Title: Therese Raquin
Author: Emile Zola
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Published: August 2011
Pages: 336p
ISBN: 978-979-22-7436-3
Therese Raquin adalah salah satu karya klasik
penulis asal Perancis yang menuai banyak kritikan dari penulis lain pada masa
itu. Emile Zola bahkan mendapat cibiran yang mengatasnamakan moralitas karena
buku ini. Cibiran yang akhirnya mendorong Zola untuk melengkapi edisi kedua
buku ini dengan sebuah kata pengantar. Therese Raquin merupakan pertemuan
pertamaku dengan Zola. Aku tidak bisa bilang suka dengan idenya mengangkat kisah
ini, tapi cara Zola menceritakan kisah ini membuktikan ia melakukan
penelitiannya terhadap sifat-sifat terdalam manusia, dan inti dari buku ini
membuatku ingin menemukan buku-buku Zola lainnya.
Therese Raquin dititipkan oleh pada saudari
ayahnya, Mme Raquin, saat ia masih sangat kecil. Mme Raquin, wanita yang hidup
dengan anak laki-lakinya, Camille, mengasuh dan menyayangi Therese seperti
anaknya sendiri. Jika Camille serapuh kertas karena penyakit yang terus
menempel ditubuhnya, Therese adalah perempuan berjiwa bebas yang menyukai
tantangan. Sayangnya, Therese diperlakukan sama dengan Camille. Jika Camille
harus tidur dan berdiam diri dalam kamar gelap karena kerapuhannya terhadap
sinar matahari, Therese pun harus menjalani hal yang sama. Saat Camille harus
meminum berbagai jenis obat untuk kesehatannya, hal yang sama pun dipaksakan
Mme Raquin untuk Therese. Therese tumbuh menjadi gadis penurut tanpa punya
pendapat akan hidupnya.
Sepanjang hidupnya, Mme Raquin telah merencanakan
pernikahan Camille dan Therese. Ia berharap Therese bisa menjaga Camille,
menggantikan tugasnya, ketika ia semakin tua. Pernikahan terjadi dan mereka
bertiga pindah ke Paris. Rumah di Paris lebih kecil dan terletak di gang yang
sangat jarang dilewati orang. Therese tanpa protes terus menjalani hidupnya
bersama suami dan mertuanya di sarang laba-laba itu. Sampai suatu hari, Camille
pulang membawa seorang teman bernama Laurent. Laurent dengan alasan bisa
mendapatkan kepuasan sex tanpa perlu mengeluarkan uang, mendekati Therese yang
dilihatnya membuka diri. Perselingkuhan Therese dan Laurent membebaskan jiwa
Therese dan memberinya kekuatan untuk terus bersandiwara. Mereka berdua bahkan
dengan licik melakukan sex di dalam kamar tidur Therese dan Camille sementara
Mme Raquin ada di dalam rumah yang sama. Berawal dari perselingkuhan, Zola
membawa pembaca melihat sifat-sifat serakah manusia yang pada akhirnya
mengantar Therese dan Laurent pada peristiwa yang akan menghantui mereka selama
mereka hidup.
Dalam Therese Raquin, Zola menyoroti temperamen
manusia, bukan karakter. Temperamen adalah salah satu sisi koin dari
personality, sementara sisi lainnya adalah karakter. Beberapa teori mengatakan
bahwa temperamen adalah bawaan lahir dan diturunkan secara genetik, sementara
karakter terbentuk dari kebiasaan hidup seseorang. Jika seseorang belajar untuk
menjadi lebih baik, berintegritas, jujur dan baik, hal ini tergantung dari
respon yang diberikannya untuk hal-hal yang terjadi sepanjang hidupnya, dan
inilah yang membentuk karakter.
Untuk setiap tokoh dalam buku ini, Zola menempatkan
keempat temperamen Galen. Therese sebagai Melankolis, Laurent sebagai Sanguin,
Camille sebagai Plegmatis dan Mme Raquin sebagai Choleric. Beberapa tahun yang
lalu aku sempat mempelajari keempat temperamen Galen diatas, dan sangat menarik
melihat keempatnya diterapkan dalam plot Therese Raquin. Sejak awal, Zola
memaparkan buku ini secara jelas dari segi lingkungan, tokoh-tokoh didalamnya,
serta keadaan dimana tokoh-tokoh tersebut ditempatkan. Sehingga keadaan
lingkungan, cara mereka berinteraksi satu sama lain, serta cara mereka merespon
terhadap situasi yang menjepit mereka, menjadi fokus dari buku ini.
Galen's Four Tempraments :
The melancholic temperament is traditionally associated with the
element of earth. People with this temperament may appear serious, introverted,
cautious or even suspicious. They can become preoccupied with the tragedy and cruelty in the world and
are susceptible to depression and moodiness. They may be focused and conscientious.
