menganggap rendah wanita dan wanita harus dia di rumah, blabalbla.

    Nice review, Esi!

    ReplyDelete
  2. eh ternyata tak terlalu tebal ya, bukunya.. alurnya cepet apa lambat, Esi?

    ReplyDelete
  3. Bagus reviewnya, bikin penasaran :). Coba nanti lihat-lihat di tobuk :)

    ReplyDelete
  4. @mia : thx mia. btw aku malah blm baca calpurnia mia..hisfic juga gak tuh?

    @orybun : alurnya cepet bgt,,malah terlalu cepat klo menurutku

    @enggar : thanks :)

    ReplyDelete
  5. Iya itu ga hisfic banget, si calpurnia itu penggila buku Creationnya Darwin, aku ada bukunya, kalau mau kukirimin beserta Where She Wentnya :)

    ReplyDelete
  6. ini masuk kategori hisfiq ya..baca reviewnya jadi pengen baca juga :)

    ReplyDelete
  7. @nanianest : hmm..ada bagian historynya tpi krna sasarannya remaja jadi sejarahnya kurang menonjol..tpi asik kok

    ReplyDelete
  8. perlu dicari di toko buku nih..nice share..
    http://tipsbisnisuang.wordpress.com/buku-saya/rahasia-surat-hati/

    ReplyDelete