Ini adalah salah satu novel inspirasional yang unik dan disusun dengan sangat teliti namun sederhana. Dari bagian depan covernya, tulisan yang berbunyi “Tragedi yang menyingkap misteri tentang Tuhan” membuat saya sangat penasaran dengan karya William P. Young ini. Sudah lama saya ingin sekali membaca novel ini dan akhirnya tibalah waktu saya berkenalan dengannya.
Memulai membaca, saya berkenalan dengan keluarga Mack dan Nan. Menyangkut masalah Tuhan, Mack nyaris apatis namun Nan sangat taat. Nan bahkan menyapa Tuhan dengan sapaan “Papa”, sebuah sapaan yang sangat sulit untuk Mack ucapkan. Suatu hari, Mack mengajak ketiga anaknya, Kate, Josh dan Missy untuk berkemah di daerah Danau Wallowa di Oregon bagian timur laut. Tragedi dimulai ketika Kate dan Josh naik perahu dan meninggalkan Missy bersama Mack. Saat perahu yang ditumpangi Kate dan Josh terbalik, Mack serta merta melompat ke danau untuk menolong kedua anaknya, namun ketika ia kembali Missy tidak lagi berada ditempatnya. Tidak ada seorang pun yang melihat Missy. Seorang penjaga hanya secara samar melihat gadis kecil dengan ciri-ciri seperti Missy dalam sebuah truk milik seorang laki-laki. Ketakutan semakin menyelimuti Mack. Semua petugas telah dikerahkan untuk melacak jejak Missy, namun berhari-hari Missy tak pernah ditemukan. Sampai suatu hari, bukti hilangnya Missy ditemukan dalam sebuah gubuk yang jauh terletak dalam hutan. Bukti tersebut hanya berupa baju Missy yang telah berlumuran darah. Missy dinyatakan meninggal tanpa pernah ditemukan. Sejak saat itu hidup Mack berubah. Kesedihan Besar menyelimuti kehidupannya. Ia bahkan menyalahkan Tuhan atas kejadian yang menimpa Missy. Empat tahun berlalu, pada suatu pagi, dalam kotak posnya, Mack menemukan secarik kertas yang berisi pesan sederhana yang memintanya datang ke gubuk tempat bukti kematian Missy ditemukan. Pesan itu ditandatangani oleh Papa. Siapakah Papa ini? Bukankah Papa adalah cara Nan menyapa Tuhan? Lalu apakah Tuhan yang meminta Mack mengunjungi gubuk yang selama ini menjadi mimpi buruknya?
Ketakutan Mack untuk mengunjungi gubuk itu sama besarnya dengan rasa ingin tahunya terhadap sosok Papa yang menjadi penulis pesan, sehingga Mack memutuskan untuk mengunjungi gubuk itu tanpa sepengetahuan Nan. Mack melakukan perjalanan mengendarai mobil yang ia pinjam dari sahabatnya Willie. Ketika sampai di tepi hutan yang menuju gubuk itu, Mack meninggalkan mobilnya dan berjalan memasuki hutan. Disatu sisi ia ingin kembali, namun rasa ingin tahunya terus mendorongnya maju perlahan-lahan. Gubuk yang mulai terlihat membangkitkan Kesedihan Besarnya. Mack mengumpulkan keberanian untuk memasuki gubuk itu. Darah kering milik Missy masih terlihat dan berhasil menguak Kesedihan Besarnya menjadi semacam raungan kekecewaannya. Mack tidak menemukan siapapun dalam gubuk itu sehingga ia langsung beranjak pulang. Namun segala sesuatunya berubah, lingkungan berubah, gubuk berubah, semuanya berubah. Gubuk reyot itu tidak ada lagi dan digantikan dengan sebuah pondok yang masih terawat. Mack seperti membuka sebuah kotak Pandora, ia merasa telah kehilangan akal sehatnya. Namun Mack telah berhadapan dengan tiga orang yang bernama Elousia, Yesus dan Sarayu.
Bisakah anda bayangan reaksi Mack menghadapi tiga pribadi yang biasanya disebut Tritunggal? Jangankan reaksi Mack, reaksi saya sebagai pembaca saja, rasanya sulit diungkapkan : terkejut, kagum, penuh tanda tanya, penasaran, nyaman, semuanya bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, Tritunggal dalam buku ini adalah seorang wanita bertubuh besar dan berperawakan Afrika yang biasa disebut Papa dan bernama Elousia, lalu seorang berkulit timur tengah dan berdarah ibrani yang dikenal dengan nama Yesus, serta seorang gadis kecil berkulit Asia yang sangat menyejukkan dan bernama Sarayu, mungkin orang-orang tertentu bisa menebak siapa Sarayu ini. Mereka bertiga adalah Satu.