They often prefer to do things themselves, both to meet their own standards and
because they are not inherently sociable.
The sanguine temperament is
traditionally associated with air. People with this temperament tend to be
playful, lively, sociable, carefree, talkative, and pleasure-seeking. They may
be warm-hearted and optimistic. They can make new friends easily, be
imaginative and artistic, and often have many ideas. They can be flighty and changeable; thus sanguine
personalities may struggle with following tasks all the way through and be
chronically late or forgetful.
The choleric temperament
is traditionally associated with fire. People with this temperament tend to be
egocentric and extroverted. They may be excitable, impulsive, and restless,
with reserves of aggression, energy,
and/or passion,
and try to instill that in others. They tend to be task-oriented people and are
focused on getting a job done efficiently; their motto is usually "do it
now." They can be ambitious, strong-willed and like to be in charge. They
can show leadership, are good at planning, and are often practical and
solution-oriented.They appreciate receiving respect and esteem for their work.
The
phlegmatic temperament is traditionally associated with water. People with
this temperament may be inward and private, thoughtful, reasonable, calm,
patient, caring, and tolerant. They tend to have a rich inner life, seek a
quiet, peaceful atmosphere, and be content with themselves. They tend to be
steadfast, consistent in their habits, and thus steady and faithful friends. People
of this temperament may appear somewhat ponderous or clumsy. Their speech tends
to be slow or appear hesitant.
Therese Raquin menampilkan dua orang perempuan,
Therese dan Mme Raquin yang tampil sangat berbeda dalam kehidupan mereka
sebagai perempuan. Jika Mme Raquin memainkan peranannya sebagai ibu yang
meskipun bersikeras menjaga Camille dengan caranya yang ketat (ingat bahwa dia
Choleric), ia memainkannya dengan peran seorang ibu yang punya hati lembut.
Sementara Therese, dengan sikap tertutup khas melankolis tidak melakukan
apa-apa untuk dirinya sendiri, sehingga mengantarnya menjadi monster yang
menyeramkan. Semua temperamen melankolis yang ada pada Therese terus membiarkan
dirinya menjadi penyendiri yang tidak bisa ditolong oleh siapapun. Hal inilah
yang membuatnya semakin menderita selama hidupnya. Sedangkan Laurent, Sanguin
membuatnya mudah disukai sehingga ia cenderung mudah untuk menipu orang-orang
disekitarnya. Terlepas dari semua temperamen manusia, jangan lupa karakter,
karakter lah yang mengantar manusia menjadi seseorang yang berbeda, untuk naik
ke puncak atau untuk turun ke dasar jurang. Karena itu, terlalu berlebihan jika
Zola hanya menitikberatkan buku ini pada sisi temperamen, karena dengan melihat
temperamen manusia dan caranya hidup, aku tidak bisa tidak melihat pembentukan
karakter pada saat yang sama.
source :
http://en.wikipedia.org/wiki/Four_Temperaments
http://en.wikipedia.org/wiki/Th%C3%A9r%C3%A8se_Raquin
Ulasannya menarik. Jadi bisa ga dibilang kalo temperamen yg dibawa oleh masing2 tokoh itu, dalam situasi dan kondisi itu menjadikan karakter mereka ga jauh beda?
ReplyDeleteiyaaa bener bzee...mereka gak berusaha berbuat apa2 gitu..kalo dari satu temperamen ada positif dan negatifnya, mereka hanya ngerjain bagian negatif doang gitu alhasil karakter yang terbentuk juga gk jauh beda deh
Deletewehh...psikologisnya menarik ya buku ini...aku jadi inget dulu aku pernah tes2an personality plus dan hasilnya sanguine-plegmatis hihihi....tapi bener, temperamen kan bukan segalanya.. aku jadi tertarik sama si zola nih si :D
ReplyDeleteiya mba psikologisnya menarik, baca dulu aja pengantarnya dia kalau mau baca buku ini..jd nanti pas baca bisa lihat lebih jelas penggambaran psikologisnya..ayoo baca zola..aku juga pengen baca germinal ini buat next zola
Deletelagi miki-mikir aku termasuk yang mana Ya :)
ReplyDeleteini ceritanya berat ga Sy ?
menurutku sih gak berat bunda...krna fokusnya lebih dikit..hanya seputar satu keluarga doang..malah yang disorot kan cuma tiga orang dari keluarga itu, tapi emang temperamen yang ditampilin tuh yang lumayan bikin sesek
Deleteoooh, psikologinya keren! pernah ngetest tipe tempramen ini sih, tapi suka pindah2 antara sanguine dan phlegmatic *eh, ga nyambung*
ReplyDeleteberubah atau gaknya temperamen itu sebenarnya masih kontroversial sih sampe skarang..ada yang bilang bisa berubah, tapi ada juga yang bilang berubah sesuai lingkungan..
