Title: The Kite Runner
Author: Khaled Hosseini
Publisher: Qanita
Published: 2008
ISBN: 978-979-326975-7
"For you a thousand times over"
Penderitaan
Afganistan melewati peperangan selama bertahun-tahun dihiasi oleh berbagai
kisah yang hampir selalu memilukan hati. Khaled Hosseini mencoba menggambarkan
wajah Afganistan lewat salah satu karyanya yang juga tidak kalah pahit. The
Kite Runner adalah kisah tentang persaudaraan dan penghianatan, ketulusan hati dalam
memberi tanpa pamrih, serta penyesalan yang bisa melumpuhkan kekuatan
seseorang. Amir dan Hassan adalah dua orang anak yang menyusui dari wanita yang
sama namun mereka lahir dalam kaum yang berbeda dalam masyarakat Afganistan. Amir berasal dari kaum Pasthun, sedangkan
Hassan yang digambarkan seperti orang mongolia berasal dari kaum Hazara. Yang
satu dianggap tuan sedangkan yang lain tidak lebih dari seorang hamba, kaum
Hazara bahkan sering disiksa di berbagai pelosok di Afganistan, namun kekejaman
itu tidak akan pernah terjadi di rumah Baba, ayah Amir. Hassan dan Ayahnya,
Ali, tinggal dan bekerja di rumah Amir, Baba menjaga mereka dengan sangat baik.
Amir adalah kata pertama yang diucapkan oleh Hassan ketika ia mulai bisa
berbicara, mereka tumbuh bersama, bermain bersama, sehingga perbedaan mendasar
itu tidak berarti apa-apa di rumah Baba dan Amir.
Hassan sangat
menyayangi Amir yang adalah sahabat dan tuannya. Hassan pun adalah satu-satunya
sahabat bagi Amir. Hassan selalu mengejar layang-layang untuk Amir, mendengar
Amir membacakannya cerita, atau melakukan kenakalan anak-anak bersama Amir.
Hassan selalu bertepuk tangan untuk cerita-cerita Amir dan yakin bahwa Amir
akan jadi penulis hebat dimasa depan. Terkadang aku berpikir Amir jahat dengan
menguji kesetiaan Hassan yang ia tahu akan selalu menuruti permintaannya. Hassan
digambarkan sebagai seorang anak yang tulus dan tanpa pamrih, ia tidak bisa
membaca, tetapi cerdas dalam membaca amir atau keadaan disekitarnya. Amir
disisi lain digambarkan sebagai pengecut yang mendambakan perhatian dan kasih
sayang ayahnya yang terlihat selalu sibuk dengan bisnisnya.
Suatu saat,
ketika Hassan sedang menangkap layang-layang untuk Amir, supaya Amir bisa
pulang kepada Baba dan menerima pujian, Hassan dikepung oleh anak-anak nakal
yang sudah sering mengganggu mereka berdua. Amir tidak ada disana. Hassan harus
merelakan layang-layang itu supaya bisa selamat, atau mempertahankan
layang-layang itu dan menerima perlakuan buruk. Hassan memilih layang-layang
untuk Amir dan membiarkan dirinya dilecehkan. Pada saat yang sama, Amir berdiri
diluar gang itu, melihat semua kejadian yang menimpa Hassan tetapi terlalu
pengecut untuk berlari masuk dan membela satu-satunya saudara yang ia miliki.
Pilihan Amir mengubah segalanya, sejak saat itu persaudaraan yang manis itu
tidak pernah sama lagi, paling tidak dari sudut pandang Amir yang menanggung
rasa bersalahnya sendiri.
“Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan, untuk menentukan apa jadinya diriku. Aku bisa melangkah memasuki gang itu, membela Hassan dan menerima apa pun yang mungkin menimpaku. Atau, aku bisa melarikan diri. Akhirnya, aku melarikan diri” – dikutip dari belakang cover.
Saat-saat ketika
Hassan pulang tanpa pengeluhan setelah peristiwa itu adalah saat-saat berat
untuk Amir dan untukku sebagai pembaca. Dari sisi orang yang merasa bersalah
seperti Amir, Hosseini menggambarkan beratnya perasaan yang ditanggung Amir, bahkan
uluran tangan persahabatan yang tidak berubah dari Hassan semakin memperburuk
rasa bersalahnya. Pada satu titik, cerita ini hampir membuatku berhenti
membaca, rasanya seperti ada batu berat di dalam hati. Sikap Amir yang sangat
pengecut itu menggambarkan penghianatan yang menyesakkan hati karena orang yang
dihianatinya adalah Hassan yang polos dan tulus. Hossenini menggambarkan dengan
jelas betapa berat hidup yang dibayang-bayangi oleh rasa bersalah. Hubungan
Amir dan Hassan tidak pernah sama lagi sejak peristiwa itu. Banyak yang tidak
terkatakan diantara mereka sampai saat mereka terpaksa berpisah. Perasaan
bersalah atas keputusan yang pernah diambilnya terus membuat dirinya terbebani.
Sampai sebuah panggilan telepon dua puluh tahun kemudian memaksanya harus
menghadapi beban jiwanya.
Hosseini menuturkan
kisah ini dengan detail. Plot, karakter, dan hubungan antar tokoh pun
digambarkan Hosseini dengan jelas dan mendalam, sehingga pembaca benar-benar
bisa merasakan perasaan antar sesama tokoh. Karya Hosseini ini membuatku
melihat beberapa hal, ekspektasi Baba terhadap Amir pada kenyataannya
menyulitkan Amir untuk menampilkan dirinya sendiri dihadapan orang tuanya. Hal
ini menuntunnya menjadi seorang pengecut yang akhirnya merugikan dirinya
sendiri. Disisi lain Ketulusan hati Hassan punya power yang luar biasa untuk
orang-orang disekitarnya. "For you, a thousand times over" kata Hassan untuk Amir. Empat bintang untuk Khaled Hosseini.
Submitted for
Ini salah satu novel yang bisa membuatku menangis... T.T
ReplyDeletebukunya Khaled Hosseini tuh bikin nangis semua deh kayaknya mba indah :(
DeleteBelum baca bukunya tapi sudah nonton filmnya. filmnya menghaeukan juga
ReplyDeleteAhhh aku malah blm nonton filmnya bunda...tapi mau nyari dehh
DeleteSetujuuuu...rasanya seperti ada batu berat di dalam hati. Saya masih merasa belum sanggup nonton filmnya, soalnya dulu pas baca bukunya saja sudah mewek berat :'(
ReplyDeleteiyaa aku tau ada filmnya tapi belum sempat nonton juga...tapi mau cari ahhh...biar komplit rasanya walaupun pasti sedih juga
DeleteAku ga bisa baca buku sedih Essy ;___;. Tapi mau coba ah baca bukunya Hosseini
ReplyDeleteIyaa dicoba dulu aja ren..buku2nya Khaled Hosseini tuh emang sedih2 sih tapi bagus :)
Deletehaduuuuh jadi inget lagi betapa mengharukan buku ini... hassan tuh beneran sahabat sejati yaaa... yg thousand splendid suns juga sediiiihhh :')
ReplyDeleteiya hassan sahabat sejati banget deh...makanya si amir langsung keliatan jelek karena hasaanya baik bgt
Deletecoba deh aku mau baca buku ini :)
ReplyDeleteAyooo dibaca bang...seru kok :)
Delete