I have always imagined that paradise will
be a kind of library ~ Jorge Luis Borges
Tulisan kali ini bukan tentang resensi buku, tetapi saya mau sharing pengalaman saya jalan-jalan ke Perpustakaan Notohamidjojo di Universitas
Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Sebagai Alumni UKSW
yang telah meninggalkan kampus ini hampir enam tahun yang lalu, saya akhirnya punya kesempatan untuk nostalgia
ke Perpustakaan tujuh lantai ini, merasakan kembali nuansa ruangan yang
dipenuhi jejeran buku, menghirup kembali aroma buku-buku tua khas sebuah perpustakaan, aroma yang hampir tiap hari saya hirup selama mengerjakan skripsi diakhir masa perkuliahan. Dengan bantuan seorang teman yang adalah pegawai Perpustakaan (bc : Nelfrits a.k.a Ito), saya berharap dapat tur singkat menjelajah ke sudut-sudut
Perpustakaan yang mungkin sudah saya lupakan atau mengunjungi rak-rak buku koleksi terbaru yang bahkan belum saya ketahui.
Memasuki lantai dua Perpustakaan yang adalah lantai dasar untuk
penyimpanan buku, saya diajak mengunjungi Reference
Section, berbelok diantara rak-rak buku, menatap setiap index Dewey yang
menempel pada rak dan punggung buku, hingga berujung di sebuah sudut yang
disinari cahaya matahari secara tidak langsung melalui kaca jendela
Perpustakaan yang transparan dan disanalah berderet serangkaian Novel Klasik
Hardcover Grolier Great Classic Vintage
Edition 1968 dengan berbagai judul, mulai dari Jane Eyre (Charlotte
Bronte), Wuthering Heights (Emily Bronte) yang adalah novel favorit saya, karya-karya
Jane Austen, Moby Dick (Herman Melville), dua buku Homer, Iliad dan Odyssey, Pilgrim’s
Progress (John Bunyan), A Tale of Two Cities (Charles Dickens), sampai poem yang pernah membuat saya pusing dan belum berhasil saya tamatkan, milik Dante,
The Divine Comedy. Buku-buku itu dibalut Hardcover yang biasanya dikenal dengan
sebutan buku Sexy oleh penggemar buku-buku bantal. Melihat rentetan harta
terpendam itu, saya pun bertanya “sejak kapan koleksi klasik itu ada di
Perpustakaan ini” dan teman saya dengan santai menjawab “sejak dulu sudah ada
ditempatnya”, buku-buku tersebut masuk ke katalog perpustakaan sejak bulan februari 1986, disaat saya sendiri pun belum lahir. Saat itulah perasaan untuk menulis pengalaman ini muncul, untuk
mengekspresikan rasa menyesal saya karena melewatkan begitu banyak waktu di
kampus tanpa menyentuh buku-buku bantal itu. How come I never know that these super authentic classic collections ever
exist in this place?
Grolier Great Classic Vintage Edition 1968 |
Great Books of the Western World (Britannica) |
Dulu saat kuliah, saya lebih sering mengunjungi tempat penyewaan novel ketimbang Perpustakaan ini. Frekuensi kunjungan ke Perpustakaan mulai meningkat dimasa akhir kuliah, ketika saya mulai menggarap skripsi yang butuh banyak referensi textbook yang memang cukup komplit di sini, ataupun Online Journal yang bisa diakses dari deretan komputer yang disediakan untuk mahasiswa. That’s all. Perpustakaan ini hanya memiliki arti sebatas sumber pustaka untuk skripsi saya, sementara hampir setiap hari saya “menabung” di tempat penyewaan novel untuk bisa membaca novel-novel fiksi sebagai bagian dari hobi yang entah sejak kapan mulai ada. Saat menemukan koleksi novel-novel klasik diatas, saya pun menyesali setiap keping uang yang saya keluarkan untuk menyewa novel di tempat persewaan, karena ternyata disini saya bisa meminjam tanpa biaya dan tentu saja dengan masa peminjaman yang lebih lama.
Untuk seseorang yang menyukai dunia buku, novel bukan satu-satunya
koleksi yang menarik, mereka yang sering disebut dengan bookworm mungkin paham sebuah rasa ketertarikan terhadap segala
jenis buku unik yang menawarkan berbagai informasi menarik meskipun kita tidak
perlu membacanya secara detail, scanning saja sudah cukup menyenangkan. Hal itu
pun saya rasakan ketika berhadapan dengan buku-buku sejenis Ensiklopedia yang
covernya lucu-lucu dengan berbagai informasi menarik, apalagi sangat cantik
jika dijejerkan di rak buku pribadi (maklum saya punya obsesi untuk bikin
perpustakaan pribadi). Karena itu sewaktu melihat koleksi cantik World Book
yang jika membeli edisi terbarunya bisa menguras dompet sekitar 13 juta, tangan
saya pun gatal untuk membuka-buka halamannya dan mengambil gambar.