DeleteAh, keren ih kupasan psikologis ya. Bisa jadi paper buat mahasiswa sastra nih....
ReplyDeleteBtw, belum pernah ngetest diri dengan kuis psikologis begini kayaknya :\
coba tes deh..asik loh tesnya..pilihan2nya tu bikin bingung tapi at least jadi tau yaa temperamen qta
Deletewahah aku luamaa baca buku ini baru kelar. suram banget dan intrik sosialnya bermacam macam, mulai dari perselingkuhan, uang, dll. x_x
ReplyDeleteiya intrik sosialnya tuh uang sama perselingkuhan sih menurutku...tapi uangnya itu sebenarnya gak jadi fokus sih..karna si Laurent tuh walaupun akhirnya dia dapat uang dari istrinya, tetap aja gak bisa nutupin rasa bersalah yg menghantui dia..tipikal orang sanguine banget tuh
Deletedulu baca novel ini, yang teringat hanya ending-nya itu yang dahsyat sekali, tp ternyata ada latar belakang psikologisnya seperti itu to. owh.... #noted
ReplyDeletehehehehe iyaaa aku jg merhatiin itu karna baca pengantarnya si Emile Zola diawal buku
Deletesering liat di obralan, tapi males beli karena timbunan masih numpuk. Dan banyak classic-litku masih belum dibaca. Aku pernah ikut test itu, hasilnya melankolis-plegmatic, Tapi tes itu bisa berubah-ubah kok, karena manusia kan suka berubah :D
ReplyDeleteada yang bilang bisa berubah, tapi ada juga pihak2 yg ngeluarin teori kalo temperamen dasar itu gak berubah..aq juga masih bingung sih sama konsep2 kayak gitu :D
DeleteSetau aku sih, setiap orang tuh punya dua sifat dominan. Dan iya, bisa berubah. Tapi gak tau deh XD
ReplyDeleteAku tadinya mau baca buku ini juga, tapi..tapi..gak dulu ah :P
oooh gitu ya. keren ulasannya jadi pengen baca -karena kalo liat dari komentar di ata sih nggak berat-, mbak pernah baca buku psikologi yang judulnya sybil ?
ReplyDeleteoh ya tes psikologi kayak gini dimana sih emang ?
Hai mba...maaf telat banget balasnya nih. Aq blm pernah baca sybil nih.
DeleteKalo untuk tes tempramen diatas tuh, aku sendiri kurang tahu dimana, karena dulu aku juga tes di kelas waktu kuliah. Nah, coba cari yang online tes aja, mungkin saja ada.
Hey Althesia!
ReplyDeleteAku juga peminat buku sama dengan Anda. Apakah Anda punya koleksi buku elektronik (e-book)? Jaran bisa dapat buku dalam bahasa Indonesia online (yg bahasa inggris atau bahasa lain juga bagus!). Aku bersama teman2 membuat situs untuk kumpulkan dan bagikan berkas ( www.kumpulbagi.com ). Di situs ini Anda bisa membagikan dengan mudah semuanya tanpa upaya dengan registrasi dan pemberantasan ukuran dan waktu terhapus . Tidak ada pengguna premium. Semuanya gratis... Kalau Anda mau aku mohon untuk membuat koleksi buku elektronik Anda hanya butuh beberapa waktu untuk bagikan sastra yang baik dengan lainya :)
Cek koleksi saya dan coba caranya http://kumpulbagi.com/Edoo/buku-sekolah-inggris-1312/list,1,1 !
Salam
Edo
Halo Edo, terimakasih sudah mampir ke blog ini. Sayang sekali, saya gak suka baca ebook, mungkin bisa dibilang konvensional, tapi saya emang blm bisa berpindah dari paperback ke ebook. Untuk buku-buku sastra yang bagus dan berbahasa inggris, silahkan kunjungi www.gutenberg.org. Disitu semua ebook free.
Deleteaku boleh pakai ulasan ini untuk referensi penelitian skripsi ku gak? :)
ReplyDeleteE. Zola membuat sebuah analisa, bahwa; setiap manusia punya jiwa Binatang. hehe itu yang saya tangkep dari karyanya. keren, sangat mengesankan.
ReplyDeleteBlog yang menarik, saya teringat novel Lourdes dari Emile Zola, salah satu tulisan Emile yang kontroversial mengenai konflik antara agama dan naturalisme yang dipanggungkan di lokasi ziarah terkenal Lourdes, Perancis.
ReplyDeleteSaya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2020/02/wawancara-dengan-emile.html