Friday, June 24, 2011

Review : The Old Man and the Sea (Lelaki tua dan laut)

Lelaki tua dan laut menceritakan kehidupan seorang nelayan tua asal kuba yang bernama Santiago. Membaca kisah yang pernah memenangkan penghargaan Pulitzer Prize tahun 1953 ini mengingatkan saya pada  sebuah cerpen Hemingway yang berjudul “a day’s wait”. Sama seperti cerpen itu, kisah Lelaki Tua dan Laut ini pun menggali sisi kemanusiaan seseorang. Kemanusiaan yang saya maksud bukan dalam hubungannya dengan orang lain, namun lebih tepatnya keberadaan seseorang sebagai manusia yang melihat kedalam hidupnya sendiri.

Setelah mencoba dan gagal menangkap ikan selama 84 hari, Santiago tidak putus asa. Bahkan setelah satu-satunya teman berlayarnya, Manolin, meninggalkannya sendirian atas permintaan orang tuanya, Santiago tetap berangkat disaat hari masih gelap, mengembangkan layarnya dan mengarungi lautan. Hari itu adalah hari ke-85 untuk Santiago, ia berharap bisa menangkap seekor ikan marlin raksasa di hari itu. Ia hanya membawa beberapa botol air tanpa makanan, karena ia akan pulang saat matahari terbenam dan baginya satu hari ditemani beberapa botol air sudah cukup. Setelah memasang semua umpan pada mata kail dan melemparkannya, Santiago menunggu setiap tarikan yang akan membawanya pada seekor ikan. Ia menunggu dan terus menunggu. Sambil menunggu, ia terus berbincang dengan dirinya sendiri, mengungkapkan pikiran-pikirannya dan berdiam diri disaat yang diinginkannya. Tiba-tiba ia merasakan sebuah tarikan pada kailnya. Ia menyadari seekor ikan yang sangat besar sedang bermain-main dengan umpannya. Ia menunggu saat-saat yang tepat ketika ikan itu lengah. Tanpa terasa matahari sudah terbenam, ikan itu terus menarik-narik mata kailnya dan membuat perahu Santiago meninggalkan daratan lebih jauh. Santiago menyadari hal itu, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menunggu sampai ikannya lengah dan ia bisa membunuhnya apalagi setelah ia tahu bahwa ia sedang bermain dengan seekor ikan yang sangat besar, saking besarnya sampai tidak akan cukup untuk ditampung di dalam perahu layarnya. Kegagalan Santiago selama 84 hari sebelumnya membuatnya bisa bersabar, walaupun perutnya mulai kelaparan dan ia menyadari telah meninggalkan daratan beberapa hari, namun ia terus memberi semangat dirinya sendiri.

Kisah Santiago adalah cerminan perjuangan seorang manusia. Apapun profesi anda, kisah nelayan ini akan membuat anda berkaca. Jangan menyepelekan Santiago karena ia hanya seorang nelayan, karena nelayan pun harus menghadapi badai dan gelombang bukan? Santiago tidak menyerah, bahkan ketika ia mulai kehabisan tenaga, tangan dan punggungnya mulai terluka, ia tidak mau kalah.

“Tapi manusia tidak diciptakan untuk ditaklukan”, ujarnya. “Manusia bisa dihancurkan, tapi tak bisa ditaklukan.” [h.113]

Selain perjuangan Santiago, Hemingway juga ingin menampilkan sisi persahabatan di dalam novel ini. Persahabatan yang ditawarkan oleh Manolin, akan membawa senyuman kagum di wajah saya, setiap kali Manolin melakukan sesuatu untuk Santiago. Hal kedua inilah yang juga dibutuhkan manusia dalam hidup. Manusia bisa terus berjuang untuk hidupnya, namun manusia itu sendiri membutuhkan orang lain sebagai sahabat.

Novel yang mengantarkan Hemingway meraih penghargaan bergengsi hadiah Nobel Sastra 1954 ini  ditulisnya ketika ia tinggal di Kuba. 
Hemingway dan ikan marlin tangkapannya
Mengenai cover, menurut saya karikaturnya istimewa. Saya suka dengan tampilan cover yang sederhana ini. Bahkan dengan melihat karikatur sang nelayan, saya bisa melihat wajah tua renta yang telah lama ditempa angin dan badai laut, namun di wajah yang sama pun saya melihat kekuatan dan kebanggaan hidup yang begitu mengagumkan.

Mengutip penekanan Hemingway lewat Wikipedia :

"No good book has ever been written that has in it symbols arrived at beforehand and stuck in. ... I tried to make a real old man, a real boy, a real sea and a real fish and real sharks. But if I made them good and true enough they would mean many things"
-------------------------------------------------------------- 
Judul : The old man and the sea (Lelaki tua dan laut)
Penulis : Ernest Hemingway
Penerbit : Serambi
Terbit : November 2009 (Cetakaan III)
Tebal : 145 hal
---------------------------------------------------------------

6 comments:

  1. buku ini memang mantap
    sarat filosofi

    izin share reviewku tentang buku ini
    http://blogbukuhelvry.blogspot.com/2009/08/lelaki-tua-dan-laut.html

    ReplyDelete
  2. ni jujur aja bikin reviewnya agak gak niat bang..soalnya bukunya udah lumayan lama ketunda-tunda bacanya :(

    thanks utk link-nya

    ReplyDelete
  3. Waaaa.. Salah satu best book of all times nya aku nih.. Keren banget ini buku, ceritanya sederhana tapi bermakna dalem..

    ReplyDelete
  4. Aku belum baca yang ini. Aku 2 kali baca Ernest, yang satu mengenai nelayan dan laut juga, apa ya judulnya... Tapi aku gak enjoy, coz seringkali gak ngerti, alurnya rada aneh yg kubaca itu. Sejak itu gak berani nyoba lagi deh, kapok, hehe...

    ReplyDelete
  5. @annisa : iya ceritanya simple tpi bermakna

    @fanda : buku ini emang sebaiknya dibaca dlm kondisi ok mba..soalnya cara penuturannya emang rada datar..tpi sepertnya itu adalah gaya hemingway sih :)

    ReplyDelete
  6. Salah satu buku terbaik yang pernah saya baca nih. Novel lain Hemingway yang saya suka adalah Pertempuran Penghabisan. Cara menulis Hemingway mampu mengajak kita seolah mengalami sendiri apa yang ditulisnya. Terima kasih sudah mengingatkannya.

    ReplyDelete