Friday, May 15, 2015

[Review] People of the Book by Geraldine Brooks

Title: People of the book
Author: Geraldine Brooks
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Published: 16 April 2015
Page: 504p
ISBN: 978-602-03-1447-1

Pertama kali diterbitkan pada tahun 2008, People of the Book, langsung menyabet Australian Publishers Association's Literary Fiction Book of the Year pada tahun yang sama. Buku karya Geraldine Brooks ini berkisah tentang sebuah kodeks Ibrani yang dikenal dunia dengan nama Haggada Sarajevo serta kisah orang-orang yang pernah ada di sekitarnya, melintasi generasi, agama dan belahan dunia yang berbeda. Meskipun kisah dalam novel ini diakui penulis sebagai fiksi, namun beberapa tokoh dan kejadian dalam novel ini sesungguhnya terinspirasi dari fakta yang ditemukan oleh penulis dari kisah aslinya. Haggadah ini tidak hanya menjadi saksi pertikaian yang pernah terjadi antara Yahudi, Kristen dan Muslim, tetapi juga membuktikan bahwa menjadi manusia jauh lebih penting daripada hidup egosentris dan saling menyakiti.

Kisah dimulai ketika Dr. Hanna Heath, seorang pakar buku langka, mendapat tawaran menangani buku misterius yang dibuat pada abad ke-15. Terbang dari tempat tinggalnya di Australia, menuju Sarajevo, Dr. Heath disambut penjagaan ketat dari PBB yang menandakan keseriusan pekerjaan yang baru saja diterimanya. Buku itu diselamatkan dari penghancuran perpustakaan Sarajevo oleh seorang pustakawan muslim, Dr. Ozren Karaman, yang sampai dengan kedatangan Dr. Heath masih bertanggung jawab terhadap buku itu. Dibawa oleh Dr. Karaman, buku itu akhirya sampai di tangan Dr. Heath. Haggadah Sarajevo berisi perpaduan text dan ilustrasi yang terbuat dari perak dan emas, ditulis diatas kulit domba yang pada saat itu telah punah, beberapa bagian dari Haggadah itu tercemari oleh noda anggur, air asin yang menandakan petualangan yang pernah dilaluinya. Beberapa bagian juga memiliki selipan sayap serangga atau bulu putih. Penemuan-penemuan ini diambil untuk diteliti oleh Dr. Heath sebelum ia mempresentasikan hasil analisisnya ketika buku itu siap disajikan sebagai salah satu harta berharga museum nasional pada tahun 1996.

Buku ini disajikan dengan cara unik oleh Geraldine Brooks. Setiap penemuan Dr. Heath disajikan sebagai bab khusus yang menjelaskan asal muasal keberadaan komponen itu di dalam Haggadah. Bab-bab khusus itu pun diberi judul sesuai dengan setiap komponen itu.
  1. Sayap Serangga. Bertempat di Sarajevo pada tahun 1940, menceritakan Lola, gadis Yahudi yang diselamatkan oleh keluarga Muslim, Serif Efendi Kamal, ketika seluruh anggota keluarganya ditangkap oleh Nazi. Pembaca dibawa menyaksikan kehidupan Lola serta kejadian dimana Efendi Kamal mempertaruhkan nyawanya menyelundupkan Haggadah untuk pertama kalinya ketika utusan Nazi datang mencari buku itu di museum nasional di masa perang dunia II.
  2. Bulu dan Mawar. Tahun 1894, pembaca akan dibawa mengunjungi Wina pada masa perselingkuhan marak terjadi dimana-mana sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit yang mengambil nyawa begitu banyak orang pada masa itu. Haggadah Sarajevo singgah di tempat ini untuk dijilid ulang, namun sayangnya diperlakukan dengan sangat buruk.
  3. Noda Anggur. Tahun 1609 di Venesia, Haggadah Sarajevo lolos dari Inkuisitor penghancuran buku, Pastor Domenico Vistorini, seorang Yahudi yang berpindah ke Katolik karena tuntutan hidup pada masa itu. Ia memperoleh buku itu dari Judah Aryeh, seorang Rabbi Yahudi yang hidup di wilayah Ghetto.
  4. Air Asin. Tarragona 1492, merupakan tempat dimana teks Haggadah pertama kali diciptakan, sang seniman, David ben Shoushan memperoleh ilustrasi lukisan dari seorang yang buta tuli dipinggir jalan Tarragona. Penulis lagi-lagi menyajikan kisah keluarga Yahudi yang tertindas oleh pemeluk agama Kristen.
  5. Sehelai Bulu Putih. Pada bagian ini pembaca akan mengetahui Ilustrator Haggadah dan kisahnya yang terjadi di Sevilla pada tahun 1480. Peperangan mewarnai kisah ini dimana penganut Muslim menyerang dan menangkap orang-orang kristen.