Ketika Mack mulai berkenalan dan hidup dengan tiga sosok pribadi ini, disaat yang sama, saya juga berkenalan dengan Mereka. Wow…sangat mempesona penuturan William P. Young tentang mereka bertiga. Saya menunggu-nunggu apa saja yang mereka diskusikan, bagaimana mereka memandang segala sesuatu dan apa yang mereka pikirkan. Banyak nilai-nilai universal yang dimuat dan disajikan dengan luar biasa menarik. Satu hal utama yang saya petik dari perkenalan saya dengan Elousia, Yesus dan Sarayu, yaitu konsep membatasi diri untuk menyatakan cinta dan penghargaan.
Memulai membaca, saya berkenalan dengan keluarga Mack dan Nan. Menyangkut masalah Tuhan, Mack nyaris apatis namun Nan sangat taat. Nan bahkan menyapa Tuhan dengan sapaan “Papa”, sebuah sapaan yang sangat sulit untuk Mack ucapkan. Suatu hari, Mack mengajak ketiga anaknya, Kate, Josh dan Missy untuk berkemah di daerah Danau Wallowa di Oregon bagian timur laut. Tragedi dimulai ketika Kate dan Josh naik perahu dan meninggalkan Missy bersama Mack. Saat perahu yang ditumpangi Kate dan Josh terbalik, Mack serta merta melompat ke danau untuk menolong kedua anaknya, namun ketika ia kembali Missy tidak lagi berada ditempatnya. Tidak ada seorang pun yang melihat Missy. Seorang penjaga hanya secara samar melihat gadis kecil dengan ciri-ciri seperti Missy dalam sebuah truk milik seorang laki-laki. Ketakutan semakin menyelimuti Mack. Semua petugas telah dikerahkan untuk melacak jejak Missy, namun berhari-hari Missy tak pernah ditemukan. Sampai suatu hari, bukti hilangnya Missy ditemukan dalam sebuah gubuk yang jauh terletak dalam hutan. Bukti tersebut hanya berupa baju Missy yang telah berlumuran darah. Missy dinyatakan meninggal tanpa pernah ditemukan. Sejak saat itu hidup Mack berubah. Kesedihan Besar menyelimuti kehidupannya. Ia bahkan menyalahkan Tuhan atas kejadian yang menimpa Missy. Empat tahun berlalu, pada suatu pagi, dalam kotak posnya, Mack menemukan secarik kertas yang berisi pesan sederhana yang memintanya datang ke gubuk tempat bukti kematian Missy ditemukan. Pesan itu ditandatangani oleh Papa. Siapakah Papa ini? Bukankah Papa adalah cara Nan menyapa Tuhan? Lalu apakah Tuhan yang meminta Mack mengunjungi gubuk yang selama ini menjadi mimpi buruknya?
Ketakutan Mack untuk mengunjungi gubuk itu sama besarnya dengan rasa ingin tahunya terhadap sosok Papa yang menjadi penulis pesan, sehingga Mack memutuskan untuk mengunjungi gubuk itu tanpa sepengetahuan Nan. Mack melakukan perjalanan mengendarai mobil yang ia pinjam dari sahabatnya Willie. Ketika sampai di tepi hutan yang menuju gubuk itu, Mack meninggalkan mobilnya dan berjalan memasuki hutan. Disatu sisi ia ingin kembali, namun rasa ingin tahunya terus mendorongnya maju perlahan-lahan. Gubuk yang mulai terlihat membangkitkan Kesedihan Besarnya. Mack mengumpulkan keberanian untuk memasuki gubuk itu. Darah kering milik Missy masih terlihat dan berhasil menguak Kesedihan Besarnya menjadi semacam raungan kekecewaannya. Mack tidak menemukan siapapun dalam gubuk itu sehingga ia langsung beranjak pulang. Namun segala sesuatunya berubah, lingkungan berubah, gubuk berubah, semuanya berubah. Gubuk reyot itu tidak ada lagi dan digantikan dengan sebuah pondok yang masih terawat. Mack seperti membuka sebuah kotak Pandora, ia merasa telah kehilangan akal sehatnya. Namun Mack telah berhadapan dengan tiga orang yang bernama Elousia, Yesus dan Sarayu.
