Wednesday, October 16, 2013

[Review] In the Time of Butterflies by Julia Alvarez


Title: In the Time of Butterflies
Author: Julia Alvarez
Publisher: Serambi
Published: Oktober 2012 (Cetakan 1)
ISBN: 978-979-024-389-7
Borrowed from MasTez


“Melalui novel ini, Julia Alvarez membawa kita ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi..dan menggugah kita dengan cara yang mengejutkan” – The San Diego Union-Tribune

Anda pernah mendengar kisah Las Mariposas – para kupu-kupu dari Republik Dominika? Ini adalah kisah perjuangan para kupu-kupu. Tidak..tidak..bukan hanya kisah perjuangan, namun juga kisah persaudaraan, keberanian dan rasa takut. Apa yang diharapkan dari sebuah rezim diktator? Penderitaan bagi mereka yang berani beda pendapat atau hidup tenang dalam awan gelap bagi mereka yang menurut dengan patuh? Sayangnya para kupu-kupu memilih hal yang pertama. Kisah ini berlangsung sekitar tahun 1950 sampai 1960, namun diceritakan kembali dari tahun 1994 oleh seseorang yang berhasil bertahan sampai masa itu.

Pada usia 12 tahun, Minerva masuk sekolah asrama dan bertemu dengan Sinita, seorang gadis penyendiri yang kemudian menjadi teman dekatnya. Dari Sinita, Minerva pertama kali mendengar tentang kekejaman Trujillo, pemimpin negara yang fotonya dipajang penuh hormat di rumah orang tuanya berdampingan dengan gambar Yesus. Seperti melengkapi kesaksian Sinita, Minerva langsung dihadapkan pada bukti nyata kebejatan moral dan kediktatoran Trujilo melalui peristiwa yang menimpa teman satu asramanya. Peristiwa demi peristiwa dihadapi oleh Minerva yang terus menerus meyakinkannya akan keterkungkungan warga Dominika dibawah pemerintahan Trujillo. Minerva pun melanjutkan studinya di fakultas hukum, namun saat ia lulus, ia harus berpuas diri dengan ijazahnya tanpa kesempatan menjalankan praktik hukum, karena ditentang oleh Trujillo yang sudah mulai menganggap Minerva Mirabal sebagai ancaman. Disela-sela perjuangannya, ia pun menikah dengan Manolo lalu memulai gerakan bawah tanah menentang Trujillo. Semuanya bermula dari Minerva, putri ketiga dalam keluarga Mirabal. Namun perjuangan menentang sang diktator pada akhirnya tidak hanya dilakoni oleh Minerva seorang diri. Maria Teresa (Mate) yang pernah hidup bersama Minerva ikut terlibat, Patria yang tanpa sengaja menyaksikan kematian seorang remaja akibat ulah Trujillo pun meyakinkan dirinya sendiri untuk mengambil bagian dalam perjuangan itu, bahkan Dede yang pada awalnya takut dan ditentang oleh sang suami, perlahan-lahan memperoleh keberanian dari kekuatan saudari-saudarinya. Keempat putri Mirabal yang dikenal dengan nama Las Mariposas atau para kupu-kupu bersama dengan suami masing-masing (kecuali suami Dede) menjadi pusat perjuangan mengalahkan rasa takut, mengobarkan keberanian dan menuntut kemerdekaan rakyat Dominika.