Penulis secara bergantian menceritakan penelitian Dr. Heath dan kisah kodeks misterius itu dalam rangkaian silih berganti, Haggadah Sarajevo menjadi benang merah dari semua kisah pada buku ini. Karena memuat beberapa cerita, maka nama-nama tokoh dalam novel ini pun sangat banyak. Untuk pembaca yang ingin membuat review novel ini, sebaiknya mencatat setiap nama dan hal-hal penting yang ingin diungkapkan pada setiap bab, karena rasanya sulit mengingat setiap detail yang diceritakan oleh penulis. Dalam hal konservasi buku, penulis juga memberikan detail proses dan hal-hal bersifat kimia dan akedemis yang mungkin menarik bagi penyuka buku-buku langka dan berbagai teknik konservasi. Untuk saya terkadang detail itu tidak penting, sehingga ada bagian-bagian yang saya skip untuk mempertahankan kenikmatan mambaca. Tetapi banyak pengetahuan baru yang saya peroleh dari novel ini. Saya bahkan baru tahu bahwa larangan menyembah berhala pada kitab suci perjanjian lama mungkin menjadi salah satu pemicu minimnya seni rupa yang muncul di masyarakat Yahudi.

Haggadah Sarajevo sesungguhnya adalah simbol toleransi antar umat beragama. Pada bagian awal penulis menekankan betapa masyarakat Sarajevo melihat peperangan antar agama adalah masalah yang tidak mungkin terjadi, karena mereka hidup berdampingan dengan sangat baik. Masjid, Gereja dan Sinagoga berdiri bersebelahan menandakan tingginya rasa toleransi diantara mereka. Namun keadaan dunia memburuk karena manusia sendiri, sehingga penulis juga membawa pembaca melihat kisah-kisah dimana toleransi tidak lagi ada diantara umat beragama yang berbeda-beda. Tetapi pada akhirnya, berhasilnya museum nasional Sarajevo dengan dibantu oleh PBB dan lembaga negara lainnya, menghadirkan kodeks asli Ibrani ini di Museum Nasional yang juga tidak terlepas dari penyelamatan berkali-kali yang dilakukan oleh orang-orang diluar Yahudi, menjadi kesimpulan bahwa toleransi itu pada akhirnya sukses diraih kembali setelah masa konflik yang berkepanjangan.

Selain cerita tentang Haggadah, penulis juga mengupas kisah pribadi Dr. Heath dan Dr. Karaman serta tokoh-tokoh lain yang erat kaitannya dengan mereka. Buku ini begitu sarat dengan cerita, sehingga tulisan ini akan menjadi terlalu panjang jika semua kisah itu disinggung dalam satu tulisan ini. Terjemahan Gramedia secara umum mudah dipahami, meskipun tidak bisa saya bandingkan dengan tulisan asli karena saya belum membaca versi inggrisnya.

Geraldine Brooks
Geraldine Brooks adalah penulis asal Australia yang dulunya merupakan koresponden The Wall Street Journal di Bosnia pada saat perang di Sarajevo sedang berlangsung. Dari situlah, ia mulai tertarik pada Haggadah Sarajevo yang pada saat itu mulai dibicarakan oleh jurnalis-jurnalis disana dan memutuskan menuliskan buku ini. Dia juga pernah mendapat kehormatan menghadiri langsung konservasi Haggadah Sarajevo di European Union Bank pada bulan desember 2001. Selain penghargaan terhadap People of the Book, Ia juga pernah memenangkan Pulitzer melalui bukunya yang berjudul March pada tahun 2005. Saat ini ia tinggal bersama keluarganya di Martha’s Vineyard, Massachusetts.  

Jika masih ingin informasi yang lebih detail tentang people of the book, bisa mengintip wawancara yang dilakukan oleh Barnes & Noble disini.

Submitted for:
Under Category "Something New"


5 comments:

  1. terjemahannya enak, ka?
    #antengnungguarisanuntukbelibukuini

    ReplyDelete
  2. Punya bukunya tapi masih plastikan. Kata temen bukunya agak berat makanya agak ragu buat baca. :'v

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm kalo bookworm biasanya pasti suka buku ini, soalnya buku yg bercerita ttg buku juga :)

      Delete
  3. Kenapa aku tidak menemukan keasyikan ya baca buku ini :( Bahkan amat membosankan hiks. Kasih tips biar semangat bacanya Mbak? 🙈

    ReplyDelete