Bisakah anda bayangan reaksi Mack menghadapi tiga pribadi yang biasanya disebut Tritunggal? Jangankan reaksi Mack, reaksi saya sebagai pembaca saja, rasanya sulit diungkapkan : terkejut, kagum, penuh tanda tanya, penasaran, nyaman, semuanya bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, Tritunggal dalam buku ini adalah seorang wanita bertubuh besar dan berperawakan Afrika yang biasa disebut Papa dan bernama Elousia, lalu seorang berkulit timur tengah dan berdarah ibrani yang dikenal dengan nama Yesus, serta seorang gadis kecil berkulit Asia yang sangat menyejukkan dan bernama Sarayu, mungkin orang-orang tertentu bisa menebak siapa Sarayu ini. Mereka bertiga adalah Satu.
Ketika Mack mulai berkenalan dan hidup dengan tiga sosok pribadi ini, disaat yang sama, saya juga berkenalan dengan Mereka. Wow…sangat mempesona penuturan William P. Young tentang mereka bertiga. Saya menunggu-nunggu apa saja yang mereka diskusikan, bagaimana mereka memandang segala sesuatu dan apa yang mereka pikirkan. Banyak nilai-nilai universal yang dimuat dan disajikan dengan luar biasa menarik. Satu hal utama yang saya petik dari perkenalan saya dengan Elousia, Yesus dan Sarayu, yaitu konsep membatasi diri untuk menyatakan cinta dan penghargaan.
“engkau tidak bermain atau mewarnai gambar bersama seorang anak untuk menunjukkan superioritasmu. Alih-alih, engkau memilih untuk membatasi dirimu agar dapat memfasilitasi dan menghargai hubungan itu. Engkau bahkan mengalah untuk menggenapi cinta. Ini bukan tentang menang dan kalah, tetapi tentang cinta dan penghargaan” [hal 160]
Percakapan demi percakapan yang dialami Mack merubah hidupnya. Lalu bagaimana dengan Kesedihan Besarnya? Apa sebenarnya yang sedang dialami Mack? Tentu anda tidak berpikir bahwa ia benar-benar sedang berada di surga bukan? Namun dimanapun Mack berada, ia sedang belajar, dan saya pun belajar bersamanya dalam setiap lembaran yang saya buka hingga saya menemukan lembaran terakhir buku ini. Lalu apa sebenarnya tujuan Mack berada disana? Apa sebenarnya tujuan penulis pesan bernama Papa membawanya ke gubuk tempat mimpi buruknya bermula?
Ada beberapa quote yang saya sukai dalam buku ini, namun kebanyakan sulit untuk dipisahkan dari konteks topik yang sedang dibahas, namun saya mencoba memenggal beberapa quote untuk disajikan dalam tulisan ini.
Ada beberapa quote yang saya sukai dalam buku ini, namun kebanyakan sulit untuk dipisahkan dari konteks topik yang sedang dibahas, namun saya mencoba memenggal beberapa quote untuk disajikan dalam tulisan ini.
“Dia sangat asyik! Engkau selalu bisa mengandalkannya untuk membuatmu bingung dengan mengajukan satu dua pertanyaan yang tak terduga. Dia suka kejutan. Meskipun mungkin engkau tidak memikirkannya, pemilihan waktunya selalu sempurna” [hal 132]
“Hidup memerlukan sejumlah waktu dan banyak hubungan” [hal 139]
“Hidup tanpa dicintai ibarat mematahkan sayap seekor burung dan merenggut kemampuannya untuk terbang. Bukan itu yang kuinginkan bagimu” [hal 146]
“Hubungan selamanya bukan tentang kekuasaan. Dan satu cara untuk menghindari kehendak menguasai adalah dengan memilih untuk membatasi diri sendiri – untuk melayani” [hal 161]
“Jangan pernah mengecilkan keajaiban air matamu. Air matamu dapat menjadi air yang menyembuhkan dan sungai sukacita. Kadang-kadang air mata adalah kata-kata terbaik yang dapat diucapkan hati” [hal 360]
Ini adalah kisah perjalanan hati mencari sebuah makna dan menemukan kenyamanan. Mungkin setiap orang memiliki peristiwa uniknya masing-masing, namun semuanya itu membawa manusia pada pengakuan akan sesuatu yang benar-benar diluar kemampuan kita untuk bisa memahaminya. Empat bintang untuk kisah yang menguras ketakutan jiwa dan menguapkannya untuk melegakan hati. Pendapat umum saya tentang buku ini : it’s weird, but in a good way.
--------------------------------
--------------------------------
Judul : The Shack
Penulis : William P. Young
Penerbit : Andi
Terbit : November 2009
Tebal : 416 hal
ISBN : 978-979-29-1137-4
---------------------------------