Buku ini dibuat untuk menggambarkan kondisi Republik Dominika dibawah pimpinan Rafael Leonidas Trujillo selama kurang lebih 30 tahun, sejak 1930 sampai 1961. Selama 30 tahun pemerintahan Trujillo, ribuan orang menghilang tanpa jejak, Republik Dominika menjadi salah satu tempat paling berdarah di Amerika dibawah kekejaman Trujillo. Membaca kisah ini, membuatku merinding meresapi ketakutan para kupu-kupu yang pada akhirnya menjadi teladan seluruh warga Dominika. Mereka tampil dengan berani, namun Julia Alvarez juga menampilkan sisi ketakutan terdalam mereka, mimpi-mimpi buruk mereka, curahan hati mereka. Sehingga pembaca akan menemukan kisah yang terasa begitu nyata. Penjelasan karakter keempat bersaudari pun sangat jelas. Julia Alvarez menggambarkan Minerva sebagai karakter yang paling kuat dan tegas, ia yang menjadi panutan bagi saudari-saudarinya, ia yang sangat terburu-buru dan tanpa rasa takut, namun ia juga yang merasa terkungkung setelah kehidupan penjara yang hampir menumpulkan semua indranya. Patria, yang paling tua, pada awalnya adalah sosok yang teratur dan lembut, berpegang teguh pada ajaran imannya, namun pada akhirnya mampu melakukan apa saja untuk menyelamatkan suami dan anak-anaknya. Dede adalah karakter anak tengah yang paling labil, hampir tidak punya pendiriannya sehingga butuh diyakinkan berkali-kali oleh kakak dan adiknya, bahkan Minerva yang adalah adiknya justru banyak mengambil peranan sebagai kakak untuknya. Yang paling kecil adalah Maria Teresa (Mate), berjiwa seni dan lembut, namun punya kekuatan yang hampir bisa menyaingi Minerva, hanya saja Mate lebih berhati-hati jika dibandingkan dengan Minerva yang brutal. Dari keempatnya, Minerva lah yang selalu digambarkan sebagai sosok yang paling cantik. Keempat karakter ini, sepanjang cerita saling melengkapi satu sama lain, bertentangan, terkadang berubah atau terpaksa berubah karena desakan keberanian yang meledak dari dalam diri mereka masing-masing.

Rasanya sungguh beruntung bisa mengetahui jejak perjuangan sebuah bangsa di muka bumi ini, itu sebabnya historical fiction menjadi salah satu genre favoritku. Sebagai buku bertajuk histori, buku ini menyuguhkan deskripsi suatu masa yang penuh ketakutan dibawah rejim seorang diktator. Julia Alvarez mendengar tentang Las Mariposas dari ayahnya yang sempat terlibat dalam gerakan menentang Trujillo namun akhirnya melarikan diri ke Amerika. Ia kemudian melakukan penelitian dan merangkai kisah ini dengan sudut pandang orang pertama. Keempat kupu-kupu secara bergantian menjadi AKU dalam buku ini. Kadang-kadang mereka menceritakan kisah yang sama dari sudut pandang yang berbeda, namun kebanyakan cerita mereka saling melengkapi satu sama lain. Persaudaraan putri-putri Mirabal menjadi salah satu poin penting dalam buku ini, betapa mereka begitu luar biasa saling mendukung dan menjadi bagian satu sama lain. Buku ini layak sekali menjadi salah satu koleksi bagi penyuka genre histori, karena penjelasan tentang sejarah kekejaman Trujillo yang bisa dijelaskan oleh Wikipedia, disajikan dengan nikmat oleh Julia Alvarez dalam buku ini. Terjemahan Serambi mudah dipahami, jadi saya tidak mengalami kesulitan mencerna buku ini. Empat bintang untuk Julia Alvarez. Viva La Mariposas

4 comments:

  1. Gini nih yg bawa godaan..... -__-
    Pinjem dooong Esi... :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga pinjam dari mas tezar..coba nanti kubilangin mastez ya biar kukirim langsung ke mba fanda :D

      Delete
  2. serunya baca buku kaya gini jadi membuka wawasan sejarah ya si...aku juga suka banget buku ini dan lagi nyari2 buku lain yang sejenis...paling suka sama penuturan Mate dengan buku hariannya yang kadang unyu banget hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..mba aku juga jadi tertarik dengan negara-negara lain..jadi mikir kira2 ada kisah apa lagi ya disana..aku pengen tahu :)

      Delete