Mengisi
waktu luang dengan scanning buku-buku
ini pasti lumayan mengurangi kebosanan liburan kampus apalagi di kota kecil
seperti Salatiga. Saya pun berharap supaya Perpustakaan ini tidak hanya menjadi sumber pengetahuan dan referensi untuk perkuliahan tetapi juga hiburan untuk mahasiswa-mahasiswi yang merantau dari berbagai pulau di Indonesia (UKSW sering
disebut dengan Indonesia Mini karena keanekaragaman suku mahasiswa yang kuliah
di tempat ini) terutama pada musim liburan seperti lebaran atau sekedar mengisi waktu
luang disela-sela jeda perkuliahan, tentunya bagi mereka yang suka
membaca.
Meninggalkan lantai 2 dan naik ke lantai 3, saya pun bernostalgia
dengan tempat kumpulan skripsi baik dalam bentuk bundle fisik maupun digital. Tidak
berlama-lama ditempat ini, saya langsung naik ke lantai 4 yang punya banyak koleksi
buku yang sering saya pinjam, tapi lagi-lagi hanya yang berhubungan dengan
perkuliahan dan skripsi. Karena pengalaman melewatkan koleksi klasik di lantai
2 Reference Section tadi, saya pun langsung mencari index 800 untuk mengecek
koleksi novel apa saja yang ada disana. Conspirata karya Robert Harris, buku
kedua dari Trilogi Cicero ini menjadi yang pertama tertangkap oleh mata saya,
karena ini adalah buku bagus, sangat bagus, sayangnya saya tidak menemukan
pasangannya, Imperium (mungkin sedang dipinjam kata teman saya). Lalu ada
juga buku-buku John Grisham terjemahan Gramedia, koleksi klasik wordsworth yang
bisa dipinjam (mungkin karena lebih murah), beberapa buku Mitch Albom, sampai
sederetan sastra klasik dengan tema Indonesian Cultural Heritage yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Seri Sastra Klasik "Indonesian Cultural Heritage" diterbitkan oleh Balai Pustaka |
Sebelum tulisan ini diterbitkan, saya sempat mengekspresikan hal yang sama secara singkat di sosial media, dengan mem-posting beberapa foto hasil jepretan yang juga saya posting disini. Ada satu komentar dari seorang mahasiswi Fakultas Bahasa & Sastra UKSW yang menarik, ia mengatakan bahwa jika bukan karena postingan saya di sosial media, dia mungkin saja bernasib sama dengan saya, sampai lulus tidak tahu adanya koleksi buku-buku menarik di Perpustakaan. Membaca komentar itu, saya jadi berpikir, apakah mungkin sebuah Perpustakaan pun seharusnya melakukan promosi buku-buku koleksi mereka? Apa gunanya buku-buku itu terpanjang cantik sepanjang waktu hingga bergenerasi-generasi dan hanya sedikit orang yang menikmati manfaatnya? (atau mungkin saya saja yang kurang informasi semasa kuliah dulu, ouchh my bad, pardon me :D) Harapan saya semoga Perpustakaan Notohamidjojo terus maju dan berkembang lebih pesat sehingga berhasil memuaskan rasa haus para pecinta buku yang ada di UKSW, serta tidak kehilangan jiwanya bahkan diera buku digital saat ini, karena pastinya masih banyak pembaca seperti saya yang lebih suka dengan aroma kertas dan personal feeling yang didapati saat menggenggam buku fisik ketimbang menatap layar kotak sebuah e-reader.
Dr. Oeripan Notohamidjojo |
Pada akhirnya asumsi saya bahwa tidak banyak perubahan yang
terjadi di Perpustakaan Notohamidjojo adalah sebuah kesalahan. Tidak hanya
menemukan koleksi-koleksi antik, tetapi disana pun sudah ada
Lab Komunikasi dan lantai 7 yang dahulunya hanya berupa atap terbuka, saat ini
sudah siap dipakai, mungkin untuk event-event yang diadakan oleh Perpustakaan
ataupun semacam tempat diskusi dan belajar. Semoga kedepannya Perpustakaan ini
dapat kembali berjaya, mungkin dengan event-event menarik seputar dunia
literatur, lomba-lomba resensi buku, atau bahkan talk show dengan penulis
ternama yang bisa saja diundang mengunjungi UKSW seperti halnya Fakultas Seni
Pertunjukkan mengundang musisi-musisi luar negeri (saya sering menikmatinya dulu). Cheers...maju terus
Perpustakaan Notohamidjojo dan terima kasih untuk sumber bacaan yang luar biasa
membantu ketika saya mengerjakan skripsi.
For anyone who might still have their time in College, do enjoy it because it will become a treasure and don't forget to check your
university library, for there will you find any hidden gems.
And hey student
of Satya Wacana, go pay a visit to Perpustakaan Notohamidjojo for whatever reason you might have,
because there are plenty of fun reading you might find there, like this one.
Buku yang jika dibuka merupakan pop-up bentuk tubuh manusia beserta penjelasan masing-masing organ. |
Yang mengantar tur, tidak disebutkan. Tak apalah. :p
ReplyDeleteOkeeey...jadi teman-teman yang membaca artikel ini...yang mengantar tur nih yang komen pertama hahahhahaa (oke I'll edit and add your name as you requested)
DeleteTeringat perpustakaan di kampus dulu >.< duhhhh sayapun tak pernah berlama-lama di sana
ReplyDeleteWaaah coba kapan2 nostalgia kesana, sapa tau ada koleksi berharga yang dilewatkan..kalo nemu bkin postingan kayak gini yaaa hehehehehe
Delete